FITNAH KUBUR
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Fitnah kubur([1]) (pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir) merupakan suatu peristiwa yang sangat berat. Oleh karenanya dalam suatu hadits Nabi ﷺ menyamakan antara fitnah kubur dengan fitnah Dajal. Nabi ﷺ bersabda:
أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلَ أَوْ قَرِيبَ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Diwahyukan kepadaku: bahwa kalian akan terkena fitnah dalam kubur kalian seperti -atau hampir berupa- fitnah -yang aku sendiri tidak tahu apa yang diucapkan Asma’ diantaranya adalah fitnah Al Masihu ad-Dajal.”([2])
Kita tahu fitnah Dajal adalah fitnah yang sangat luar biasa, yang mana Dajal adalah manusia yang sangat sakti mampu melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Dajal jika mengatakan hujan maka hujan akan turun meskipun di musim kemarau, jika mengatakan tumbuhan tumbuh, maka tumbuhan akan tumbuh meskipun di musim kemarau. Banyak hal-hal luar biasa yang mampu ia lakukan sehingga membuat manusia ragu akan keimanannya kepada Allah ﷻ. Sebegitu dahsyatnya fitnah Dajal, ternyata fitnah kubur semisal dengan fitnah Dajal.
Dalam hadits al-Baroo’ bin ‘Azib yang lalu, Nabi shallallahu álaihi wasallam bersabda :
فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ، فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ، فَيُجْلِسَانِهِ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللهُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ، فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‘Lantas ruhnya di kembalikan ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya dan bertanya ‘Siapa Tuhanmu’, dia menjawab ‘Tuhanku Allah’, keduanya bertanya, ‘Apa agamamu?’, dia menjawab, ‘Agamaku Islam’, keduanya bertanya, ‘Siapakah laki-laki yang diutus kepadamu ini?’, dia menjawab, ‘Dia adalah Rasulullah ﷺ’ ([3])
Ini menunjukan bahwa fitnah (pertanyaan Munkar dan Nakir) kepada mayat setelah ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Ibnu Taimiyyah berkata :
الْأَحَادِيث الصَّحِيحَة المتواترة تدل على عود الرّوح إِلَى الْبدن وَقت السُّؤَال، وسؤال الْبدن بِلَا روح قَول قَالَه طَائِفَة من النَّاس وَأنْكرهُ الْجُمْهُور وقابلهم آخَرُونَ فَقَالُوا السُّؤَال للروح بِلَا بدن وَهَذَا قَالَه ابْن مرّة وَابْن حزم وَكِلَاهُمَا غلط وَالْأَحَادِيث الصَّحِيحَة ترده وَلَو كَانَ ذَلِك على الرّوح فَقَط لم يكن للقبر بِالروحِ اخْتِصَاص
“Hadits-hadits yang shahih yang mutawatir menunjukan akan kembalinya ruh ke jasad ketika waktu pertanyaan (malaikat munkar dan nakir). Dan pendapat bahwa pertanyaan hanya ke badan tanpa ruh merupakan pendapat sekelompok orang dan diingkari oleh mayoritas. Sebaliknya sebagian orang berpendapat bahwa pertanyaan (malaikat Munkar dan Nakir) tertuju pada ruh tanpa badan. Ini adalah pendapat Ibnu Murroh dan Ibnu Hazm, dan keduanya telah salah, hadits-hadits yang shahih telah membantah pendapat ini. Jika pertanyaan hanya ditujukan kepada ruh saja maka tidak kekhususan keterkaitan ruh dengan kuburan” ([4])
Orang Mukmin Menghadapi Fitnah Kubur
Setelah dimasukkan ke dalam kubur, maka mayat akan ditinggalkan oleh orang-orang yang mengantarkannya ke kuburnya. Menjadi sesuatu hal yang menyedihkan adalah Allah ﷻ membuat mayat mendengar langkah-langkah kaki orang-orang yang beranjak pergi meninggalkan kuburnya. Istri, anak-anak, keluarga serta orang-orang yang dicintainya pergi meninggalkan dirinya sendiri di kuburan tersebut yang sangat sempit dan gelap tanpa ada cahaya dan penerangan.
Kemudian datanglah dua malaikat yang hitam dan biru menghampirinya. Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ أَوْ قَالَ أَحَدُكُمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالآخَرُ النَّكِيرُ
“Apabila mayat atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Mungkar dan yang lain Nakir.”([5])
Wallahu a’lam bagaimana hitam dan birunya yang jelas keduanya datang dalam keadaan yang aneh dan menakutkan. Kedua malaikat tersebut menghampiri mayat lalu mendudukkan mayat. Setelah itu kedua malaikat menanyakan kepada mayat tentang tiga pertanyaan yang disebut dengan fitnah kubur. Pertanyaan tersebut adalah “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Dan siapa Nabimu?”. Seseorang yang beriman di dunia, maka ia akan bisa menjawab pertanyaan ini. Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ أُتِيَ ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
“Jika seorang mukmin telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan mengucapkan: ’Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah’. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah ﷻ yang artinya: ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh di dunia dan akhirat.”([6])
Maka orang mukmin menjawab: “Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam, dan Muhammad adalah nabiku”. Kemudian terdengar suara menyeru:
صَدَقَ عَبْدِيْ فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا
“Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya di surga, bukakan baginya pintu-pintu surga dan berikan kepadanya pakaian surga.”
Maka sampailah kepadanya dari angin surga dan wanginya surga”([7])
Dalam riwayat lain diperlihatkan juga baginya neraka yang jika seandainya di dunia ia kufur kepada Allah ﷻ maka itu adalah tempat baginya.([8]) Hal ini menjadikan seorang hamba menjadi semakin bersyukur kepada Allah ﷻ.
Lalu datang amal saleh kepada mayat dalam bentuk seorang laki-laki yang rupawan, berpakaian indah, beraroma wangi untuk menemaninya. Dengan penuh heran mayat bertanya kepada lelaki itu:
مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ
“Siapakah engkau?, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?. Lelaki itu berkata: Aku adalah amal shalihmu.”([9])
Setelah itu datang nikmat, rahmat, dan karunia Allah ﷻ kepadanya. Kuburannya menjadi lapang dan diberi cahaya oleh Allah ﷻ seluas mata memandang. Maka ketika itu ia meminta kepada Allah ﷻ untuk segera berpindah kepada kenikmatan yang lebih yaitu surga dengan berkata:
رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي
“Wahai Rabbku segera tegakkanlah hari kiamat hingga aku bisa segera kembali pada keluargaku serta harta-hartaku.”([10])
Orang Munafik Menghadapi Fitnah Kubur
Keadaan orang-orang munafik ketika mengalami fitnah kubur sangat mengerikan. Hal tersebut disebutkan dalam sabda Nabi ﷺ :
يَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي
“Datanglah dua Malaikat yang mendudukkannya dan berkata: Siapa Rabbmu. Orang itu berkata: Hah…hah…aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Apa agamamu? Orang itu berkata: Hah…hah…aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Siapakah laki-laki ini yang diutus kepada kalian? Orang itu berkata: Hah..hah.. aku tidak tahu.([11])
Dalam riwayat lain orang-orang munafik ketika tidak bisa menjawab tiga pertanyaan dari malaikat mereka berkata:
هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي سَمِعْت النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ
“haah haah, aku tidak tahu, aku mendengar manusia mengatakan sesuatu akupun mengikutinya.”([12])
Ini menunjukkan bahwa jawaban pada alam barzakh itu berkaitan dengan iman bukan hafalan. Orang-orang kafir saat ini jika kita bertanya kepada mereka siapa Tuhan mereka, maka mereka dengan mudah menjawab “Allah”. Akan tetapi di alam barzakh perkaranya berbeda. Apalagi orang munafik di zaman Nabi, mereka statusnya muslim, bahkan hidup di tengah kaum muslimin, bahkan mereka shalat di Masjid Nabawi, tentu mereka kenal betul tentang Islam, tentang Allah, dan tentang Nabi shallallahu álaihi wasallam. Akan tetapi ketika ditanya di alam barzakh maka ia tidak bisa menjawab sama sekali. Yang lebih menyakitkan orang munafik tersebut berusaha mengingat jawabannya, bahkan ia berusaha dengan berkata, “Aku mendengar orang-orang mengucapkan “sesuatu”…”, namun tetap saja ia tidak mampu untuk mengingat dan menjawab, ia lupa akan “sesuatu” tersebut. Ini adalah suatu kondisi yang sangat tragis bagi seorang munafik, ia ketika di dunia tahu betul tentang Allah, Nabi, dan Islam, akan tetapi di kubur ia berusaha mengingat namun tidak mampu untuk mengingatnya.
Ketika orang munafik tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh malaikat, maka ia pun disiksa oleh malaikat. Nabi ﷺ bersabda:
ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْن
“Lalu orang itu dipukul dengan besi sehingga ia berteriak-teriak yang suaranya terdengar oleh makhluk yang berada di sekelilingnya selain jin dan manusia.”([13])
Tidak hanya itu siksaan terus berlanjut, Nabi ﷺ bersabda menjelaskan hal tersebut:
فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ
Kemudian penyeru di langit berseru: Orang itu telah berdusta. Hamparkanlah untuknya (permadani) dari Neraka dan bukakanlah untuknya pintu menuju Neraka sehingga ia bisa merasakan hawa panasnya. Disempitkan kuburnya (menghimpitnya) hingga tulang-tulang rusuknya berantakan. Kemudian datanglah seorang laki-laki yang berwajah buruk berpakaian buruk berbau busuk berkata: Bergembiralah dengan hal-hal yang membuatmu bersedih. Ini adalah harimu yang sebelumnya telah dijanjikan untukmu. Orang itu berkata: Siapakah engkau yang berwajah buruk ini? Lelaki itu berkata: aku adalah amalanmu yang buruk. Orang itu berkata: Wahai Rabbku, janganlah engkau tegakkan hari kiamat.”([14])
Orang Kafir menghadapi fitnah kubur
Bagaimana dengan orang-orang kafir, apakah mereka akan mendapati fitnah kubur? Ada khilaf di kalangan para ulama, sebagian ulama mengatakan bahwa orang kafir tidak ditanya mereka langsung disiksa, sebagian ulama lain mengatakan bahwa mereka juga akan ditanya, mereka berdalil dengan sebagian riwayat yang menjelaskan hal tersebut.([15]) Maka penulis lebih condong kepada pendapat ini bahwasanya orang kafir juga akan mendapati fitnah kubur untuk ditegakkah hujjah, agar mereka disiksa di atas hujjah.
Bagaimana dengan orang-orang terdahulu sebelum datangnya Islam, apakah mereka akan mendapati fitnah kubur? Pendapat yang paling kuat bahwasanya sebagaimana umat ini ada fitnah kubur maka umat-umat terdahulu juga ada fitnah kubur.
Siapakah orang-orang yang selamat dari fitnah kubur?
- Orang yang mati syahid.
Dalam sebuah hadits Nabi ﷺ pernah ditanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا بَالُ الْمُؤْمِنِينَ يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ إِلَّا الشَّهِيدَ؟ قَالَ: كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً
“Ya Rasulullah mengapa orang-orang yang beriman diuji di dalam kuburan mereka kecuali orang-orang yang syahid?’, Rasulullah menjawab: ‘Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian.”([16])
Berdasarkan hadits ini para ulama mengatakan bahwa para Siddiqqin lebih utama untuk tidak mendapatkan fitnah kubur, sebab derajat mereka lebih tinggi dari para Syuhada. Apalagi para Nabi tentu mereka tidak akan mendapati fitnah kubur, karena para Nabi bukan ditanya akan tetapi orang-orang ditanya tentang mereka.
- Orang yang meninggal dalam keadaan Murobith (berjaga di daerah perbatasan).
Ini adalah pekerjaan yang berat karena berjaga dalam peperangan di daerah perbatasan tidak diketahui kapan musuh akan datang, sehingga setiap saat bisa dibunuh, selalu dalam kondisi waspada tiada hentinya. Dan biasanya jika orang berjaga maka itu berhari-hari. Berbeda jika dalam kondisi perang, maka kita mengetahui bahwa musuh ada dihadapan kita sehingga kita bisa bersiap-siap menghadapinya. Nabi ﷺ bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ، وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ، وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari malaikat yang menfitnahnya/mengujinya (yaitu Munkar dan Nakir)”([17])
- Orang meninggal di malam Jumat atau di hari Jumat.
Nabi ﷺ bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur.”([18])
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukum Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([1]) Fitnah kubur berbeda dengan azab kubur. Secara bahasa fitnah artinya ujian yang bisa jadi seseorang lulus atau tidak lulus. Jika seseorang tidak lulus dari fitnah kubur barulah ia akan mendapatkan azab kubur.
Karenanya Nabi shallallahu álaihi wasallam membedakan antara fitnah kubur dan azab kubur. Diantara doa Nabi shallallahu álaihi wasallam :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ وَالهَرَمِ، وَالمَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ، وَمِنْ فِتْنَةِ القَبْرِ، وَعَذَابِ القَبْرِ
“Ya Allah aku berlindung kepadamu dari kemalasan, kepikunan, dosa, hutang, dari fitnah kubur dan dari adzab kubur” (HR Al-Bukhari no 6368, dari hadits Aisyah)
Ibnu Ábdilbarr berkata :
وَقَدْ ثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَسْتَعِيذُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ فِي حَدِيثٍ وَاحِدٍ وَذَلِكَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ عَذَابَ الْقَبْرِ غَيْرُ فِتْنَةِ الْقَبْرِ
“Dan telah valid dari Nabi shallallahu álaihi wasallam bahwasanya beliau berlindung dari fitnah kubur dan azab kubur dalam satu hadits. Ini menunjukan bahwa azab kubur bukan fitnah kubur” (At-Tamhid 22/252)
([3]) Sebagaimana dinukil oleh muridnya yaitu Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ruuh hal 51
([4]) HR. Ahmad, no. 18534 dengan sanad sahih
([5]) HR. Tirmidzi No. 1071, dihasankan oleh Al-Albani di dalam ta’liqnya
([7]) HR. Abu Daud No. 4754, dihasankan oleh Al-Albani dalam ta’liqnya.
([8]) Lihat HR. Bukhori No. 1338
([9]) HR. Ahmad No. 15834, dikatakan bahwa sanadnya shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam ta’liqnya.
([10]) HR. Ahmad No. 15834, dikatakan bahwa sanadnya shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam ta’liqnya.
([11]) HR. Ahmad No. 18543, dikatakan shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam ta’liqnya
([14]) HR. Ahmad No. 18543, dikatakan shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam ta’liqnya
([15]) Lihat Lawami’u Al-Anwar Al-Bahiyyah 2/10
([16]) HR. An-Nasa’i No. 2053, dishahihkan oleh Al-Albani dalam ta’liqnya
([18]) HR. Ahmad No. 2509, dikatakan bahwa sanadnya shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth