Model-Model Kenikmatan Berkaitan Dengan Penghuni Surga
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA
Pertama : Penghuni surga adalah raja yang sesungguhnya
Allah ﷻ berfirman,
وَإِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا
“Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.” (QS. Al-Insan: 20)
Disebut dengan “kerajaan yang besar” karena:
Pertama : Memang kerajaan tersebut luas dan mewah. Oleh karenanya ketika disebutkan tentang orang yang terakhir masuk surga, Nabi bersabda :
إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا، وَآخِرَ أَهْلِ الجَنَّةِ دُخُولًا، رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ كَبْوًا، فَيَقُولُ اللَّهُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الجَنَّةَ، فَيَأْتِيهَا، فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى، فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى، فَيَقُولُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الجَنَّةَ، فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى، فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى، فَيَقُولُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الجَنَّةَ، فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا – أَوْ: إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشَرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا – فَيَقُولُ: تَسْخَرُ مِنِّي – أَوْ: تَضْحَكُ مِنِّي – وَأَنْتَ المَلِكُ ” فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ، وَكَانَ يَقُولُ: «ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الجَنَّةِ مَنْزِلَةً»
“Sesungguhnya aku tahu siapa orang yang paling terakhir dikeluarkan dari neraka dan paling terakhir masuk ke surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak. Kemudian Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau, masuklah engkau ke surga.” Ia pun mendatangi surga, tetapi ia membayangkan bahwa surga itu telah penuh. Ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.” Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga.” Ia pun mendatangi surga, tetapi ia masih membayangkan bahwa surga itu telah penuh. Kemudian ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.” Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga, karena untukmu surga seperti dunia dan sepuluh kali lipat darinya.” Orang tersebut berkata, “Apakah Engkau memperolok-olokku atau menertawakanku, sedangkan Engkau adalah Raja Diraja?” Ibnu Masud berkata, “Aku melihat Rasulullah ﷺ tertawa sampai tampak gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda, “Itulah penghuni surga yang paling rendah derajatnya.” ([1])
Kedua : Malaikat jika ingin bertemu maka mereka akan meminta izin terlebih dahulu([2]). Jadi penghuni surga benar-benar seorang raja. bagaimana tidak, para malaikat yang ingin menemuinya harus meminta izin terlebih dahulu. Berbeda dengan raja di dunia yang masih merasakan sedih memikirkan rakyat dan yang lainnya. Adapun seseorang ketika masuk surga maka dia benar-benar menjadi raja.
Dan memang penghuni surga benar-benar seorang raja karena selain memiliki wilayah kekuasaan yang luas, kerajaannya pun dengan berbagai macam kenikmatan yang sempurna dan abadi.
Kedua : Tidak ada lagi kesedihan dan tidak ada kekhawatiran.
Allah ﷻ berfirman,
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ
“Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati”.” (QS. Al-A’raf: 49)
Inilah dua perkara yang menjadikan hidup seseorang menjadi tidak enak di dunia. Jika bukan karena sedih tentang masa lalu maka dia akan khawatir tentang masa depan. Inilah yang menjadi seseorang merasa hidup terasa tidak enak ketika di dunia. Jika kesedihan dan kekhawatiran hilang maka seseorang akan hidup tenteram dan bahagia. Oleh karenanya ketika para penghuni surga memasuki surga mereka berkata,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
“Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fatir: 34)
Jika para penghuni surga telah masuk ke dalam surga maka tidak akan ada lagi kesedihan. Berbeda dengan di dunia ini banyak sekali yang membuat kita sedih. Ketika cita-cita tidak tercapai maka kita sedih. Ketika mendapatkan sesuatu yang tidak enak kita sedih. Melihat kondisi orang lain yang tertimpa kesulitan kita sedih. Melihat kondisi kita atau keluarga kita yang sedang kesulitan, dan banyak hal lainnya di dunia ini yang membuat kita sedih. Berbeda dengan keadaan di surga di mana tidak kesedihan sama sekali.
Ketiga : Tidak ada penyakit hati
Allah berfirman :
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan” (QS Al-A’rof : 43)
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan (QS Al-Hijr : 47)
Tentu kita tahu diantara perusak kebahagiaan adalah penyakit-penyakit yang ada di dalam hati, seperti dendam, hasad, berburuk sangka, cemburu, marah, dan lain-lain. Semua penyakit ini tidak ada sama sekali di hati-hati para penghuni surga, tentu ini merupakan penyempurna kebahagiaan mereka di surga.
Keempat : Selalu muda, sehat, bahagia dan abadi.
Nabi ﷺ bersabda,
يُنَادِي مُنَادٍ: إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلَا تَسْقَمُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلَا تَمُوتُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلَا تَهْرَمُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلَا تَبْأَسُوا أَبَدًا ” فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Penyeru (di surga) menyeru : “Sesungguhnya kalian hidup dan tidak mati selamanya, kalian sehat dan tidak sakit selamanya, kalian muda dan tidak tua selamanya, kalian bersenang-senang dan tidak akan bersedih selamanya. Itulah firman-Nya ‘azza wajalla:; Dan Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (Al-A’raf: 43).” ([3])
Al-Hasan berkata :
أَتَتْ عَجُوزٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: يَا أُمَّ فُلَانٍ إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ، قَالَ: فَوَلَّتْ تَبْكِي. فَقَالَ: أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً، فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا، عُرُبًا أَتْرَابًا
Ada seorang nenek datang kepada Nabi lalu berkata, “Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah agar memasukan aku ke surga !”. Maka Nabi berkata, “Wahai Umu Fulan, sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek-nenek”. Maka wanita tersebut pergi dan menangis. Maka Nabi berkata, “Kabarkanlah kepadanya bahwa ia tidak akan masuk surga dalam kondisi tua, sesungguhnya Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya” (QS Al-Waqiáh : 35-37) ([4])
Nabi juga bersabda :
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ جُرْدًا، مُرْدًا، بِيضًا، جِعَادًا، مُكَحَّلِينَ، أَبْنَاءَ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ، عَلَى خَلْقِ آدَمَ، سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي عَرْضِ سَبْعِ أَذْرُعٍ
“Penghuni surga masuk ke surga dalam kondisi tidak ada bulu di tubuhnya, tidak ada jenggotnya, putih, rambut ikal, kelopak matanya hitam (seperti memakai celak), dalam bentuk Nabi Adam, tingginya 60 hasta dengan lebar 7 hasta” ([5])
Ibnul Qoyyim berkata :
وَفِي هَذَا الطُّوْلِ وَالْعَرْضِ وَالسِّنِّ مِنَ الْحِكْمَةِ مَا لاَ يَخْفَى فَإِنَّهُ أَبْلَغُ وَأَكْمَلُ فِي اسْتِيْفَاءِ اللَّذَّاتِ لِأَنَّهُ أَكْمَلُ سِنِّ الْقُوَّةِ مَعَ عِظَمِ آلاَتِ اللَّذَّةِ وَبِاجْتِمَاعِ الأَمْرَيْنِ يَكُوْنُ كَمَالُ اللَّذَّةِ وَقُوَّتُهَا بِحَيْثُ يَصِلُ فِي الْيَوْمِ الْوَاحِدِ إِلَى مِئَةِ عَذْرَاءَ … وَلاَ يَخْفَى التَّنَاسُبُ الَّذِي بَيْنَ هَذَا الطُّوْلِ وَالْعَرْضِ فَإِنَّهُ لَوْ زَادَ أَحَدُهُمَا عَلَى الآخَرِ فَاتَ الاِعْتِدَالُ وَتَنَاسُبُ الْخِلْقَةِ، يَصِيْرُ طُوْلاً مَعَ دِقَّةٍ أَوْ غِلْظًا مَعَ قِصَرٍ وِكِلاَهُمَا غَيْرُ مُنَاسِبٍ
“Dengan tinggi dan lebar tubuh, serta umur tersebut tentu ada hikmah yang tidak samar lagi, yaitu lebih terasa dan lebih sempurna dalam merasakan kelezatan, karena itu adalah umur yang paling sempurna dalam memuaskan kelezatan, karena itu adalah umur muda (kuat) yang sempurna jika disertai dengan agungnya alat-alat keledzatan. Dan dengan berkumpulanya dua faktor ini maka sempurnalah kelezatan dan kuatnya kelezatan tersebut, dimana seseorang bisa dalam sehari menggauli seratus gadis… dan tentu tidak samar lagi tentang adanya keserasian antara tinggi (60 hasta) dan lebar (7 hasta) tersebut, karena jika salah satunya berlebihan dari yang lainnya maka akan hilang keseimbangan dan keserasian bentuk tubuh, sehingga jadilah tinggi tapi kurus atau gemuk tapi pendek, dan keduanya tidak serasi”([6])
Ini adalah kenikmatan penghuni surga yang mereka selalu sehat, selalu muda, dan selalu senang dan tidak pernah sedih sama sekali.
Kelima : Tidak akan pernah lapar dan haus. Allah ﷻ berfirman tentang Nabi Adam di surga,
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَىٰ وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَىٰ
“Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”. ” (QS. Thaha: 118-119)
Keenam : Tubuh mereka akan dibersihkan
Tubuh dan fisik para penghuni surga akan dibersihkan baik laki-laki maupun wanita.
Allah berfirman :
وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan bagi mereka istri-istri yang disucikan serta mereka kekal di dalam surga” (QS Al-Baqoroh : 25)
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS Ali Imron : 15)
Makna “disucikan” adalah disucikan baik fisik maupun akhlak([7]).
Nabi bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً، لاَ يَبُولُونَ وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ، وَلاَ يَتْفِلُونَ وَلاَ يَمْتَخِطُونَ، أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ، وَرَشْحُهُمُ المِسْكُ، وَمَجَامِرُهُمْ الأَلُوَّةُ الأَنْجُوجُ، عُودُ الطِّيبِ وَأَزْوَاجُهُمُ الحُورُ العِينُ، عَلَى خَلْقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ، عَلَى صُورَةِ أَبِيهِمْ آدَمَ، سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ
“sesungguhnya rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka seperti bentuk bulan saat purnama. Kemudian yang datang setelah mereka rupanya bagaikan bintang-bintang yang sangat bercahaya di langit, mereka tidak akan pernah kencing, buang air besar, tidak meludah dan tidak pula membuang ingus. Sisir-sisir mereka terbuat dari emas, keringat mereka seharum minyak misik. Bakaran wangian gaharu mereka al-aluwwah al-anjuuj (yaitu kayu gaharu dari India) ([8]). Istri-istri mereka adalah bidadari dengan perawakan yang satu orang yang sama, bentuk seperti nenek moyang mereka, Adam ‘Alaihissalam, yang tingginya enam puluh hasta yang menjulang ke langit”. ([9])
Ketujuh : Penghuni surga akan dijadikan tampan dan cantik, bahkan semakin tampan dan semakin cantik.
Nabi bersabda :
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَسُوقًا، يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ، فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ، فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالًا، فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدِ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالًا، فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ: وَاللهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا، فَيَقُولُونَ: وَأَنْتُمْ، وَاللهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا
“Sesunguhnya di surga ada sebuah pasar yang mereka (para penghuni surga) mendatanginya setiap hari jumát, maka bertiuplah angin utara lalu berhembus di wajah mereka dan baju mereka, maka merekapun semakin bertambah indah dan tanpan. Lalu mereka balik ke keluarga mereka dan ternyata keluarga mereka juga telah semakin indah dan cantik, maka keluarga mereka berkata kepada mereka, “Demi Allah kalian semakin bertambah indah dan tampan”. Maka mereka berkata, “Kalian juga demi Allah telah semakin indah dan cantik” ([10])
Nabi juga bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى أَضْوَإِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ؟
“Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk surga dalam bentuk rembulan di malam bulan purnama, dan rombongan berikutnya dalam bentuk cahaya bintang yang paling terang di langit. Masing-masing dari mereka mendapatkan dua istri yang terlihat sum-sum betisnya di balik daging. Tidak ada yang bujangan di surga” ([11])
Nabi juga bersabda
مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُوْتُ سَقْطًا وَلاَ هَرَمًا – وَإِنَّمَا النَّاسُ فِيْمَا بَيْنَ ذَلِكَ – إِلاَّ بُعِثَ ابْنَ ثَلاَثِيْنَ سَنَةً، فَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ كَانَ عَلَى مَسْحَةِ آدَمَ، وَصُوْرَةِ يُوْسُفَ، وَقَلْبِ أَيُّوْبَ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ عُظِّمُوا، أَوْ فُخِّمُوا كَالْجِبَالِ
“Tidak seorangpun yang meninggal dalam kondisi keguguran atau dalam kondisi tua renta -dan manusia pada umumnya meninggal di antara dua kondisi tersebut- kecuali akan dibangkitkan dalam usisa 30 tahun. Jika termasuk penghuni surga maka dalam bentuk Nabi Adam dan rupa Nabi Yusuf dengan hati Nabi Ya’qub. Dan siapa yang termasuk penghuni neraka maka tubuhnya dibesarkan seperti gunung” ([12])
Kedelapan : Penghuni surga tidak akan letih dan tidak akan capek.
Allah ﷻ berfirman,
الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ
“Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.” (QS. Fatir: 35)
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ
Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (QS Al-Hijr : 48)
نَصَبٌ adalah keletihan ketika beraktivitas adapun لُغُوبٌ keletihan yang didapat setelah beraktivitas. Contohnya ada orang yang ketika bermain bola dia merasakan lelah maka ini dinamakan dengan نَصَبٌ. Dan ada orang yang ketika bermain bola dia tidak merasakan apa-apa, namun setelah selesai bermain bola dia baru merasakan pegal-pegal, maka ini yang dinamakan dengan لُغُوبٌ. Di surga tidak ada keletihan ketika beraktivitas dan ketika setelah beraktivitas. Oleh karenanya tidak ada tidur di surga, ketika Nabi ﷺ ditanya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيَنَامُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ، وَأَهْلُ الْجَنَّةِ لَا يَنَامُونَ»
“wahai Rasulullah, apakah penduduk surga itu tidur?, maka Rasulullah ﷺ menjawab : “tidur itu saudaranya kematian, sedangkan penduduk surga tidak akan mati”. ([13])
Jadi tidak boleh di surga ada tidur, karena tidur sama dengan terhenti dari merasakan kenikmatan. Orang yang tidur biasanya karena lelah baru kemudian dia tertidur, ketika dia tertidur maka dia terhenti dari merasakan kenikmatan, padahal di surga tidak boleh seseorang terhenti dari merasakan kenikmatan.
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukum Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([1]) HR. Bukhari No. 6571 dan Muslim No. 186
([2]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 19/145
([4]) HR. At-Tirmidzi 2/39 di Syamaíl dan al-Baihaqi di Syuábul Iman, dan dinilai hasan oleh Al-Albani di As-Shahihah no 2987
([5]) HR. Ahmad no 7933 dan at-Tirmidzi no 2545 dan dinilai hasan oleh Al-Albani dan al-Arnauth
([7]) Lihat Tafsir As-Sa’di hal 46
([8]) Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, An-Nawawi 17/172.
Secara bahasa المَجَامِرُ adalah jamak dari المِجْمَرُ yaitu tempat diletakan bara api untuk membakar kayu gaharu. Namun apakah di surga ada api untuk membakar kayu gaharu untuk wewangian?. Maka ada beberapa kemungkinan :
Pertama : Bisa jadi penamaan mijmar (tempat peletakan bara api) hanya sekedar agar dipahami sebagaimana dikenal di dunia, akan tetapi di surga tidak ada apinya.
Kedua : Bisa jadi ada apa tapi tidak memberi kemudorotan
Ketiga : Bisa jadi keluar wewangian dari kayu tersebut tanpa harus dengan api.
Jika ada yang berkata, “Apa perlunya penghuni surga kepada minyak wangi atau wewangian, sementara tubuh mereka sendiri sudah wangi?”. Jawabannya, bahwsanya penghuni surga diberi kenikmatan-kenikmatan dengan model kenikmatan-kenikmatan yang pernah mereka rasakan di dunia (tentu dengan level kenikmatan yang jauh berbeda). Karenanya mereka mendaptakan kenikmatan makanan dan minuman sementara mereka tidak pernah lapar dan tidak pernah haus. Maka demikian pula mereka bernikmat-nikmat dengan aroma-aroma yang wangi meski tubuh mereka sendiri sudah wangi. (Lihat penjelasan Ibnu Hajar di Fathul Baari 6/324-325)
([9]) HR. Bukhari No. 3327 Muslim No. 2834
([12]) Dishahihkan oleh Al-Albani di As-Shahihah no 2512 dan dihasankan oleh Al-Munawi di Fadihul Qodir 3/445