Berkeliling di Neraka Menghancurkan Segala Tipuan
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Ketika Aku mencerna satu persatu neraka yang Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ sifatkan sekarang ini dan Aku menyaksikannya dengan kalbuku maka Aku sangat yakin bahwa seluruh tekadku adalah untuk menghindarinya. Aku juga sangat yakin bahwa memikirkan agar bisa selamat dari neraka lebih didahulukan dari memikirkan untuk masuk surga. Termasuk sesuatu yang diketahui bahwa menghilangkan mafsadat lebih didahulukan dari meraih maslahat. Maka bagaimana jika maslahat tersebut tidak dapat diraih kecuali dengan menghilangkan mafsadat? Surga tidak dapat diraih kecuali setelah selamat dari neraka.
Sungguh Aku tahu bahwa orang sepertiku termasuk orang yang membawa dosa dan maksiat yang banyak yang membuatku berhak untuk mendapatkan azab. Seandainya bukan karena rahmat Allah ﷻ niscaya menjadi suatu adab yang buruk dan pelanggaran dalam berdoa jika seseorang meminta surga sedangkan dia tidak selamat dari azab.
Yang benar adalah Aku belum melihat neraka. Tidak dalam keadaan sadar maupun dalam mimpi. Akan tetapi Aku memperhatikan sesaat atas penjelasan dan perincian Allah ﷻ kepada hamba-Nya tentang neraka ini. Aku juga perhatikan bagaimana Allah ﷻ merealisasikan ancaman-Nya kepada hamba-Nya dengan neraka ini. Aku juga perhatikan sabda Rasulullah ﷺ tentang neraka yang beliau lihat dengan mata kepalanya sendiri lalu menyifatinya dengan sifat yang jelas dan sempurna. Sehingga orang yang belum melihat neraka dengan matanya seakan-akan dia melihatnya dengan mata kepalanya dengan berdasarkan apa yang disifati oleh Rasulullah ﷺ .
Dahulu sahabat duduk di sisi Rasulullah ﷺ membicarakan tentang surga dan neraka seakan-akan dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Hanzhalah berkata,
نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا
“Ketika kami berada di sisi Rasulullah, beliau sering mengingatkan kami tentang siksa neraka dan nikmat surga hingga seolah-olah kami melihatnya dengan mata kepala kami sendiri. Akan tetapi, ketika kami keluar dari sisi Rasulullah, maka kami pun berlAku kasar dan jahat kepada istri dan anak-anak kami serta sering melakukan perbuatan yang tidak berguna. ([1])
Jika Rasulullah ﷺ berkhotbah menceritakan tentang neraka maka suaranya meninggi, amarahnya memuncak, dan memerah wajahnya seakan-akan dia sedang mengingatkan pasukan. Sebagaimana yang diriwayat dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu,
إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ، وَعَلَا صَوْتُهُ، وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ، كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ: «صَبَّحَكُمْ مَسَّاكُمْ» وَيَقُولُ: «بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ، وَيَقْرِنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى» ثُمَّ يَقُولُ: «أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْأُمُورِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» وَكَانَ يَقُولُ: «مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِأَهْلِهِ، وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا، فَعَلَيَّ وَإِلَيَّ»
“Rasulullah ﷺ apabila berkhotbah matanya menjadi merah, suaranya tinggi dan emosinya menggebu-gebu, seakan-akan ia adalah seorang pemberi peringatan pada pasukan, beliau berseru: “Waspadalah, musuh akan datang di pagi hari, musuh akan datang di sore hari! ” Dan beliau berseru: “Aku diutus dengan datangnya hari kiamat seperti (kedua jari) ini, ” beliau menggandengkan antara dua jarinya; jari telunjuk dan jari tengah. Beliau lalu bersabda: “‘Amma ba’du; sesungguhnya sebaik-baik perkara adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap bidah adalah sesat.” Dan beliau selalu bersabda: “Barang siapa meninggalkan harta, maka bagi ahli warisnya. Dan barang siapa meninggalkan hutang atau amanah maka akulah yang menanggungnya.” ([2])
Seandainya kita ditakdirkan untuk bisa mendapati silsilah khotbah Rasulullah ﷺ ketika beliau menafsirkan surah qaf dari atas mimbarnya maka kita akan mendengar hal yang menakjubkan. Sesungguhnya sebagian shahabiyat telah menghafal surah qaf dari mulut Rasulullah ﷺ karena seringnya beliau berkhotbah dengannya di hari Jumat.
Surah qaf termasuk surah ancaman yang menjelaskan banyak pemandangan-pemandangan yang besar seperti hari pengumpulan manusia, neraka, perkataan penduduk neraka, dan pertikaian di antara neraka “Siapakah yang menjadi sebab mereka masuk ke dalam neraka?”. Semua ini Allah ﷻ sebutkan di dalam Al-Qur’an. Allah ﷻ berfirman,
قَالَ لَا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ
“Allah berfirman: “Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu”.” (QS. Qaf: 28)
Dalam surah qaf juga disebutkan bahwa Allah ﷻ berkata kepada neraka yang pintu-pintunya telah dibuka untuk menelan semua rombongan yang masuk ke dalamnya. Jumlah mereka sangat banyak tidak terhitung. Sesungguhnya dari setiap seribu orang keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam akan masuk ke dalam neraka sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan jiwa. Hanya tersisa satu orang yang masuk surga dari seribu jiwa tersebut.
Neraka bertingkat-tingkat dan bertumpuk-tumpuk yang tidak bisa disaksikan oleh orang yang berada di atas padang mahsyar kecuali hanya pintu-pintunya, sudut-sudutnya, pagar-pagarnya, dan api yang menyembur darinya. Adapun neraka maka ia adalah sumur yang luas yang dalam memanjang ke bawah hingga batunya yang dilempar dari atas neraka tidak terjatuh ke kerak dasarnya selama 70 tahun.
Ketika neraka dalam kondisi demikian, terkadang ada yang menyangka karena saking banyaknya yang dilemparkan ke dalamnya dari kelompok jin dan manusia sehingga penduduknya bertingkat-tingkat sebagian mereka di atas sebagian yang lain maka neraka tidak akan muat di dalamnya karena banyak tambahan gerombolan-gerombolan yang masuk ke dalamnya. Allah ﷻ memberikan kabar kepada hamba-hamba-Nya bahwa bahtera yang besar dan sumur yang luas dan dalam ini tidak akan lemah dari menampung semua orang yang masuk ke dalamnya. Allah ﷻ berfirman,
يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ
“(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam: “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab: “Masih ada tambahan?”” (QS. Qaf: 30)
Allah ﷻ juga berfirman,
فَكُبْكِبُوا فِيهَا هُمْ وَالْغَاوُونَ وَجُنُودُ إِبْلِيسَ أَجْمَعُونَ
“Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat. dan bala tentara iblis semuanya.” (QS. Asy-Syu’ara: 94-95)
Nabi Muhammad ﷺ menceritakan tentang neraka yang dilihat dengan mata kepalanya sendiri
Nabi Muhammad ﷺ berdiri di depan pintu neraka dan melihat ke dalamnya. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
اطَّلَعْتُ فِي الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ، وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
“Aku mendatangi surga maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah para fakir dan Aku mendatangi neraka maka Aku lihat kebanyakan penduduknya para wanita”. ([3])
Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda,
قُمْتُ عَلَى بَابُ الجَنَّةِ، فَكَانَ عَامَّةَ مَنْ دَخَلَهَا المَسَاكِينُ، وَأَصْحَابُ الجَدِّ مَحْبُوسُونَ، غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ، وَقُمْتُ عَلَى بَابُ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ
“Aku berdiri di pintu surga, ternyata kebanyakan yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedang orang-orang yang mempunyai kekayaan tertahan, selain penghuni-penghuni neraka telah diperintahkan ke neraka, dan Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan yang memasukinya adalah wanita.” ([4])
Dalam musnad Imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمٍ شَدِيدِ الْحَرِّ، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَصْحَابِهِ، فَأَطَالَ الْقِيَامَ، حَتَّى جَعَلُوا يَخِرُّونَ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ، ثُمَّ رَفَعَ فَأَطَالَ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ، ثُمَّ رَفَعَ فَأَطَالَ، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ قَامَ فَصَنَعَ نَحْوًا مِنْ ذَاكَ، فَكَانَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ، ثُمَّ قَالَ: ” إِنَّهُ عُرِضَ عَلَيَّ كُلُّ شَيْءٍ تُولَجُونَهُ، فَعُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ، حَتَّى لَوْ تَنَاوَلْتُ مِنْهَا قِطْفًا أَخَذْتُهُ – أَوْ قَالَ: تَنَاوَلْتُ مِنْهَا قِطْفًا – فَقَصُرَتْ يَدِي عَنْهُ، وَعُرِضَتْ عَلَيَّ النَّارُ، فَرَأَيْتُ فِيهَا امْرَأَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ تُعَذَّبُ فِي هِرَّةٍ لَهَا، رَبَطَتْهَا فَلَمْ تُطْعِمْهَا، وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ، وَرَأَيْتُ أَبَا ثُمَامَةَ عَمْرَو بْنَ مَالِكٍ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ، وَإِنَّهُمْ كَانُوا يَقُولُونَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَخْسِفَانِ إِلَّا لِمَوْتِ عَظِيمٍ، وَإِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ يُرِيكُمُوهُمَا، فَإِذَا خَسَفَا فَصَلُّوا حَتَّى تَنْجَلِيَ “.
“Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah ﷺ di saat terik matahari begitu sangat menyengat. Maka Rasulullah ﷺ salat (gerhana) bersama para sahabatnya. Beliau memanjangkan berdirinya hingga para sahabat tersungkur lantas duduk karena keletihan. Kemudian beliau ruku’ dan memanjangkan rukuknya, kemudian bangkit dan memanjangkan berdirinya kembali. Lalu beliau ruku’ dan memanjangkan rukuknya. Sesudah itu, beliau bangkit dan sujud dua kali. Kemudian beliau berdiri dan melakukan hal yang serupa, hingga semuanya menjadi empat rakaat dan empat kali sujud. setelah itu, beliau bersabda: “Sesungguhnya segala sesuatu yang akan kalian masuki telah diperlihatkan kepadaku. Diperlihatkanlah jannah atasku, hingga sekiranya Aku memetik setandan buah darinya niscaya Aku akan mengambilnya -atau beliau bersabda- Aku mencoba memetik setandan buah darinya namun tanganku tak sampai. Dan neraka juga diperlihatkan padaku, lalu di dalamnya Aku melihat seorang wanita dari Bani Israil yang sedang disiksa lantaran kucing yang ia ikat dan tidak diberinya makan juga tidak dilepasnya hingga kucing itu bisa makan serangga-serangga bumi. Dan Aku juga melihat Abu Tsumamah Amru bin Malik yang sedang terseret punggungnya di dalam neraka. Mereka (kaum Jahiliah) mengatakan bahwa tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan kecuali karena kematian seorang yang agung. Padahal, keduanya adalah ayat dari ayat-ayat Allah yang diperlihatkan-Nya. Maka apabila terjadi gerhana pada keduanya, tunaikanlah salat hingga tampak kembali.” ([5])
Dalam riwayat yang lain,
عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ آنِفًا، فِي عُرْضِ هَذَا الْحَائِطِ، فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ
“Tadi telah diperlihatkan kepadAku surga dan neraka dibalik tembok ini, dan belum pernah kulihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini.” ([6])
Abdullah bin Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhuma melihat neraka di dalam mimpi
Dahulu Abdullah bin Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhuma berharap bisa melihat suatu mimpi yang bisa ia ceritakan kepada Rasulullah ﷺ sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para sahabat. Disebutkan dalam Shahihain ia berkata,
إِنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا يَرَوْنَ الرُّؤْيَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُصُّونَهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَقُولُ فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ اللَّهُ، وَأَنَا غُلاَمٌ حَدِيثُ السِّنِّ، وَبَيْتِي المَسْجِدُ قَبْلَ أَنْ أَنْكِحَ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي: لَوْ كَانَ فِيكَ خَيْرٌ لَرَأَيْتَ مِثْلَ مَا يَرَى هَؤُلاَءِ، فَلَمَّا اضْطَجَعْتُ ذَاتَ لَيْلَةٍ قُلْتُ: اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ فِيَّ خَيْرًا فَأَرِنِي رُؤْيَا، فَبَيْنَمَا أَنَا كَذَلِكَ إِذْ جَاءَنِي مَلَكَانِ، فِي يَدِ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِقْمَعَةٌ مِنْ حَدِيدٍ، يُقْبِلاَنِ بِي إِلَى جَهَنَّمَ، وَأَنَا بَيْنَهُمَا أَدْعُو اللَّهَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهَنَّمَ، ثُمَّ أُرَانِي لَقِيَنِي مَلَكٌ فِي يَدِهِ مِقْمَعَةٌ مِنْ حَدِيدٍ، فَقَالَ: لَنْ تُرَاعَ، نِعْمَ الرَّجُلُ أَنْتَ، لَوْ كُنْتَ تُكْثِرُ الصَّلاَةَ. فَانْطَلَقُوا بِي حَتَّى وَقَفُوا بِي عَلَى شَفِيرِ جَهَنَّمَ، فَإِذَا هِيَ مَطْوِيَّةٌ كَطَيِّ البِئْرِ، لَهُ قُرُونٌ كَقَرْنِ البِئْرِ، بَيْنَ كُلِّ قَرْنَيْنِ مَلَكٌ بِيَدِهِ مِقْمَعَةٌ مِنْ حَدِيدٍ، وَأَرَى فِيهَا رِجَالًا مُعَلَّقِينَ بِالسَّلاَسِلِ، رُءُوسُهُمْ أَسْفَلَهُمْ، عَرَفْتُ فِيهَا رِجَالًا مِنْ قُرَيْشٍ، فَانْصَرَفُوا بِي عَنْ ذَاتِ اليَمِينِ.
“dahulu sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ jika bermimpi, mereka suka sekali mengisahkan mimpinya kepada Rasulullah ﷺ sehingga Rasulullah ﷺ menakwilkan mimpinya dengan apa yang Allah kehendaki. Ketika itu umurku masih belia, rumahku adalah masjid sebelum Aku menikah. Maka Aku berkata kepada diriku sendiri; ‘kalaulah dirimu ada kebaikan, niscaya engkau bermimpi sebagaimana orang-orang bermimpi.’ Suatu malam ketika Aku berbaring, Aku memanjatkan doa; ‘Ya Allah, jika Engkau mengetahui pada diriku terdapat kebaikan, maka perlihatkanlah kepadAku sebuah mimpi.’ Ketika Aku dalam kondisi (mimpi) seperti itu, tiba-tiba ada dua malaikat mendatangiku yang di tangan masing-masing memegang palu besi, keduanya membawAku ke jahanam sedang Aku diantara keduanya tiada henti memanjatkan doa; ‘Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari jahanam, ‘ Kemudian Aku diperlihatkan seorang malaikat menemuiku sedang di tangannya membawa palu besi seraya berujar; ‘tidak usah khawatir, sebaik-baik manusia adalah engkau, jika engkau memperbanyak salat.’ Mereka kemudian membawAku hingga menghentikanku di tepi jahanam, ternyata jahanam tergulung seperti gulungan sumur, ia mempunyai emperan sebagaimana emperan sumur, yang diantara kedua emperannya terdapat malaikat yang di tangannya membawa palu besi. Dan kulihat di sana ada beberapa orang bergelantungan di rantai-rantai, kepala mereka terjungkir di bawah mereka, Aku tahu di sana ada beberapa pemuka Quraisy. Kemudian mereka membawAku pergi dari sisi kanan.
Maka Aku ceritakan mimpiku itu kepada Hafshah, kemudian Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Abdullah adalah seorang hamba yang saleh, asalkan salat malam.” Nafi’ berkata; ‘semenjak itu Abdullah memperbanyak salat.” ([7])
Adapun aku, maka Aku hanya menulis tulisan ini dan belum pernah melihat neraka baik dalam keadaan sadar maupun mimpi. Akan tetapi, Aku membaca dan mendengar sifat-sifatnya dari Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ﷺ .
Aku terus berusaha untuk seperti sahabat Rasulullah ﷺ yang duduk di majelis Rasulullah ﷺ mendengar Rasulullah ﷺ menyifati dan menggambarkan tentang neraka, kengeriannya, dan keadaan-keadaan penduduknya seakan-akan dia melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Sungguh Aku telah memulai mengumpulkan sifat neraka dan pemandangan-pemandangannya yang Allah ﷻ kabarkan kepada kita pada ayat-ayat Al-Qur’an. Juga Aku kumpulkan tentang pemandangan-pemandangan neraka lainnya yang Rasulullah ﷺ nukilkan dan gambarkan kepada kita dengan bahasanya yang ringkas dan padat. Ternyata kita dapati gambaran neraka sangat menakutkan dan menyeramkan. Juga terdapat pemandangan yang seluruhnya membuat hati terputus bagi orang yang memahami dan mendengar.
Para istri, waspadalah…
Apakah Anda tidak mendengar sabda Nabi Muhammad ﷺ,
وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ، فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ
“Dan aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan dari penghuninya adalah para wanita.”([8])
Begitu juga dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ,
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ» فَقُلْنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ العَشِيرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ»، قُلْنَ: وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَلَيْسَ شَهَادَةُ المَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ» قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا، أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ» قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا
“Wahai para wanita, bersedekahlah, karena aku melihat kalian adalah penghuni neraka paling banyak. Lalu mereka berkata, ‘Apa sebabnya wahai Rasulullah?’. Beliau ﷺ bersabda, ‘Kalian banyak melaknat (mengumpat) dan mengingkari pemberian suami. Tidaklah aku melihat orang yang paling kurang akal dan agamanya dan orang yang mampu menghilangkan pikiran sehat setiap lelaki, kecuali dari golongan kalian.’ Mereka berkata, ‘Apa maksud kurangnya agama dan akal kami wahai Rasulullah?’. Beliau ﷺ bersabda, ‘Bukankah persaksian seorang wanita sama halnya dengan setengah dari persaksian seorang lelaki?’. Mereka berkata, ‘Benar’. Beliau ﷺ bersabda, ‘Itulah maksud dari kurang akalnya. Bukankah ketika dia haid, maka dia tidak shalat dan tidak puasa?’ Mereka berkata, ‘Benar’. Beliau ﷺ bersabda, ‘Itulah maksud dari kurang agamanya ”([9])
Perhatikanlah! bukankah banyak melaknat/mengumpat termasuk dosa-dosa kecil? Bukankah ucapan istri kepada suaminya, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darimu” adalah mengingkari pemberian suami?’. Bukankah seorang perempuan dapat menjerumuskan seorang lelaki dengan menjadikannya lalai dari sesuatu yang wajib atau mengerjakan yang haram?’.
Jika para wanita masuk ke dalam neraka, hanya dikarenakan keburukan-keburukan ini dan tidak mendapatkan rahmat Allah ﷻ karenanya, kecuali setelah masuk ke dalam neraka, maka setelah ini apakah setiap orang bisa merasa aman dari siksa Allah ﷻ dengan dosa-dosa yang telah diperbuatnya?
Para pemilik harta waspadalah…
Sesungguhnya pemilik harta yang enggan membayar zakat disiksa selama 50 ribu tahun. Nabi ﷺ bersabda,
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ القِيَامَةِ صُفِحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ، فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ، فَيُكْوَى بِهَا جَبْهَتُهُ وَجَنْبُهُ وَظَهْرُهُ، كُلَّمَا بَرُدَتْ أُعِيْدَتْ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَان مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ، فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الجَنَّةِ، وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
“Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka, lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.”([10])
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، فَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ؟ قَالَ: «وَلَا صَاحِبُ بَقَرٍ، وَلَا غَنَمٍ، لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا، إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرْقَرٍ، لَا يَفْقِدُ مِنْهَا شَيْئًا، لَيْسَ فِيهَا عَقْصَاءُ، وَلَا جَلْحَاءُ، وَلَا عَضْبَاءُ تَنْطَحُهُ بِقُرُونِهَا وَتَطَؤُهُ بِأَظْلَافِهَا، كُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ أُولَاهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا، فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ، فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِمَّا إِلَى النَّارِ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، فَالْخَيْلُ؟ قَالَ: ” الْخَيْلُ ثَلَاثَةٌ: هِيَ لِرَجُلٍ وِزْرٌ، وَهِيَ لِرَجُلٍ سِتْرٌ، وَهِيَ لِرَجُلٍ أَجْرٌ، فَأَمَّا الَّتِي هِيَ لَهُ وِزْرٌ، فَرَجُلٌ رَبَطَهَا رِيَاءً وَفَخْرًا وَنِوَاءً عَلَى أَهْلِ الْإِسْلَامِ، فَهِيَ لَهُ وِزْرٌ، وَأَمَّا الَّتِي هِيَ لَهُ سِتْرٌ، فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ، ثُمَّ لَمْ يَنْسَ حَقَّ اللهِ فِي ظُهُورِهَا وَلَا رِقَابِهَا، فَهِيَ لَهُ سِتْرٌ وَأَمَّا الَّتِي هِيَ لَهُ أَجْرٌ، فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ، فِي مَرْجٍ وَرَوْضَةٍ، فَمَا أَكَلَتْ مِنْ ذَلِكَ الْمَرْجِ، أَوِ الرَّوْضَةِ مِنْ شَيْءٍ، إِلَّا كُتِبَ لَهُ، عَدَدَ مَا أَكَلَتْ حَسَنَاتٌ، وَكُتِبَ لَهُ، عَدَدَ أَرْوَاثِهَا وَأَبْوَالِهَا، حَسَنَاتٌ، وَلَا تَقْطَعُ طِوَلَهَا فَاسْتَنَّتْ شَرَفًا، أَوْ شَرَفَيْنِ، إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ عَدَدَ آثَارِهَا وَأَرْوَاثِهَا حَسَنَاتٍ، وَلَا مَرَّ بِهَا صَاحِبُهَا عَلَى نَهْرٍ، فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَا يُرِيدُ أَنْ يَسْقِيَهَا، إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ، عَدَدَ مَا شَرِبَتْ، حَسَنَاتٍ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، فَالْحُمُرُ؟ قَالَ: «مَا أُنْزِلَ عَلَيَّ فِي الْحُمُرِ شَيْءٌ، إِلَّا هَذِهِ الْآيَةَ الْفَاذَّةُ الْجَامِعَةُ»: {فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ}
“Ditanyakan kembali pada beliau, ‘Wahai Rasulullah, lantas bagaimana dengan sapi dan kambing?’. Beliau menjawab, ‘Ya, tidak ketinggalan pula pemilik sapi dan kambing yang tidak membayar zakatnya. Niscaya pada hari kiamat kelak, dia akan ditelentangkan di suatu tempat yang rata, supaya diinjak-injak oleh sapi dan kambing itu dengan kukunya yang tajam dan juga menanduknya dengan tanduk-tanduknya, baik kambing tersebut bengkok tanduknya atau tidak bertanduk ataupun pecah tanduknya. Bila yang pertama telah lewat, maka akan diikuti pula oleh yang kedua dan seterusnya, hingga perkaranya selesai diputuskan. Satu hari di dunia sama dengan lima puluh ribu tahun di dunia. Setelah itu, ia baru bisa melihat jalannya keluar, apakah dia ke surga ataukah ke neraka.’ Kemudian ditanyakan lagi kepada beliau, ‘Jika kuda bagaimana ya Rasulullah?’ beliau menjawab, ‘Kuda itu ada tiga macam, yaitu; (Pertama), yang bisa mendatangkan dosa, (kedua) sebagai penghalang dan (ketiga) yang bisa mendatangkan pahala. Sedangkan kuda yang mendatangkan dosa adalah apabila orang memeliharanya karena riya`, untuk kemegahan dan kebanggaan serta untuk memerangi Islam. Maka kuda bagi orang itu menjadi sumber dosa. (Kedua), kuda sebagai penghalang, yaitu kuda yang dipersiapkan untuk jihad di jalan Allah, kemudian pemiliknya tidak lupa akan hak Allah dengan cara memeliharanya dan mempergunakannya untuk berjihad, maka kuda bagi orang itu adalah sebagai pelindung baginya. (Ketiga), kuda sebagai ladang pahala. Yaitu kuda yang dipersiapkan untuk berjihad di jalan Allah dan membela kepentingan umat Islam di ladang-ladang penggembalaan mereka. Maka apa-apa yang dimakan kuda itu di ladang tersebut, dituliskan bagi pemilik kebun kebajikan sebanyak apa yang dimakan kuda tersebut dan dituliskan pula kebajikan sebanyak kotoran dan air kencing yang dikeluarkan kuda tersebut. Bila tali kuda itu terputus, kemudian kuda itu lari jauh, maka dituliskan untuk pemiliknya kebajikan sebanyak jejak dan tahi kuda itu. Setiap kuda itu melewati sungai, lalu ia minum tanpa sengaja atau diberi minum oleh pemiliknya, maka Allah akan menuliskan kebajikan bagi pemiliknya sebanyak air yang diminum kudanya itu.’ Setelah itu, ditanyakan lagi kepada beliau, ‘Bagaimana kalau himar (keledai) wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab, ‘Allah tiada menurunkan wahyu apa-apa kepadaku mengenai himar, selain ayat yang pendek tetapi mencakup yaitu, ‘Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan sebesar zarrah (biji sawi), niscaya ia akan melihat (pahala) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat zarrah, niscaya ia akan melihat pula balasannya’.”([11])
Firman Allah ﷻ yang membenarkan tentang hadits ini adalah,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ. يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahib (Nasrani) mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih. (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahannam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-Taubah: 34-35)
Ketika pintu surga terbuka maka para fakir miskin memasukinya!! Sedangkan orang-orang kaya ditangguhkan!!
Golongan pertama dari orang-orang beriman yang masuk surga adalah para fakir miskin. Orang-orang kaya ditahan. (Mereka ditahan selama setengah hari, di mana setara dengan 500 tahun). Orang-orang kaya masih tertahan…
Rasulullah ﷺ bersabda,
قُمْتُ عَلَى بَابُ الجَنَّةِ، فَكَانَ عَامَّةَ مَنْ دَخَلَهَا المَسَاكِينُ، وَأَصْحَابُ الجَدِّ مَحْبُوسُونَ، غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ، وَقُمْتُ عَلَى بَابُ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ
“Aku berdiri di pintu surga, ternyata kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya ditahan. Penghuni neraka telah diperintahkan untuk pergi ke neraka. Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita.”([12])
يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الْأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ، خَمْسِمِائَةِ عَامٍ
“Orang-orang miskin dari golongan orang-orang beriman masuk surga sebelum orang-orang kaya selama setengah hari, (yang setara dengan) 500 tahun.”([13])
Yang menggampangkan hutang, waspadalah..
Disebutkan di dalam Musnad Ahmad, dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari berkata,
تُوُفِّيَ رَجُلٌ فَغَسَّلْنَاهُ، وَحَنَّطْنَاهُ، وَكَفَّنَّاهُ، ثُمَّ أَتَيْنَا بِهِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَيْهِ، فَقُلْنَا: تُصَلِّي عَلَيْهِ؟ فَخَطَا خُطًى، ثُمَّ قَالَ: «أَعَلَيْهِ دَيْنٌ؟» قُلْنَا: دِينَارَانِ، فَانْصَرَفَ، فَتَحَمَّلَهُمَا أَبُو قَتَادَةَ، فَأَتَيْنَاهُ، فَقَالَ أَبُو قَتَادَةَ: الدِّينَارَانِ عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «حَقُّ الْغَرِيمُ، وَبَرِئَ مِنْهُمَا الْمَيِّتُ؟» قَالَ: نَعَمْ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَ ذَلِكَ بِيَوْمٍ: «مَا فَعَلَ الدِّينَارَانِ؟» فَقَالَ: إِنَّمَا مَاتَ أَمْسِ، قَالَ: فَعَادَ إِلَيْهِ مِنَ الْغَدِ، فَقَالَ: لَقَدْ قَضَيْتُهُمَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْآنَ بَرَدَتْ عَلَيْهِ جِلْدُهُ»
“Seorang laki-laki meninggal dunia dan kami pun memandikan jenazahnya, lalu kami mengkafaninya dan memberinya wangi-wangian. Kemudian kami datang membawanya kepada Rasulullah ﷺ, lalu kami berkata, ‘Apakah Engkau menshalatinya?.’ Beliau melangkahkan kakinya, kemudian bertanya, ‘Apakah dia mempunyai tanggungan utang?’. Kami menjawab, ‘Dua dinar.’ Beliau ﷺ pergi, lalu Abu Qatadah menanggung utangnya, kemudian kami datang kepada Beliau ﷺ lagi. Abu Qatadah berkata, ‘Dua dinarnya aku menanggungnya.’ Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Kamu akan menanggungnya sehingga mayit itu terlepas darinya?’, Dia menjawab, ‘Ya.’ Maka Rasulullah ﷺ pun menshalatinya. Setelah hari itu beliau ﷺ bersabda, ‘Apakah yang telah dilakukan oleh dua dinar tersebut?’, maka Abu Qatadah berkata, ‘Sesungguhnya ia baru meninggal dunia kemarin.’ Jabir berkata, ‘Maka beliau ﷺ mengulangi pertanyaan itu keesokan harinya. Maka Abu Qatadah berkata, ‘Aku telah melunasinya wahai Rasulullah’. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sekarang telah dingin kulitnya!’.” ([14])
Sabda Rasulullah ﷺ, ‘Sekarang telah dingin kulitnya!’ menunjukkan bahwa laki-laki tersebut disiksa di alam kuburnya sampai terlunasi utangnya.
Taubatmu sudah diterimakah?
Dosa dan ancaman adalah perkara yang nyata, sedangkan tobat dan ampunan adalah perkara yang masih diduga.
Sungguh, aku mendapati bahwa seorang hamba pasti akan terjatuh ke dalam perbuatan dosa, baik dia mengetahuinya atau tidak, dia menganggapnya sebagai perbuatan dosa atau tidak, atau dia teringat atau lupa. Segala dosa yang terjadi di atas permukaan bumi ini telah tertulis dan tercatat, selama Allah ﷻ tidak menghapusnya dengan tobat.
Aku juga mendapati bahwa siksaan yang Allah ﷻ siapkan untuk setiap perbuatan dosa adalah sesuatu yang nyata dan pasti didapatkan oleh pelakunya selama Allah ﷻ tidak mengampuni pelaku perbuatan dosa tersebut.
Ketika perbuatan-perbuatan dosa yang telah aku lakukan menjadi perkara yang pasti, namun sejatinya hal tersebut telah tertulis dan tercatat. Begitu juga dengan ancaman dari perbuatan dosa tersebut berupa siksaan adalah hal yang pasti. Sesungguhnya Allah ﷻ tidaklah berfirman kecuali kebenaran, tidaklah memberikan peringatan kecuali peringatan tersebut adalah kebenaran. Kecuali jika seorang hamba tersebut bertobat dengan tobat nasuhah, lalu Allah ﷻ mengampuninya. Akan tetapi diterimanya taubat itu sejatinya masih berupa hal diduga.
Siapa yang dapat memberitahuku -dan memberitahu selainku – bahwa Allah ﷻ telah menerima kesalahan-kesalahanku, kekeliruanku dan mengampuni dosaku!!!
Sesungguhnya aku senantiasa berbaik sangka kepada Allah ﷻ -insya Allah-, tetapi aku berburuk sangka terhadap diriku sendiri, apakah aku telah sempurna dalam memenuhi rukun-rukun tobat? Lalu aku menjauhi dosa dengan sungguh-sungguh dan berniat tidak akan mengulanginya sama sekali!!! Apakah aku menyesal atas dosa-dosa yang telah aku perbuat dengan penyesalan orang yang pasti mendapatkan siksa Allah ﷻ kepadanya jika Allah ﷻ tidak mengampuni dosanya? Apakah aku bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu selama aku hidup!! Apakah aku telah mengembalikan hak-hak manusia kepada mereka? lalu mereka menghalalkan kezaliman yang aku tidak sanggup membayarnya?
Bagaimana mungkin Allah ﷻ mengampuniku, sedangkan aku memiliki dosa maksiat kepada-Nya yang tidak diketahui kecuali oleh Allah ﷻ? Belum lagi dosa-dosa yang bergunung-gunung yang berhubungan dengan hak-hak manusia!!?
Oleh karenanya, aku memanjatkan doa,
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah Engkaulah Tuhanku tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepada-Mu dengan nikmat yang Engkau berikan kepadaku aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau.”([15])
Rasa aman yang dahulu ternyata telah menipuku.
Sungguh, setelah aku melihat kondisiku pada tahap ini, maka aku mendapati bahwa aku telah hidup bertahun-tahun dalam keadaan tertipu. Aku mendapati bahwa rasa aman yang dahulu aku rasakan, sejatinya telah menipuku. Yang menyingkap hakikat ini kepadaku adalah segala perkara yang sebagiannya melengkapi sebagian yang lain. Tersingkap pada mataku dari segala hal yang tertutup, meskipun sejatinya sama sekali tidak tertutup sebelumnya.
Sesungguhnya Al-Quran telah menjelaskannya. Rasulullah ﷺ telah mengingatkannya di atas mimbar beliau bertahun-tahun. Yaitu ketika Nabi Muhammad ﷺ melihat neraka secara hakikatnya, maka beliau ﷺ bersabda,
لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
“Seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”([16])
Ketika Rasulullah ﷺ berkhotbah tentang surga dan neraka, maka wajah beliau ﷺ selalu memerah, sangat marah dan suaranya meninggi seakan-akan beliau ﷺ adalah panglima perang, seraya bersabda,
صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ
“Hendaklah kalian selalu waspada di waktu pagi dan petang.”([17])
Jika Rasulullah ﷺ mendengar satu ucapan yang menenangkan dan meyakinkan dari salah seorang sahabat tentang surga yang ditujukan bagi seseorang yang dikenal baik, maka beliau bersabda,
وَاللَّهِ مَا أَدْرِي وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ مَاذَا يُفْعَلُ بِي
“Dan demi Allah, saya tidak tahu -sedangkan aku Rasulullah- bagaimana aku diperlakukan nanti.” ([18])
Disebutkan di dalam Shahih Bukhari,
أَنَّ أُمَّ الْعَلَاءِ امْرَأَةً مِنْ الْأَنْصَارِ بَايَعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهُمْ اقْتَسَمُوا الْمُهَاجِرِينَ قُرْعَةً قَالَتْ فَطَارَ لَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَظْعُونٍ وَأَنْزَلْنَاهُ فِي أَبْيَاتِنَا فَوَجِعَ وَجَعَهُ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ فَلَمَّا تُوُفِّيَ غُسِّلَ وَكُفِّنَ فِي أَثْوَابِهِ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ فَشَهَادَتِي عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ أَكْرَمَهُ فَقُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَنْ يُكْرِمُهُ اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا هُوَ فَوَاللَّهِ لَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الْخَيْرَ وَ وَاللَّهِ مَا أَدْرِي وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ مَاذَا يُفْعَلُ بِي فَقَالَتْ وَاللَّهِ لَا أُزَكِّي بَعْدَهُ أَحَدًا أَبَدًا حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا وَقَالَ مَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِهِ قَالَتْ وَأَحْزَنَنِي فَنِمْتُ فَرَأَيْتُ لِعُثْمَانَ عَيْنًا تَجْرِي فَأَخْبَرْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ذَلِكَ عَمَلُهُ
“Sesungguhnya Ummul ‘Ala, seorang wanita Anshar yang pernah berbai’at kepada Rasulullah ﷺ mengabarkannya bahwasanya para sahabat membagi-bagi kantong kulit kepada kaum muhajirin, tiba-tiba Utsman bin Mazh’un bergegas menemui kami, dan kami tempatkan didalam rumah kami, kemudian ia sakit yang menyebabkan kematiannya. Tatkala ia meninggal, dia dimandikan dan dikafankan dalam kainnya, Rasulullah ﷺ masuk. Lantas saya bergumam, ‘Kiranya rahmat Alalh terlimpah kepadamu hai Abu Saib, dan persaksianku terhadap dirimu, sungguh Allah telah memuliakanmu.’ Rasulullah ﷺ bertanya, ‘Dari mana kamu tahu bahwa Allah telah memuliakannya?’, Saya menjawab, ‘Aku tidak tahu, demi ayahku sebagai tebusanmu ya Rasulullah, siapakah dia?,’ Rasulullah bersabda, “Adapun dia, demi Allah, kematian telah merenggutnya, demi Allah, sungguh aku berharap ia memperoleh kebaikan, dan demi Allah, saya tidak tahu bagaimana aku diperlakukan nanti sedangkan aku adalah Rasulullah.’ Kata Ummul ‘Ala, ‘Demi Allah, saya sama sekali tidak akan mensucikan seseorang setelahnya selamanya.’ Ummul ‘Ala berkata, ‘Hal itu menjadikanku sedih sehingga aku tidur dan aku bermimpi melihat ‘Utsman mempunyai mata air yang mengalir, dan aku kabarkan kepada Rasulullah ﷺ, dan beliau bersabda, ‘Itulah amalnya’.”([19])
Maka, Aku katakan, ‘Apakah setelah itu setiap orang yang beriman akan merasa tenang dengan amalnya? Lalu dia dapat tidur nyenyak, sedangkan dia sendiri tidak tahu apakah tempat kembalinya kelak di surga atau neraka?’
Permohonan kepada kaum muslimin
Saudara dan teman-teman tercinta sesama muslim, Rasulullah ﷺ telah bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Barang siapa pernah berbuat zalim kepada saudaranya terhadap kehormatannya atau yang lain, hendaknya meminta orang tersebut menghalalkan dirinya dari perbuatan aniaya tersebut hari ini sebelum datang hari tidak ada uang dinar dan dirham. Apabila ia memiliki amal shaleh, maka akan diambil amal shaleh darinya sebanding dengan perbuatan kezalimannya. Apabila tidak memiliki amal shaleh, maka akan diambilkan dosa saudaranya dan dilimpahkan kepada dirinya.” ([20])
Aku melihat catatan-catatan amalanku dengan cepat hingga yang terakhir. Tiba-tiba aku melihat banyak hak-hak dan utang-utang yang belum mampu aku tunaikan baik hak orang tua, saudara-saudara dan kaum muslimin. Kezaliman bagaikan rantai yang panjang!!
Aku selalu kembali melihat ke dunia sebelum akhirat: Selamat tinggal wahai orang-orang yang telah aku zalimi, berharap agar mereka memaafkan perbuatanku di dunia ini, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan atau menuntutku sekarang juga. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan jika sekiranya dia menuntutku sekarang juga di sini di dunia. Sungguh, dia sebaik-baiknya teman dan saudara!! Dan aku juga berharap dan meminta kepada setiap saudara dan teman di sisi Allah agar tidak menunda tuntutannya pada hari kiamat kelak.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَصِفَاتِكَ الْعُلْيَا وَرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ أَنْتَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ الْغَفُوْرُ الْوَدُوْدُ ذُوْ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ؛ أَنْ تَتَجَاوَزَ عَنْ خَطِيْئَاتِيْ وَأَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذَنْبِيْ وَأَنْ تُجْزِيْ كُلَّ مُؤْمِنٍ صَنَعَ إِحْسَانًا بِإِحْسَانٍ مِنْ عِنْدِكَ؛ وَأَنْ تَغْفِرَ لِكُلِّ مَنْ أَسَاءَ إِلَيَّ أَوْ ظَلَمَنِيْ أَيَّ مَظْلَمَةٍ كَانَتْ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ عَمَلِيْ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. رَبِّ أَوْزِعْنِيْ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang mulia dan sifat-sifat-Mu yang tinggi dan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu. Aku memohon kepada-Mu bahwa Engkau adalah Allah Rabb semesta alam, Maha Mulia lagi Maha Penyayang lagi Maha Pengampun lagi Dzat yang memiliki ‘arsy yang mulia agar Engkau mengampuni segala kesalahanku dan dosaku, agar Engkau memberikan setiap perbuatan orang yang beriman balasan yang baik di sisi-Mu, agar Engkau mengampuni dosa-dosa setiap orang yang berlaku buruk kepada-ku atau berbuat zalim kepadaku. Ya Allah terimalah amalanku sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wahai Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” ([21])
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukum Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([2]) HR. Ibnu Majah No. 45. Dinyatakan sahih oleh Al-Albani.
([7]) HR. Bukhari No. 7028 dan 7029.
([13]) HR. Ibnu Majah No. 4122 dan dinyatakan hasan sahih oleh Al-Albani.
([14]) HR. Ahmad No. 14536, hadits hasan.
([21]) Hingga di sini penukilan cuplikan-cuplikan dari kitab Al-Jahiim Ru’yah Min Ad-Daakhil, karya Abdurrahman Abdul Khaliq rahimahullah (dengan peringkasan dan sedikit perubahan).