Khutbah Jumat – Melihat Wajah Pezina
Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستهديه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. لا نبي بعده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدى هدى محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين، أًوصيكم وإياي بتقوى الله، فقد فاز المتقون
Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab Shahih mereka berdua, dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda:
لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي الْمَهْدِ إِلَّا ثَلَاثَةٌ: عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ وَبَيْنَا صَبِيٌّ يَرْضَعُ مِنْ أُمِّهِ،
“Tidak ada yang berbicara tatkala masih kecil (dalam buaian) kecuali tiga, yaitu ‘Isa bin Maryam, anak kecil (tentang) Juraij dan seorang anak yang menyusu ibunya.
فَمَرَّ رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى دَابَّةٍ فَارِهَةٍ، وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ، فَقَالَتْ أُمُّهُ: اللهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَ هَذَا، فَتَرَكَ الثَّدْيَ وَأَقْبَلَ إِلَيْهِ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ، فَقَالَ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى ثَدْيِهِ فَجَعَلَ يَرْتَضِعُ “.
Lalu ada seorang pemuda yang lewat dengan menaiki kendaraan yang mewah dengan lencana yang indah. Setelah itu ibunya berdoa: Ya Allah jadikanlah anakku seperti dia. Lalu bayi tersebut berpaling dari susuan ibunya dan menghadap, melihat pemuda tersebut, lalu berdoa: Ya Allah jangan jadikan aku seperti dia, kemudian dia kembali menyusu ibunya.
قَالَ: فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَحْكِي ارْتِضَاعَهُ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ فِي فَمِهِ، فَجَعَلَ يَمُصُّهَا،
Perawi berkata: Seakan-akan aku melihat kepada Rasulullah menceritakan kabar tersebut dengan memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut beliau, lalu menghisapnya.
قَالَ: وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ: زَنَيْتِ، سَرَقْتِ، وَهِيَ تَقُولُ: حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، فَقَالَتْ أُمُّهُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا، فَتَرَكَ الرَّضَاعَ وَنَظَرَ إِلَيْهَا، فَقَالَ: اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا،
Perawi berkata lagi: kemudian lewat sekelompok orang yang memukuli seorang wanita, mereka berkata kepada wanita tersebut: kamu telah berzina, mencuri. Lalu dia menjawab: ‘Cukuplah Allah bagiku, Dia-lah sebaik-baik Pelindung. Setelah itu ibunya berdoa: ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia’. Lalu bayi tersebut melihatnya seraya berdoa: ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia’.
قَالَ: إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ كَانَ جَبَّارًا، فَقُلْتُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَإِنَّ هَذِهِ يَقُولُونَ لَهَا زَنَيْتِ وَلَمْ تَزْنِ، وَسَرَقْتِ وَلَمْ تَسْرِقْ فَقُلْتُ: اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا
Bayi tersebut berkata: ‘Sesungguhnya pemuda itu adalah orang yang angkuh. Maka aku berdoa: Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia. Sedangkan, wanita ini mereka menuduhnya berzina dan mencuri, padahal dia (sama sekali) tidak berzina atau mencuri. Maka aku berdoa: Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia.”([1])
Yang ketiga adalah seorang anak yang didoakan oleh ibunya untuk menjadi orang kaya, namun dia tidak mau dan menolak doa ibunya tersebut. Kemudian ibunya berdoa agar anaknya dijauhkan dari menjadi seorang yang tidak dipukuli, dituduh berzina kemudian sang anak berkata: jadikanlah saya seperti orang tersebut.
Adapun yang akan kita sampaikan pada kesempatan ini adalah tentang kisah bayi Juraij, yaitu seorang anak kecil yang berbicara di dalam kisah Juraij. Siapakah Juraij? Sebagaimana sabda Nabi,
كَانَ جُرَيْجٌ يَتَعَبَّدُ فِي صَوْمَعَةٍ،
Juraij adalah seorang lelaki yang senantiasa beribadah dalam suatu kuil.
Dia adalah seorang lelaki yang ahli beribadah (dari Bani Israil). Dia membuat sebuah kuil (tempat beribadah) yang letaknya agak jauh dari tempat pemukiman, yaitu tempat yang agak tinggi. Maka, diapun dapat berkonsentrasi untuk beribadah kepada Allah di kuilnya tersebut.
فَجَاءَتْ أُمُّهُ ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا إِلَيْهِ تَدْعُوهُ، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ أَنَا أُمُّكَ كَلِّمْنِي فَصَادَفَتْهُ يُصَلِّي،
Maka, pada suatu hari ibunya datang (mungkin rindu untuk menengok Juraij). Kemudian dia mengangkat kepalanya, memanggil anaknya dan berkata: Wahai Juraij, ini adalah ibumu, dengarkanlah. Sedangkan Juraij sedang mendirikan salat.
فَقَالَ: اللهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي، فَاخْتَارَ صَلَاتَهُ، فَرَجَعَتْ،
Maka dia berkata: “Wahai Rabb-ku, (apa yang harus aku lakukan? Dalam hatinya dia bertanya, Apakah aku batalkan salatku untuk) menjawab panggilan ibuku ataukah aku melanjutkan salatku?” Akhirnya dia pun memilih untuk melanjutkan salatnya. Setelah itu, ibunya pun pulang.
ثُمَّ عَادَتْ فِي الثَّانِيَةِ، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ أَنَا أُمُّكَ فَكَلِّمْنِي، قَالَ: اللهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي، فَاخْتَارَ صَلَاتَهُ،
Tatkala keesokan harinya, ibunya datang lagi. Lalu memanggilnya: Wahai Juraij, ini ibumu dengarkanlah. (Sedangkan dia sedang mendirikan salat). Maka, dia berkata: “Wahai Rabb-ku, (apa yang harus aku lakukan? Dalam hatinya dia bertanya, Apakah aku batalkan salatku untuk) menjawab panggilan ibuku ataukah aku melanjutkan salatku?” Akhirnya, dia tetap melanjutkan salatnya. Setelah itu, ibunya kembali pulang.
Disebutkan dalam riwayat yang lain([2]), bahwa tatkala keesokan harinya lagi, ibunya datang lagi, sedangkan dia sedang mendirikan salat. Lalu ibunya memanggilnya: Wahai Juraij. Lalu, Juraij berkata: Wahai Rabb-ku, apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku dengan membatalkan salat atau melanjutkan salat? Lalu, dia memilih untuk melanjutkan salatnya.
فَقَالَتْ: اللهُمَّ إِنَّ هَذَا جُرَيْجٌ وَهُوَ ابْنِي وَإِنِّي كَلَّمْتُهُ، فَأَبَى أَنْ يُكَلِّمَنِي، اللهُمَّ فَلَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ الْمُومِسَاتِ
Maka, (ibunya pun marah) dan berdoa: Ya Allah, sesungguhnya Juraij anakku, aku telah memanggilnya, tetapi dia enggan menjawabnya. Ya Allah, janganlah Engkau matikan Juraij sampai dia melihat kepada wajah wanita pezina.([3])
فَذَكَرَ بَنُو إِسْرَائِيلَ عِبَادَةَ جُرَيْجٍ
Orang-orang Bani Israil sedang bercerita tentang Juraij dan bagaimana ibadahnya.
Mereka hasad kepada Juraij. Dan diantara mereka ada seorang wanita pezina yang sangat cantik -bahkan disebut-sebut oleh orang-orang tentang kecantikannya, karena kecantikannya yang sangat luar biasa-.
فَقَالَتْ بَغِيٌّ مِنْهُمْ إِنْ شِئْتُمْ لَأَفْتِنَنَّهُ
Lalu, wanita tersebut berkata kepada mereka: Jika kalian mau, biarkan aku menggoda Juraij untuk kalian.
Disebutkan dalam suatu riwayat:
فَأَتَتْهُ فَتَعَرَّضَتْ لَهُ فَكَلَّمَتْهُ فَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهَا
Setelah itu, wanita itu pun pergi menuju tempat ibadah Juraij dan berusaha menggoda Juraij. Dia berbicara dengan Juraij. Akan tetapi dia tidak peduli, bahkan dia tidak menengok sedikit pun kepada wanita tersebut.
فَأَمْكَنَتْ نَفْسَهَا مِنْ رَاعٍ كَانَ يؤوي غَنَمَهُ إِلَى أَصْلِ صَوْمَعَةِ جُرَيْجٍ
Kemudian, wanita itu datang kepada seorang penggembala kambing yang kebiasaannya bernaung di sekitar kuil Juraij.
فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا
Kemudian, wanita tersebut menggodanya dan membiarkannya untuk menzinainya.
فَوَقَعَ عَلَيْهَا الرَّاعِي،
Maka, diapun digauli oleh penggembala kambing tersebut.
فَحَمَلَتْ فَوَلَدَتْ غُلَامًا،
Akhirnya, wanita tersebut hamil. Dan tatkala dia melahirkan anak tersebut,
فَقِيلَ لَهَا: مَا هَذَا؟ قَالَتْ: مِنْ صَاحِبِ هَذَا الدَّيْرِ، (مِنْ جُرَيْجٍ)
Lalu ditanyakan kepadanya: “Anak siapakah ini?” Dia berkata: “Anak ini (adalah hasil zina) dengan Juraij.”
فَأَتَوْهُ فَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ وَأَنْزَلُوه
(Setelah kejadian itu, orang-orang menjadi marah). Mereka pun datang kepada Juraij. Lalu, mereka mengeluarkan dan menurunkan Juraij dari kuilnya.
فَأَقْبَلُوا يَهْدِمُوْنَ دَيْرَه وَضَرَبُوْه
Kemudian mereka menghancurkan tempat ibadahnya dan memukulinya.
فَقَالَ: مَا شَأْنكُمْ؟ قَالُوا: إِنَّك زَنَيْت بِهَذِهِ الْبَغْي فَوَلَدَتْ مِنْك
Lalu, Juraij berkata: Apa yang kalian lakukan? Mereka berkata: Kau telah berzina dengan seorang wanita pezina ini hingga melahirkan seorang anak.
فَقَالَ أَيْن الصَّبِيّ فَجَاؤُا بِهِ
Maka Juraij berkata: “Dimanakah sang anak itu?” Lalu, mereka pun mendatangkan bayi tersebut.
فَقَالَ دَعُوْنِيْ حَتَّى أُصَلِّيَ فَصَلَّى
Juraij berkata: “Biarkanlah aku hingga aku salat.” Maka dia pun (berwudu) dan salat.
ثُمَّ أَتَى الْغُلَامَ فَطَعَنَهُ بِأُصْبَعِهِ فَقَالَ بِاللَّهِ يَا غُلَام من أَبُوك
Setelah salat dia pun mendatangi anak kecil tersebut. Kemudian, dia pun menusuk –menggunakan jarinya kepada perut– anak tersebut. Lalu, Juraij berkata: “Wahai sang anak, siapa ayahmu?”
فَقَالَ رَاعِي الْغَنَمِ
Maka, anak tersebut berkata: Ayahku adalah sang penggembala kambing.
Maka, orang-orang pun sadar.
فَأَقْبَلُوْا عَلَى جُرَيْجٍ يُقَبِّلُوْنَه
Mereka pun berbondong-bondong datang kepada Juraij dan menciumnya.
قَالُوا: نَبْنِي مَا هَدَمْنَا مِنْ دَيْرِكَ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
(Mereka menyesal) dan berkata: wahai Juraij, kami akan membangunkan kembali kuilmu dari emas dan perak.
قَالَ: لَا، وَلَكِنْ أَعِيدُوهُ تُرَابًا كَمَا كَانَ
Juraij berkata: jangan, bangunkanlah kembali kuilku seperti sediakala dari tanah.([4])
Hadirin yang dirahmati Allah
Inilah kisah Juraij, seorang yang sangat saleh dari kalangan Bani Israil, yang telah melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut terjadi, mungkin karena ketidaktahuannya. Oleh karenanya, Nabi menyifati Juraij dengan seorang yang ahli ibadah. Akan tetapi, ilmunya tidak mumpuni. Oleh sebab itulah, tatkala dia dipanggil oleh ibunya, dia enggan untuk menjawabnya. Para ulama mengatakan bahwa dalam kondisi sebagaimana Juraij, seharusnya dia batalkan salat sunahnya. Lantas dia memenuhi panggilan ibunya. Adapun jika dia dalam keadaan mengerjakan salat wajib, maka hendaknya dia menyegerakan salatnya, lantas dia menyambut panggilan ibunya.
Hadits ini menunjukkan tentang agungnya berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab dimasukkannya seseorang ke dalam surga. Dan ibunya Juraij ketika marah, diapun berdoa untuk Juraij dengan doa dalam rangka memberi pelajaran kepada Juraij. Dia tidak berdoa: Ya Allah binasakanlah puteraku atau buatlah dia berzina dengan seorang wanita pezina tidak. Akan tetapi, dia hanya berdoa:
اللهُمَّ فَلَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ الْمُومِسَاتِ
“Ya Allah, jangan Kau matikan dia sampai dia melihat wajah wanita-wanita pezina.”
Hadirin yang semoga dirahmati Allah
Kemudian, hadis ini juga menjelaskan tentang adanya karomah bagi para wali-wali Allah. Lihatlah Juraij, seorang yang saleh, sibuk beribadah. Allah memberikan kepadanya karomah, sehingga sang bayi yang masih dalam buaian pun mampu untuk berbicara. Inilah akidah ahlusunah wal jamaah bahwasanya Allah memberikan karomah kepada wali-wali Allah. Akan tetapi, karomah tersebut adalah anugerah yang datang dari Allah tanpa dipelajari terlebih dahulu. Allah memberikan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh dengan cara tiba-tiba, tatkala mereka membutuhkan.
Adapun yang terjadi di zaman sekarang pada sebagian orang. Mereka belajar karomah dengan ritual-ritual ibadah tertentu, dengan bacaan-bacaan tertentu, dengan zikir-zikir tertentu, maka itu bukanlah karomah. Karena karomah tidak bisa dipelajari, namun datang begitu saja dari Allah, kemudian Allah hentikan jika sudah tidak diperlukan lagi. Adapun apa yang didengung-dengungkan banyak orang bahwasanya jika belajar ini atau itu bisa menjadi sakti. Maka, ketahuilah bahwa itu adalah sihir atau perdukunan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang selalu waspada jangan sampai terjebak dalam kesyirikan atau praktik-praktik yang tidak disyariatkan di dalam agama Islam.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ فَاسْتَغْفِرُوْه إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله
وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى
رضوانه، اللهم صل عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه. معاشر المسلمين،
Sesungguhnya di dalam kisah Juraij ini ada faedah besar yang kita dapatkan, yaitu sebagaimana sabda Nabi,
تَعَرَّفْ إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
“Kenalilah Allah pada saat kondisi lapang, niscaya Allah akan mengenalmu tatkala kau dalam kondisi sulit.“ ([5])
Dialah Juraij, tatkala dia senantiasa beribadah kepada Allah dalam kondisi genting atau sulit. Maka Allah pun menolongnya dengan memberi karomah kepadanya. Dan lihatlah Juraij, tatkala menghadapi permasalahan. Apa yang dia lakukan? Dia mengatakan.
دَعُوْنِيْ حَتَّى أُصَلِّيَ
“Biarkanlah aku hingga aku salat.”
Itulah sunah yang diajarkan oleh Nabi. Jika kita menghadapi sesuatu yang sulit. Maka, hal pertama yang kita lakukan adalah mengeluhkannya kepada Allah.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ، صَلَّى
“Nabi jika menghadapi sesuatu permasalahan yang menggelisahkan, maka beliau segera salat.”([6])
Tidak seperti sebagian kita, begitu ada permasalahan yang dipikirkan pertama kali adalah “saya hendak lapor kepada siapa” atau “siapa yang bisa bantu saya”. Sebelum itu semua, maka hendaknya seseorang mengadukan masalahnya kepada Allah. Sujud, meminta kepada Allah, bermunajat kepada Rabbul-‘Alamin. Karena segala perkara di tangan Allah. Lihatlah, bagaimana Allah sebutkan para Nabi dalam kondisi sulit, mereka berdoa kepada Allah. Allah berfirman tentang Nabi Yunus,
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغاضِباً فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنادى فِي الظُّلُماتِ أَنْ لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya’: 87)
Para ulama mengatakan bahwa Nabi Yunus berada dalam kondisi kegelapan yang berlipat-lipat. Yaitu kegelapan di dalam perut ikan paus, ditambah lagi dengan kegelapan malam, lalu kegelapan laut. Siapa yang bisa mendengar doa Nabi Yunus kecuali Rabbul-‘Alamin. Kemudian dia berdoa:
لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Maka, Allah pun menyelamatkan Nabi Yunus
فَلَوْلا أَنَّهُ كانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ. لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.” (QS. As-Saffat: 143-144)
Sebagian ulama mengatakan bahwasanya beliau sebelum terkena musibah tersebut merupakan orang yang suka salat. Maka, tentu kalau dia bukan orang yang gemar salat sebelumnya, Allah akan membiarkannya di dalam perut ikan paus sampai hari kiamat. Namun, Allah menolongnya. Karena, sebelumnya dia sering mengingat Allah. Dia sering bertasbih kepada Allah. Dia sering mengenal Allah tatkala dalam kondisi lapang.
Ikhwan yang dirahmati Allah
Maka, tatkala kita mendapatkan musibah atau masalah. Hendaknya tempat pertama kita untuk mengadu, tempat untuk mengeluhkan keluhan kita adalah kepada Allah. Sebagaimana perkataan Nabi Ya’qub
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Yusuf: 86)
Jangan sampai seseorang melakukan perkara yang hina. Dia mengadukan permasalahannya di media sosial. Dia menghinakan dirinya dan mengemis. Maka, hendaknya seseorang sebelum dia bermusyawarah dengan siapa pun. Yang pertama kali dia keluhkan permasalahannya adalah kepada Allah, dengan mendirikan salat dan bermunajat kepada Allah Rabbul-‘Alamin.
Kemudian diantara faedah yang bisa kita ambil dalam kisah ini adalah bagaimana Allah memberikan solusi kepada seorang hamba dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah berfirman
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Siapa yang menyangka Juraij dituduh berzina, kemudian ternyata anak kecil yang masih dalam gendongan bisa berbicara. Tidak ada yang menyangka demikian. Tiba-tiba anak kecil tersebut berbicara -dengan izin Allah- untuk membela Juraij. Oleh karena itu, betapa banyak cerita tentang orang-orang saleh, ketika mereka terdesak, terimpit ataupun terjepit, lantas mereka menengadahkan tangan mereka ke langit untuk meminta kepada Allah. Meskipun, semua pintu tertutup. Akan tetapi, pintu langit tidak pernah tertutup. Akhirnya Allah memberikan solusi kepada mereka, dari arah yang mereka tidak sangka-sangka. Oleh karenanya, hendaknya seseorang senantiasa tsiqah (percaya) dan husnudzdzon kepada Allah.
Diantara faedah yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah bagaimana takwanya Juraij meskipun dia dalam keadaan bersendirian. Tatkala dia didatangi seorang wanita pezina. Dalam sebagian riwayat menyebutkan bahwa wanita pezina tersebut menjadi ukuran kecantikan semua wanita di zaman itu, artinya wanita ini sangat cantik jelita. Kalau ada orang yang berbicara tentang kecantikan, maka disebutlah wanita pezina ini. Karena dia benar-benar cantik jelita. Dia mendatangi Juraij, sedangkan Juraij dalam keadaan sendiri. Maka, dia menggoda Juraij dan bernyanyi, menampakkan sebagian kecantikan dan auratnya. Akan tetapi, Juraij tidak peduli. Dia bertakwa kepada Allah tatkala di hadapan banyak orang maupun tatkala sendiri.
Ini harus kita pikirkan, khususnya di zaman kita sekarang ini. Betapa banyak orang yang tatkala di hadapan banyak manusia seakan-akan dia adalah wali-wali Allah. Namun, tatkala dalam keadaan bersendirian, dia adalah wali setan, dia menjadi teman setan. Akibatnya dia berkelana di dalam kemaksiatan baik di internet maupun di dunia maya. Maka dari itu, hendaknya seseorang bertakwa kepada Allah.
Lihatlah, diantara bentuk hukuman dimana ibu Juraij mendoakan agar mengenai Juraij adalah,
اللهُمَّ فَلَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ الْمُومِسَاتِ
“Ya Allah, jangan Kau matikan dia sampai dia melihat wajah wanita-wanita pezina.”
Disebutkan di dalam sebuah riwayat, bahwa waktu Juraij dibawa oleh kaumnya dengan berjalan, lalu keluar melewati perkampungan ke tempat wanita-wanita pezina. Maka, wanita-wanita pezina itu pun keluar dan melihatnya, dan dia pun melihat mereka. Maka, dia pun tersenyum. Orang-orang pun berkata: “Kenapa engkau tersenyum?” Maka Juraij berkata: “Aku teringat doa ibuku dan inilah doa ibuku yang dikabulkan.” Ibu Juraij memandang bahwasanya melihat wajah wanita pezina adalah hukuman dari Allah. Dan Allah mengabulkan doa Ibu Juraij. Maka dari itu, seseorang harus sadar. Jika dia melihat wajah pezina, pada hakikatnya dia sedang dalam hukuman dari Allah.
Sementara, sekarang ini kita begitu mudah melihat wajah pezina. Karena, hanya dengan memasuki dunia internet, kita bisa memilih apa saja yang kita kehendaki. Seandainya terlihat tanpa kita sadari, mungkin Allah akan memaafkan. Tetapi, yang jadi masalah adalah sebagian kita berusaha untuk mencari. Berbagai macam kasus, contohnya si Fulan berzina dan videonya tersebar, akhirnya orang-orang berusaha mencari tahu. Bahkan, justru malah ingin melihat wajah wanita-wanita pezina tersebut. Bahkan, sudah disebarkan di dalam berita bahwa wanita-wanita ini berzina, maka dia ingin melihat wajahnya. Padahal, itu adalah bentuk hukuman tatkala di zaman Bani Israil. Seandainya seseorang sadar bahwasanya dia sedang menjalani hukuman dan azab dari Allah, berupa melihat wajah wanita pezina, maka dia akan berusaha meninggalkan hal tersebut.
Demikianlah fitnah yang terjadi selama ini. Hendaknya seseorang banyak-banyak bertakwa kepada Allah, banyak beristighfar kepada Allah, agar terjauhkan dari melihat wajah-wajah wanita pezina, bukan malah semakin bersenang-senang untuk melihat wajah-wajah mereka. Semoga Allah melindungi kita dari seluruh fitnah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
اللهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ، وَالْفُسُوقَ، وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
____________________________________
([1]) H.R. Bukhari no. 3436 dan Muslim no. 2550 dengan lafaz Muslim.
([2]) Lihat: Syu’abul Iman Li Al-Baihaqi no. 7494
([4]) Lihat: Fathul Bari Li Ibnu Hajar 6/481 dan ‘Umdatul Qari Li Al-‘Ainiy 7/281
([5]) H.R. Ahmad no. 2803 dan Al-Hakim di Al-Mustadrak no. 6303 dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ no. 2961