Khutbah Jumat – Allah Asy-Syakur
Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. لا نبي معده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أما بعد.
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون
Dikatakan dalam sebuah kaidah,
إن شرف العلم بشرف المعلومه
“Sesungguhnya kemuliaan suatu ilmu sesuai dengan objek ilmu tersebut.”
Oleh karenanya ilmu agama menjadi mulia karena topik yang sedang dipelajari adalah agama Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan ilmu tentang Allah Subhanahu wa ta’ala adalah ilmu yang termulia, karena yang dipelajari dari ilmu tersebut adalah nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya tidak ada ilmu yang lebih cepat menjadikan seorang hamba lebih bertakwa, lebih takut, lebih semangat beribadah, dan lebih rindu kepada Allah kecuali ilmu tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa ta’ala yang husna.
Ma’asyiral Muslimin,
Di antara nama-nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang terindah adalah الشَّكُوْر (Asy-Syakur). Telah datang dalam Alquran nama Allah Asy-Syakur pada empat ayat. Di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” (QS. Asy-Syura : 23)
Demikian pula dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang lain,
إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya Dia melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penyantun.” (QS. At-Taghabun : 17)
Demikian pula perkataan hamba-hamba Allah yang dimasukkan ke dalam surga, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
“Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir : 34)
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir : 30)
Apa makna dari nama Allah Asy-Syakur? Asy-Syakur diartikan sebagai Yang Maha berterima kasih, Yang Maha Membalas kebaikan. Kalau kita berbicara tentang ‘syukur’ di antara hamba kepada Allah, kita telah paham. Yaitu seorang hamba dikatakan besyukur kepada Allah jika dia berterima kasih kepada Allah dengan mewujudkannya dalam peribadatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala seperti shalat, mengingat Allah, mengeluarkan zakat, dan amalan-amalan yang lain. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam banyak ayat tentang hamba-hamba yang bersyukur, di antaranya firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS. Ibrahim : 5)
Demikian pula kita paham makna syukur antara seorang hamba dengan hamba yang lain. Kalau ada orang yang berbuat kebaikan, kemudian kita balas kebaikan tersebut dengan kebaikan, maka kita telah dikatakan hamba yang pandai bersyukur atau berterima kasih. Inilah di antara makna syukur antara hamba kepada Allah dan antara hamba dengan hamba yang lainnya.
Akan tetapi di sana ada maknya syukur yang lebih agung, yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala syukur kepada hambaNya. Telah kita sebutkan sebelumnya ada empat ayat yang Allah sebutkan bahwa diriNya itu Maha Asy-Syakur (Maha membalas kebajikan). Apa maksudnya Allah Subhanahu wa ta’ala berterima kasih kepada hamba?
Para ulama menyebutkan bahwa ada beberapa makna Allah Asy-Syakur terhadap hambaNya,
- Allah Subhanahu wa ta’ala mensyukuri amalan seorang hamba sekecil apapun
Sekecil apapun amalan seseorang, Allah Subhanahu wa ta’ala akan membalas amalan tersebut. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
“Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 158)
Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah : 7)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Jagalah kalian dari neraka sekalipun dengan (bershadaqah) sebutir kurma.”[1]
Di antara konsekuensi sifat Allah Subhanahu wa ta’ala yang Asy-Syakur adalah Allah Subhanahu wa ta’ala membalas kebajikan sekecil apapun bentuknya. Sebagaimana perakataan Luqman kepada anaknya,
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.” (QS. Luqman : 16)
Sunguh sifat Allah Asy-Syakur kepada hamba-hambanya berbeda dengan yang dipahami oleh sebagian manusia. Betapa banyak orang yang melakukan kebajikan kepada kita meskipun sangat kecil, namun kita seringnya tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang harus disyukuri, dan kita menganggapnya itu adalah sesuatu yang biasa. Terkadang kita melakukan kebaikan kepada seseorang, akan tetapi orang itu tidak berterima kasih karena menganggap bahwa kebaikan yang kita lakukan belum berhak untuk diberikan ucapan terima kasih. Adapun Allah Subhanahu wa ta’ala tidak demikian, senyuman kita yang mungkin dianggap remeh oleh banyak manusia ternyata bernilai di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Ini semua karena Allah adalah Asy-Syakur, Yang Maha membalas kebajikan.
- Allah Subhanahu wa ta’ala membalas kebajikan hamba dengan berlipat ganda
Makna Allah Asy-Syakur adalah Allah Subhanahu wa ta’ala akan membalas kebaikan seorang hamba dengan balasan yang berlipat ganda. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS. Al-Hadid : 18)
Dan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” (QS. Asy-Syura : 23)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak membalas dengan sekedar apa yang dilakukan oleh seorang hamba, akan tetapi Subhanahu wa ta’ala menambahkan balasan atas kebaikan yang dilakukan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya Allah menuliskan kebaikan dan kejelekan, kemudian menerangkan hal tersebut, Barangsiapa berkeinginan untuk kebaikan namun belum melakukannya maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna untuknya, dan barangsiapa berkeinginan untuk suatu kebaikan lalu melakukannya maka Allah mencatat untuknya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat hingga beberapa kali lipat. Dan jika dia berkeinginan untuk kejelekan namun dia belum mengerjakannya, maka Allah akan mencatatnya sebagai kebaikan yang sempurna untuknya, namun jika dia mengamalkannya maka Allah mencatatnya sebagai satu dosanya.” (Muttafaqqun ‘alaih)[2]
Ketika Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan balasan yang berlipat ganda, maka apa lagi yang kurang dari Allah Subhanahu wa ta’ala? Bayangkan, tatkala kita berada di bulan Ramadhan, orang-orang yang beribadah di malam lailtul qadr nilainya setara dengan ibadah selama delapan puluh tiga tahun lebih, Allah Subhanahu wa ta’ala melipatgandakan dengan puluhan ribu kali lipat pada amalan di malam itu. Demikian pula orang berumrah di bulan Ramadhan akan mendapatkan pahala seperti haji bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya tatkala Allah Subhanahu wa ta’ala memberi balasan, sesungguhnya Dia membalas lebih dari apa yang kita lakukan. Dan ini di antara bentuk Asy-Syakur Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sifat Asy-Syakur Allah Subhanahu wa ta’ala ini jarang kita jumpai pada manusia. Kebanyakan manusia, tatkala kita melakukan kebaikan kepadanya, maka dia akan membalas sekadarnya atau semisalnya, dan jarang berlebihan dari apa yang kita lakukan (berikan). Adapun Allah Subhanahu wa ta’ala seringnya membalas lebih dari apa yang kita lakukan.
- Allah Subhanahu wa ta’ala membalas kebaikan hamba-hambaNya, sementara Dia tidak butuh kepada hamba-hambaNya
Di antara makan Allah Asy-Syakur adalah Allah Subhanahu wa ta’ala Maha membalas kebaikan hamba-hambaNya, sementara Dia tidak butuh kepada hamba-hambaNya. Kita sebagai manusia berterima kasih kepada orang lain karena kita sadar bahwa orang tersebut punya jasa terhadap kita. Akan tetapi apa jasa kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala? Tidak ada! Sesungguhnya orang yang melakukan kebajikan, itu untuk dirinya sendiri. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (QS. Luqman : 12)
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra’ : 7)
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh dengan ketaatan kita, Allah tidak butuh dengan bacaan Alquran kita, Allah tidak butuh sujud dan shalat kita, bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh dengan sedekah ktia. Semua amal kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita sendiri. Allah berfirman dalam hadits qudsi,
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan orang yang paling bertakwa di antara kalian, maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku.”[3]
Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh dengan kita, tidak butuh kepada ibadah kita, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala tetap membalas kebaikan kita. Kurang bai kapa lagi Allah Subhanahu wa ta’ala?
Bahkan di antara sifat Asy-Syakur Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Dia memberi balasan kepada orang-orang yang menjadi musuh-musuh Allah Subhanahu wa ta’ala. Orang-orang kafir, yang mereka mensyirikkan Allah Subhanahu wa ta’ala, yang membenci Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menghina agama Allah Subhanahu wa ta’ala, ketika mereka berbuat baik, Allah Subhanahu wa ta’ala akan balas kebaikan mereka di dunia.
Di antara bentuk syukur Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hambaNya adalah Dia telah memudahkan segalanya bagi sang hamba untuk taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah Subhanahu wa ta’ala memudahkannya tinggal di tempat yang dekat dengan pusat keagaamaan, Allah melangkahkan kakinya ke masjid untuk menghadiri pengajian, Allah Subhanahu wa ta’ala membuka telinganya untuk mendengar ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga ditambahkan iman di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa ta’ala lapangkan rezekinya agar dia bisa bersedekah. Semua diberikan Allah kepada seorang hamba, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala menyatakan bahwa itu adalah amalan seorang hamba dan Allah berikan balasan, padahal semuanya dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
- Allah Subhanahu wa ta’ala membalas kebajikan seorang hamba dengan berbagai bentuk kenikmatan
Di antara makna Allah Asy-Syakur adalah Allah Subhanahu wa ta’ala akan membalas kebajikan hambaNya dengan berbagai bentuk kenikmatan, baik di dunia maupun di akhirat. Allah Subhanahu wa ta’ala berikan apa yang hamba tersebut minta, dan apa yang hamba tersebut tidak minta. Allah Subhanahu wa ta’ala lebih tahu tentang maslahat seorang hamba, sehingga betapa banyak kenikmatan yang Allah berikan di dunia sebelum kenikmatan di akhirat yang kita sadari dan yang sering kita tidak sadari.
Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang panda bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Ma’asyiral Muslimin,
Ketika kita mengetahui sebagian kecil hakikat dari makna nama Allah Asy-Syakur (Yang Maha berterima kasih) tentunya harus membuat kita semakin cinta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Terlebih lagi dalam banyak ayat Allah Subhanahu wa ta’ala menggandengkan namanya Asy-Syakur dan Al-Ghafur. Oleh karenanya tatkala para penghuni surga masuk ke dalam surga dan merasakan berbagai macam kelezatannya, mereka memuji Allah dengan berkata,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
“Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir : 34)
Ghafur artinya Allah mengampuni dosa sebesar apapun, dan Syakur artinya Allah Maha membalas sekecil apapun, yang penting adalah kita tulus kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Lihatlah bagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan tentang seorang wanita yang tatkala meminta makanan kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau tidak mendapatkan kecuali sebutir kurma, kemudian dia memberikan kepada wanita tersebut, kemudian wanita tersebut membagi dua kurma tersebut dan membaginya kepada kedua putrinya. Sungguh wanita tersebut melakukan amalan yang sangat sederhana, hanya membagi dua sepotong kurma, akan tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuannya lalu ia berlaku baik terhadap mereka maka mereka akan melindunginya dari api neraka.”[4]
Kalau seseorang tulus, meskipun sedikit, maka bisa dibalas surga oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Demikian pula kisah wanita pezina yang diberi surga, karena kasihan melihat seekor anjing, lantas diapun turun ke sumur untuk mengambil air dan diberikan kepada anjing tersebut. Amalan yang sangat sederhana, namun Allah Subhanahu wa ta’ala tidak pernah lalai dengan amalan hamba-hambaNya sekecil apapun. Meskipun amalan itu hanya butuh dikerjakan kurang lebih lima menit, ketika dia lakukan tulus dan disertai keikhlasan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka Allah berikan balasan yang sangat besar yaitu diampuni dosa-dosanya.
Lihatlah seorang laki-laki yang melihat ada sebuah duri ditengah jalan. Kemdian disingkirkannya karena dia tidak ingin orang lain menginjak duri tersebut. Sungguh amalan yang ringan dan kecil, ketika dilakukan dengan tulus karena Allah Subhanahu wa ta’ala, maka Allah berikan balasan dengan sebesar-besarnya.
Oleh karenanya kita harus sadar bahwasanya tuhan kita lebih sayang kepada kita daripada orang tua kita kepada kita. Kalau kita sebagai orang tua sudah pasti sangat sayang kepada anak kita. Ketika anak kita berprestasi, maka kita biasanya akan memberikannya hadiah. Ketahuilah bahwasanya Allah lebih daripada itu. Kalau Allah Subhanahu wa ta’ala tahu bahwa tulus dalam bebuat amal saleh, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberikan balasan sebesar-besarnya, karena kasih sayang Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hambaNya jauh lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
للَّهمَّ اغفِرْ لنا ما قَدَّمنا وما أَخَّرْنا وما أَسْرَرْنا ومَا أعْلَنْا وما أَسْرفْنا وما أَنتَ أَعْلمُ بِهِ مِنِّا، أنْتَ المُقَدِّمُ، وَأنْتَ المُؤَخِّرُ لا إله إلاَّ أنْتَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
[1] HR. Bukhari no. 1417
[2] HR. Bukhari no. 6491 dan HR. Muslim no. 131
[3] HR. Muslim no. 2577
[4] HR. Bukhari no. 1418