وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Latin : wa-min sharri ḥāsidin ʾidhā ḥasada
Arti : “Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”
Tafsir Quran Surat Al-Falaq Ayat-5
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mendefinisikan hasad,
البُغْضُ وَالْكَرَاهَةُ لِمَا يَرَاهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْمَحْسُوْدِ
“Hasad adalah (sekedar) benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.” (Majmu’ Fatawa, juz 10)
Seseorang tidak harus menginginkan orang lain agar jatuh miskin dan sakit, tetapi cukup ada rasa benci dan tidak suka akan kenikmatan yang dia miliki sudah dikatakan hasad. Oleh karena itu, penyakit hasad sangat mudah menimpa siapa saja. Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
اَلْحَسَدُ مَرْكُوْزٌ فِيْ طِبَاعِ الْبَشَرِ، وَهُوَ أَنَّ الْإِنْسَانَ يَكْرَهُ أَنْ يَفُوْقُهُ أَحَدٌ مِنْ جِنْسِهِ فِيْ شَيْءٍ مِنَ الْفَضَائِلِ
“Hasad terpatri dalam tabiat manusia yaitu manusia memiliki sifat tidak ingin diungguli dalam suatu perkara yang sama dari perkara-perkara yang mulia.” (Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam)
Syaikh al-‘Utsaimin berpendapat bahwa ayat ini menunjukan bahwa orang yang hasad ada dua model, ada yang sekedar benci namun tidak mengganggu orang yang dia dengki, dan ada yang mengganggu orang yang ia dengki. (lihat Tafsir Juz ‘Amma, al-‘Utsaimin hal 353).
Sementara Ibnul Qoyyim memandang bahwa jika orang timbul hasad dalam dadanya maka pasti ia memberikan kejahatan kepada orang yang ia dengki. Dan kejahatan tersebut tidak mesti dengan tangan maupun ucapan, bahkan kejahatan tersebut muncul lewat jiwanya dan matanya kepada orang yang ia dengki (lihat Badaa’iul Fawaaid 2/227-228), karenanya seseorang harus berlindung dari kejahatan orang yang hasad, terlebih lagi kita tidak tahu siapa saja yang hasad kepada kita, bisa jadi orang yang dekat dengan kita ternyata hasad kepada kita.
Hasad begitu berbahaya, sampai-sampai Allah mengkhususkan penyebutannya dalam surat ini. Karena hasad itu membawa malapetaka, seseorang yang hasad sangat potensi menimbulkan kejahatan kepada orang yang ia dengki, maka apapun bisa dia lakukan.
Oleh karena itu, dosa yang pertama kali dilakukan di langit adalah karena hasad, yaitu ketika Iblis hasad kepada Nabi Adam ‘alaihis salam. Allah perintahkan Iblis untuk bersujud kepada Adam, tetapi dia hasad kemudian tidak mau bersujud lantas mengatakan:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
“Allah berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab, ‘Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api sedang Engkau ciptakan dia dari tanah’.” (QS Al-A’raf : 12)
Karena hasadnya Iblis, dia tidak mau sujud kepada Adam. Dia rela dimasukkan ke dalam ke dalam neraka Jahannam yang penting dia tidak sujud kepada Adam. Bahkan karena hasadnya, bukannya dia berpikir bagaimana agar keluar dari neraka Jahannam, tetapi dia justru ingin agar seluruh keturunan anak Adam masuk dalam neraka bersamanya. Allah berfirman:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)
“(39) Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya; (40) Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS Al-Hijr : 39-40)
Demikian juga dosa yang pertama kali terjadi di atas muka bumi adalah karena hasad, yaitu hasadnya Qabil kepada saudaranya Habil.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa’.” (QS Al Maidah : 27)
Oleh karena itu, Allah mengkhususkan penyebutan hasad di dalam ayat ini karena bahaya yang ditimbulkan oleh orang yang hasad. Hasad membuat banyak bencana, bahwa orang nekat membunuh gara-gara hasad. Dan Allah menyuruh hamba-hamba-Nya untuk berlindung dari keburukan orang-orang yang hasad karena tidak ada yang bisa selamat dari orang yang hasad. Ketika seseorang diberi kenikmatan oleh Allah maka pasti akan ada yang hasad kepadanya. Bahkan Ibnul Qoyyim rahimahullah memandang bahwa kejahatan hasad dalam ayat ini bersifat umum mencakup hasadnya manusia dan juga hasadnya jin (lihat Badaai’ul Fawaaid 2/235)