Khutbah Jumat – Tatkala Bersendirian
Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. لا نبي معده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون
Sesungguhnya suatu perkara yang diyakini oleh kita semua adalah kita tidak akan tinggal selamanya di atas muka bumi ini. Umur kita telah dibatasi sebagaimana sabda Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam,
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ }سنن الترمذي (5/ 553{(
“Umur umatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit di antara mereka yang melebihi itu.” (HR. Tirmidzi 5/553 no. 3550)
Dan ini adalah kenyataan. Betapa banyak orang-orang di sekeliling kita yang meninggal dunia tatkala umur mereka berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Dan kita pun demikian akan menyusul mereka.
Bahkan betapa banyak orang yang meninggal tanpa adanya pemberitahuan atau tanda-tanda terlebih dahulu. Sebagaiman perkara seorang penyair,
تزود من التقوى فانك لا تدري *** اذا جن ليل هل تعيشُ الى الفجر
Berbekallah dengan takwa karena sesungguhnya engkau tidak tahu jika telah tiba malam hari, apakah engkau bisa hidup hingga pagi hari
وكم من صحيح مات من غير علة
Betapa banyak orang yang sehat meninggal tanpa di dahului sakit
فكم من عروس زينوها لزوجها *** وقد نسجت اكفانه وهو لا يدري
Betapa banyak mempelai wanita yang dihias untuk dipersembahkan untuk mempelai laki-laki, ternyata kain kafannya sementara disiapkan sedang dia tidak menyadari
وكم من فتى امسى واصبح ضاحكا *** وقد أدخلت أرواحـــهم ظلمـــة القــبر
Betapa banyak pemuda yang di sore dan pagi hari masih tertawa, ternayata kemudian (di malam hari) tubuh mereka dimasukkan ke dalam gelapnya kubur
Jika seseorang telah meninggal dunia, maka seluruh yang dia miliki akan dia tinggalkan. Yang akan menemaninya hanyalah amal salihnya. Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ المَيِّتَ ثَلاَثَةٌ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ: يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ} صحيح البخاري (8/ 107{(
“Mayyit diiringi tiga perkara, yang dua akan kembali sedang yang satu akan terus menyertainya, ia diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedang amalnya akan terus tetap bersamanya.” (HR. Bukhari 8/170 no. 6514)
Maka adapun keluarga yang sangat dicintai, tidak akan rela dikburkan bersamanya. Mereka akan melepaskan dan merelakannya di kuburan. Demikian pula hartanya yang mewah, semua akan dia tinggalkan sehingga yang tersisa baginya hanyalah amal yang dia miliki.
Kemudian dia akan masuk ke alam barzakh dalam waktu yang sangat lama dalam menanti datangnya hari kiamat. Bisa jadi seseorang berada di alam barzakh selama ratusan tahun atau bahkan kurang atau lebih dari itu tanpa teman dan kawan, melainkan hanya amalannya yang menemaninya.
Oleh karena itu kita harus memersiapkan untuk menjalani saat-saat tersebut. Kita semua akan mengalami saat-saat sendirian di alam barzakh. Oleh karenanya para ulama mengatakan bahwa karena setiap orang akan mengalami saat bersendirian di alam barzakh, maka hendaknya dia membiasakan diri untuk bersendirian dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Memang benar bahwa kita merasa bahagia tatkala kita berkumpul dengan sanak saudara, anak dan istri, dan kawan, akan tetapi kita juga harus menyiapkan atau mencari kebahagiaan tatkala bersendirian. Maka sisihkanlah waktu untuk berlezat-lezat tatkala bersendirian, karena kita akan mendapati masa tersebut yaitu bersendirian di alam barzakh dalam waktu yang sangat lama, tidak ada teman dan saudara yang akan menemani kita.
Oleh karenanya agama telah mensyariatkan beberapa amalan-amalan yang membantu diri kita untuk bisa berkhalwat atau bersendirian bersama Allah Subhanahu wa ta’ala. Di antara amalan-amalan tersebut adalah,
- I’tikaf
Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam mensyariatkan tatkala tiba sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan agar kita i’tikaf. Amalan ini akan membiasakan kita untuk bersendirian dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Amalan ini juga diisyaratkan dalam hadits Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat dimana tidak ada naungan selain naunganNya. Kata Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: …وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي المَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ } صحيح البخاري (2/ 111{(
“Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari kiamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; (di antaranya) Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah.” (HR. Bukhari 2/111 no. 1423)
Mereka bertemu karena Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga ada kebahagiaan tatkala mereka bersama. Akan tetapi ada saatnya mereka juga berpisah karena Allah. Sebagian para ulama mengatakan bahwa mereka harus kembali sibuk beribadah sendiri-sendiri. Masing-masing dari mereka harus membaca Alquran, shalat malam, dan amalan-amalan lainnya. Maka sebagaimana kita berusaha menemukan kebahagiaan tatkala bersama yang lain, maka carilah kebahagiaan tatkala sendirian.
Kemudian Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan bahwa di antara tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ }صحيح البخاري (2/ 111{(
“Dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis” (HR. Bukhari 2/111 no. 1423)
Hal ini dikarenakan dia mengingat dosa-dosanya, yang akhirnya dia menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Demikian mengingat keagungan Allah Subhanahu wa ta’ala, mengingat sifat-sifatNya, dan mengingat rahmat Allah, sehingga akhirnya dia menangis karena kerinduan bertemu dengan Allah Subhanahu wa ta’ala, dia merasakan kelezatan tatkala bersendirian dengan Allah Subhnahu wa ta’ala.
- Shalat Malam
Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ} سنن ابن ماجه (1/ 423{(
“Dan shalatlah (kalian) di malam hari ketik aorang-orang tertidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah 1/432 no. 1334)
Seseorang bangun melawan rasa kantuknya, tatkala istri dan anaknya masih tidur, lantas dia bangun dari tidurnya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, pasti akan merasakan kelezatan dalam berkhalwat bersama Allah Subhanahu wa ta’ala.
Terlebih lagi jika dia memilih waktu di spertiga malam yang terakhir, yaitu tatkala Allah turun ke langit dunia sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ} صحيح البخاري (2/ 53{(
“Rabb kita Tabaaraka wa Ta’ala turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berkata, ‘Siapa yang berdoa kepadaKu pasti akan Aku kabulkan, dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku akan penuhi, dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasi akan Aku ampuni’.” (HR. Bukhari 2/53 no. 1145)
Allah Subhanahu wa ta’ala mencari hamba-hambanya yang melawan rasa kantuknya untuk mencari kelezatan yang lain yaitu kelezatan berkhalwat bersama Allah Subhanahu wa ta’ala.
Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Oleh karenanya berusahalah unutk membiasakan diri kita untuk berkhalwat bersama Allah Subhanahu wa ta’ala, melatih diri untuk berlezat-lezatan tatkala bersendirian. Tatkala kita bersendirian, bukalah Alquran dan dapatkan kelezatan darinya. Ketahuilah bahwa amalan salih itulah yang akan menemani kita tatkala kita telah berada di alam barzakh, dimana tatkala kita sedang sendirian tanpa teman, tanpa istri dan anak-anak kita.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Ma’asyiral Muslimin,
Di sana ada orang-orang bertakwa yang berlezat-lezatan tatkala mereka sedang bersendirian bersama Allah Subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi di sana juga ada orang yang berlezat-lezatan tatkala bersendirian dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka bersendirian dengan gawai dan internet mereka, kemudian mereka berlezat-lezatan dalam melakukan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan itu semua. Sesungguhnya Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan bahayanya bermaksiat tatkala bersendirian. Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا، فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا، قَالَ ثَوْبَانُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا، جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ، وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ، قَالَ: أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ، وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا} سنن ابن ماجه (2/ 1418{(
“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya seperti debu yang berterbangan (sia-sia).” Tsauban berkata; “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendiran, mereka kembali kepada apa yang di haramkan Allah, maka mereka terus mengerjakannya.” (HR. Ibnu Majah 2/1418 no. 4245)
Oleh karenanya hendaknya seseorang malu kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan yakinlah bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa melihat apa yang dia lakukan, apa yang dia lihat, semuanya akan dicatat oleh Allah Subhnahu wa ta’ala.
Memang benar bahwasanya Allah Maha Pengampun, Allah akan mengampuni dosa orang-orang yang bersungguh-sungguh memohon ampun kepadaNya. Akan tetapi para ulama menjelaskan bahwa meskipun dosa-dosa kita di ampuni oleh Allah, tetap saja catatan dosa-dosa kita akan diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat kelak. Oleh karenanya salah seorang salf berkata, “Sungguh memalukan atas dosa-dosa yang telah aku lakukan, meskipun Engkau telah mengampuninya.”
Bagaimana tidak memalukan? Seseorang tatkala dibangkitkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat, dia akan dihisab oleh Allah serta akan dipaparkan kepadanya dosa-dosa yang dia lakukan tatkala bersendirian. Tatkala berada di tengah-tengah manusia, dia seakan-akan menampakkan bahwa dirinya salih, akan tetapi tatkala bersendirian dia berani melanggar perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan kita hamba-hambaNya yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala kita bersama dengan manusia ataupun tatkala kita sedang bersendirian.
إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللهم اغفر لنا ما قدّمنا وما أخرنا، وما أسررنا، وما أعلنا، وما أسرفنا، وما أنتأعلم به منا، أنت المقدّم وأنت المؤخر، لا إله إلا أنت
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ