Khutbah Jumat : Nyaris Dikabulkan
Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أما بعد.
فإن خير الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين،
Sesungguhnya Imam Muslim telah meriwayatkan dalam sahihnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟} صحيح مسلم (2/ 703{(
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’ [QS. Al-Mu’minun : 51]. Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadam’ [QS. Al-Baqarah : 172]. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan (safar) -karena jauhnya jarak yang ditempuhnya-, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.’ Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi kecukupan dengan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?.” (HR. Muslim 2/703 no. 1015)
Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Sesungguhnya hadits ini menjelaskan tentang keterkaitan pengabulan doa dengan apa yang kita makan. Oleh karenanya di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang seseorang yang dia berdoa dan telah melakukan banyak sebab agar doanya direrima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, yang jika sekiranya dia tidak memakan makanan yang haram, tidak minum dari minuman yang haram, tidak berpakaian dari pakaian yang haram, niscaya doanya akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini menyebutkan bahwa orang tersebut terkumpul padanya enam sebab-sebab terkabulnya sebuah doa.
- Safar (musafir)
Sesungguhnya doa orang yang bersafar akan dikabukkan doanya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ المَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ المُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ} سنن الترمذي (4/ 314{(
“Ada tiga macam doa yang akan dikabulkan yang tidak ada keraguan padanya; doa orang yang terzhalimi, doa musafir, dan doa orang tua atas anaknya.” (HR. Tirmidzi 4/314 no. 1905)
Oleh karenanya doanya orang yang bersafar pasti akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Orang yang bersafar akan diturunkan padanya rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala, dan akan diperhatikan segala urusannya. Karena orang yang bersafar itu sejatinya mengalami banyak hal kesulitan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ العَذَابِ} صحيح البخاري (7/ 77{(
“Safar itu separuh dari siksaan.” (HR. Bukhari 7/77 no. 5429)
Oleh karenanya kita tahu bahwa orang yang bersafar diberikan kemudahan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Di antara kemudahan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada para musafir adalah mereka dibolehkan untuk menqashar dan menjama’ shalat, mereka dibolehkan untuk berbuka dan tidak berpuasa, merek dibolehkan untuk tidak shalat jumat bersama jamaah, dan Allah akan mengabulkan doa-doanya.
Terlebih lagi dalam hadits disebutkan bahwa orang tersebut telah lama bersafar. Tentunya orang yang bersafar dalam waktu yang lama telah mengalami banyak kesulitan-kesulitan. Mereka jauh dari keluarganya, jauh dari kampung halamannya dalam waktu yang lama. Oleh karenanya Allah memberikah rahmat kepada para musafir dengan mengabulkan doanya
- Jauh dari kesombongan
Siapapun orang yang berdoa kepada Allah dalam keadaan jauh dari kesombongan, maka akan semakin mudah dikabulkan doanya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ} صحيح البخاري (4/ 37{(
“Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya (doa) orang-orang yang lemah (diantara) kalian.” (HR. Bukhari 4/37 no. 2896)
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا، بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ} سنن النسائي (6/ 45{(
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah, yaitu dengan doa mereka, shalat mereka, dan keikhlasan mereka.” (HR. An-Nasa’i 6/45 no. 3178)
Dan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan,
الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ} صحيح مسلم (2/ 703{(
“Seorang laki-laki yang telah lama berjalan (safar) -karena jauhnya jarak yang ditempuhnya-, sehingga rambutnya kusut dan berdebu.” (HR. Muslim 2/703 no. 1015)
Artinya adalah orang tersebut tidak sempat merapikan dirinya dan tidak sempat berpenampilan yang baik seperti halnya orang-orang yang angkuh yang senantiasa memakai pakaian terbaiknya dalam rangka untuk menyombongkan diri. Maka bagaimana mungkin orang ini bisa bersifat angkuh sementara penampilannya sendiri tidak sempat untuk diperhatikan?
Maka kondisi seseorang yang jauh dari kesombingan tentu sangat disukai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
رُبَّ أَشْعَثَ، مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ} صحيح مسلم (4/ 2024{(
“Betapa banyak orang yang rambutnya kusut, tampak dihinakan dan di usir oleh orang-orang, namun apabila dia berdoa kepada Allah, pasti Allah akan mengambulkannya.” (HR. Muslim 4/2024 no. 2622)
Kemudian di hadits yang lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala bangga dengan kondisi para jama’ah haji yang datang dari jauh kemudian berkumpung di padang Arafah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ فَيُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي أَتَوْنِي شُعْثًا غُبْرًا ضَاحِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ أُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ} صحيح ابن خزيمة (4/ 263{(
“Sesungguhnya pada malam ‘Arafah Allah turun ke langit dunia dan membanggakan orang-orang (yang sedang wukuf) di ‘Arafah kepada para malaikat-Nya seraya berkata: ‘Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka mendatangiKu dari berbagai penjuru bumi dengan rambut yang kusut dan badan penuh dengan debu, Saksikanlah bahwa Aku telah mengampuni mereka’.” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/263 no. 2840)
Oleh karenanya orang yang diceritakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sebab yang sangat mulia karena jauh dari kesombongan, sehingga doanya sangat mudah untuk dikabulkan.
- Mengangkat kedua tangan
Mengankat kedua tangan kearah Allah Subhanahu wa ta’ala adalah salah satu adab dalam berdoa. Karena dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ} سنن الترمذي (5/ 556{(
“Sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Mulia, Dia merasa malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepadaNya dan kembali dalam keadaan kosong tidak membawa hasil.” (HR. Tirmidzi 5/556 no. 3556)
Mengangkat tangan taktkala berdoa adalah salah satu bentuk seseorang menghinakan dirinya dihadapan Allah. Dia tampak seperti orang yang mengemis kepada Rabbul ‘alamin. Oleh karenanya juga diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala berdoa senantiasa mengangkat tangan. Di antaranya adalah tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wukuf di ‘Arafah, beliau berdoa kepada Allah Subhanahubwa ta’ala dengan mengangkat kedua tangannya dari atas untanya dalam waktu yang panjang di bawah terik panas matahari dari setelah waktu dzhuhur hingga maghrib.
- Bertawassul dengan rububiyah Allah
Dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga disebutkan bahwa di antara sebab terkabulnya doa yang dilakukan oleh orang tersebut adalah bertawassul dengan rububiyah Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa orang tersebut berkata,
يَا رَبِّ، يَا رَبِّ،
‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.’
Terkabulnya sebuah doa itu berkaitan dengan rububiyah Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana kita ketahui bahwa di antara rububiyah Allah adalah Dia yang menghidupkan dan Dia pula yang mematikan, Dia yang memberikan umur yang panjang, Dia yang memberi rezeki, dan Dia yang menghilangkan penyakit. Ini semua berkaitan rububiyah Allah, dan orang tersebut bertawassul dengan menyebut rububiyah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dan sangat banyak doa-doa para Nabi di dalam Alquran yang mereka membuka doa-doa mereka dengan bertawassul dengan rububiyah Allah. Sehingga doanya sangat mungkin untuk dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
- Senantiasa mengulangi doa
Di antara sebab doa orang ini sebenarnya bisa dikabulkan adalah dia mengulang-ulang doanya. Dan salah satu sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala berdoa adalah mengulang doanya hingga tiga kali. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahwa beliau berkata,
وَكَانَ إِذَا دَعَا دَعَا ثَلَاثًا، وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلَاثًا} صحيح مسلم (3/ 1418{(
“Apabila beliau berdoa, biasanya beliau mengulanginya sampai tiga kali, dan apabila beliau meminta, beliau juga mengucapkan tiga kali.” (HR. Muslim 3/1418 no. 1794)
- Berdoa dengan melakukan ilhah (merengek)
Di antara sebab yang dilakukan orang yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar doanya di terima adalah merengek dalam meminta kepada Allah. Dia merendahkan dirinya di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga diapun mengulang-ulangi doanya.
Ke-enam sebab ini telah dilakukan oleh orang yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ceritakan dalam haditsnya. Dan seharusnya doa orang tersebut dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sebab-sebab yang telah dia lakukan. Bahkan sebagian ulama seperti Ibnu Daqiiqil ‘Id mengatakan bahwa orang ini sedang bersafar dalam rangka bertakwa kepada Allah, bisa jadi dia bersafar karena haji atau umrah, atau menyambung silaturahmi, atau bentuk ketakwaan lainnya, dan dia telah melakukan sebab-sebab terkabulnya doa, akan tetapi doanya tidak dikabulkan. Alasan tidak dikabulkannya doanya adalah sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ }صحيح مسلم (2/ 703{(
“Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.’ Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi kecukupan dengan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?.” (HR. Muslim 2/703 no. 1015)
أقول هذا القول واستغفر الله لي ولكم ولسائر المؤمنين إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Hadirin Shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Kemudian harus kita ketahui bahwa ada sebab-sebab lain yang perlu kita perhatikan tatkala kita bermunajat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Diantara sebab-sebab tersebut adalah,
- Hendaknya seseorang konsentrasi dalam meminta kepada Allah Subahanahu wa ta’ala.
Jangan sampai seseorang meminta dalam keadaan dia lalai dari doa-doanya. Hendaknya seseorang tahu tentang apa yang dia ucapkan. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ} سنن الترمذي (5/ 517{(
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi 5/517 no. 3479)
Maka tatkala seseorang berdoa hendaknya seseorang konsentrasi dan benar-benar paham tentang apa yang dia minta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
- Yakin bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
Kethauilah bahwa tidak ada yang sulit bagi Allah Subahnahu wa ta’ala selama kita telah memenuhi syarat-syarat terkabulnya doa dan telah memenuhi adab-adab dalam berdoa. Janganlah seseorang berdoa dengan sangkaan bahwa mungkin Allah akan mengabulkan dooanya. Akan tetapi hendaknya seseorang berhusnudzan kepada Allah Subahanhu wa ta’ala bahwa doanya pasti akan dikabulkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabsa,
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ} مسند أحمد بن حنبل (2/ 391{(
“Sesungguhnya Aku sesuai dengan prasangkaan hamba-Ku terhadapa-Ku, jika ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkannya, dan jika ia berprasangka buruk maka ia akan mendapatkannya.'” (HR. Ahmad 2/391 no. 9065)
Maka dari itu hendaknya seseorang yakin dan husnudzan tatkala dia berdoa kepada Allah Subahanahu wa ta’ala. Akan tetapi perlu untuk diingat bahwa Allah akan mengabulkaan doa dalam salah satu dari tiga bentuk pengabulan doa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ [ص:214] يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ، قَالَ: اللَّهُ أَكْثَرُ} مسند أحمد مخرجا (3/ 18{(
“Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan doa yang tidak untuk keburukan dan tidak untuk memutus tali kekeluargaan, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan; doanya akan segera dibalas, akan ditunda sampai di akhirat, atau ia akan dijauhkan dari keburukan yang semisal”, para sahabat bertanya, ‘Jika demikian kita minta yang lebih banyak.’ Beliau bersabda: ‘Allah memiliki yang lebih banyak’.” (HR. Ahmad 3/18 no. 11149)
Lihatlah bagaimana sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa memperbanyak doa tidaklah merugikan seseorang. Yang penting seseorang yakin tatkala berdoa kepada Allah, maka pasti Allah Subhanahu wa ta’ala akan kabulkan doanya.
- Serius dalam meminta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
Di antara sebab terkabulnya doa adalah seseorang serius daalam meminta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ لاَ مُكْرِهَ لَهُ} صحيح البخاري (8/ 74{(
“Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan; ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau kehendaki, dan rahmatilah aku jika Engkau berkehendak.’ Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam meminta, karena Allah sama sekali tidak ada yang memaksa.” (HR. Bukhari no. 6339)
Lihatlah bagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang berdoa dengan cara seperti ini. Ketahuilah bahwa semuanya mudah bagi Allah Subahanahu wa ta’ala. Ingatlah bahwa kita sedang meminta kepada Rabbul ‘alamin, yang tangan Allah senantiasa berinfak tiada henti-hentinya. Tidak ada kekurangan dari sisi Allah jika Dia memberi. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam hadits qudsi,
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ} صحيح مسلم (4/ 1994{(
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim 4/1994 no. 2577)
Oleh karenanya tidak perlu seseorang merasa malu tatkala meminta kepada Allah Subahanahu wa ta’ala. Mintalah dan jangan ragu terhadap dikabulkannya doa, karena sesungguhnya tidak susah bagi Allah Subahanahu wa ta’ala untuk mengabulkan permintaan kita. Allah Subahanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82)
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Yasin : 82)
Oleh karenanya kita ketahui pula bahwa para Nabi juga berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, bahkan disaat-saat genting yang sepertinya mustahil untuk tidak Dikabulkan, akan tetapi tidak ada kemustahilan bagi Allah Subhanahu wa ta’ala. Lihatlah kisah Nabi Yunus ‘alaihissalam, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87)
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya : 87)
Lihatlah Nabi Yunus ‘alaihissalam yang dimakan oleh ikan paus. Beliau terselimuti tiga kegelapan, kegelapan malam, kegelapan lautan, dan kegelapan perut ikan paus. Secara logika, siapa yang bisa mendengar permintaannya? Siapa yang bisa melihatnya? Siapa yang bisa menolongnya? Sesungguhnya hanya Allah yang bisa mendengar, melihat, dan menolongnya. Maka dia berdoa dan Allah Subhanahunwa ta’ala oun menolongnya.
Demikian pula kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala perang Badar dimana jumlah kaum muslimin hanya berjumlah sekitar 315 orang, dan musuh berjumlah 1000 orang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berdoa mengangkat tangannya sampai-sampai selendangnya hampir jatuh. Bahkan Abu Bakarradhiallahu ‘anhu juga ikut berdoa menemani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi tatkala Abu Bakar selesai berdoa, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum selesai dalam doanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ»، فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ، مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ، فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ، فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ، ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ، وَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللهِ، كَفَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ، فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ، فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: (إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ) [الأنفال: 9} [صحيح مسلم (3/ 1384{(
“Ya Allah, tepatilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mua di muka bumi ini).’ Demikianlah, beliau senantiasa berdo’a kepada Rabbnya dengan mengangkat tangannya sambil menghadap ke kiblat, sehingga selendang beliau terlepas dari bahunya. Abu Bakar lalu mendatangi beliau seraya mengambil selendang dan menaruhnya di bahu beliau, dan dia selalu menyeratai di belakang beliau.” Abu Bakar kemudian berkata, “Ya Nabi Allah, cukuplah kiranya anda bermunajat kepada Allah, karena Dia pasti akan menepati janji-Nya kepada anda.” Lalu Allah menurunkan ayat: ‘(ingatlah) Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut)’ [Qs. Al Anfaal: 9].” (HR. Muslim 3/1384 no. 1763)
Demkian pula dengan kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalam yang berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala terserang penyakit. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83)
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya : 83)
Oleh karenanya jangan pernah kita meremehkan doa. Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
أَتَهْزَأُ بِالدُّعَاءِ وَتَزْدَرِيهِ, وَمَا تَدْرِي بِما صَنَعَ الدُّعَاءُ
“Apakah engkau mengejek sebuah doa dan menyepelekannya? Tidakkah engkau tahu apa yang bisa dihasilkan oleh doa?”
Doa adalah senjata utama seorang muslim dan bukan senajata terkahir. Seorang mukmin seharusnya menjadikan doa sebagai senjata utamanya, karena Allah senantiasa membuka pintu langitnya. Sehingga Allah senantiasa mendengar setiap kali hambaNya meminta. Maka jangan pernag ragu berdoa dan meminta kepada Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencontohkan,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ، صَلَّى} سنن أبي داود (2/ 35{(
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tertekan oleh suatu urusan, beliau mengerjakan shalat.” (HR. Abu Daud 2/35 no. 1319)
- Memilih waktu yang tepat untuk berdoa
Di antara sebab lain terkabulkannya doa adalah dengan memilih waktu-waktu yang musjtajab dikabulkannya doa. Dan di antara wakt yang mustajab adalah seseorang berdoa disepertiga mala yang terakhir. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang mutawatir,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ} صحيح البخاري (2/ 53{(
“Rabb Tabaaraka wa ta’ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni’.” (HR. Bukhari no. 1145)
Renungkanlah bagaimana luasnya rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Tidak heran bagi pandangan mata kita jika ada orang miskin berjalan jauh hanya untuk meminta bantuan kepada orang yang kaya. Akan tetapi yang mengherankan adalah tatkala ada orang kaya yang membuka pintunya dan mempersilahkan orang miskin meminta darinya. Maka demikianlah Allah Subhanahu wa ta’ala, kita heran tatakala Rabb kita turun ke langit dunia mencari-cari hambanya. Maka bagaimana mungkin seseorang tidak tertarik dalam memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala?
Oleh karenanya diwaktu sepertiga malam terakhir adalah waktu kita untuk cari muka di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala kebanyakan dari manusia tidur, karenan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ} سنن ابن ماجه (1/ 423{(
“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, dan shalatlah di malam hari ketika orang-orang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah 1/423 no. 1334)
Di sepertiga mala terakhir Allah Subahanahu wa ta’ala mencari-cari hambanya, maka memohonlah kepada Allah di saat-saat tersebut. Dan yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan doa hamba-hambaNya yang berdoa di waktu tersebut.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللهُمَّ إِنا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ