Doa Tasyahhud
Pertama (Tasyahhud Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
التَّحِيَاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Segala ucapan selamat, salawat, dan kebaikan hanya milik Allah. Mudah-mudahan salawat serta salam terlimpahkan kepadamu wahai engkau wahai Nabi beserta rahmat Allah dan berkah-Nya. Mudah-mudahan salawat dan salam terlimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. ([1])
Catatan : Namun menurut Ibnu Mas’ud setelah Nabi meninggal maka lafal tasyahhud Assalamu ‘alaika ayyuha an-nabiyyu diganti menjadi Assalamu ‘ala An-Nabi.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Sakhbarah Abu Ma’mar berkata: Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata:
يَقُولُ: عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ، التَّشَهُّدَ، كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنَ القُرْآنِ: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا، فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا: السَّلاَمُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Rasulullah mengajarkanku doa tasyahhud sebagaimana beliau mengajarkanku surat dalam Al-Qur’an, sedangkan telapak tanganku berada diantara kedua telapak tangan beliau: Attahiyyatu lillah was shalawatu wat thayyibaat, Assalamu ‘alaika ayyuha an-nabiyyu wa rahamatullahi wa barakaatuh, As-Salaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis Shalihin. Asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. Saat itu beliau berada diantara kami. Namun, ketika beliau meninggal dunia, maka kami mengucapkan: Assalamu ‘ala An-Nabi (Semoga Keselamatan senantiasa tercurahkan kepada Nabi). ([2])
Di dalam jalur riwayat hadits ini disebutkan bahwa terdapat perubahan redaksi bacaan tasyahhud yang diucapkan di dalam shalat pada zaman Nabi yaitu dengan mengucapkan As-salamu ‘alaika (Semoga keselamatan atasmu) yang ditujukan kepada Nabi dengan kata ganti orang kedua. Namun, setelah beliau wafat, redaksi bacaan tersebut dirubah menjadi As-salaamu ‘ala An-Nabiy (Semoga kesalamatan atas Nabi) yang ditujukan kepada Nabi namun dengan kata ganti orang ketiga. Al-Hafidz Ibnu Hajar menuturkan bahwa besar kemungkinan tambahan tersebut dari Ibnu Mas’ud, yaitu berkata setelah membawakan lafdz tasyahhud: (فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ) ketika beliau wafat kami mengucapkan: As-salamu ‘alan nabiy. ([3])
Dengan demikian maka boleh mengucapkan tasyahhud dengan Assalamu ‘alaika ayyuha an-nabiyyu dan juga boleh dengan Assalamu ‘ala An-Nabi([4])
Kedua (Tasyahhud Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhu)
اَلتَّحِيَاتُ المُبَارَكَاتُ، الصَلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لله، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَينَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَالِحِين، أَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلّا الله، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله
“Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan hanya milik Allah. Mudah-mudahan shalawat dan salam terlimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan shalawat dan salam terlimpah pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. ([5])
Ketiga (Tasyahhud Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu)
اَلتَّحِيَاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لله السَّلَامُ عَلَيْكَ أيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلّا الله، وَأَشْهَدُ أَن مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُوْلُهُ
“Segala penghormatan, kebaikan dan shalawat hanya milik Allah. Mudah-mudahan salam terlimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan salam terlimpah pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”. ([6])
Keempat (Tasyahhud Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhumaa)
بِسْمِ الله التَّحِيَّاتُ للهِ، وَالصَّلَوَاتُ للهِ، الزَّاكِيَاتُ للهِ، السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ الله وَبرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَشَهِدْتُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ الله
Dengan nama Allah, segala penghormatan dan shalawat hanya milik Allah, amal-amal shalih hanya bagi Allah. Mudah-mudahan salam terlimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan salam terlimpah pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan-Nya ([7])
Kelima (Tasyahhud Umar bin Khottob radhiyallahu anhu)
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ، الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Segala penghormatan dan amal-amal shalih hanya bagi Allah. Segala kebaikan dan shalawat hanya milik Allah. Mudah-mudahan salam terlimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan salam terlimpah pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya ([8])
Keenam (Tasyahud Aisyah radhiyallahu anhaa)
التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ، الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
Segala penghormatan, kebaikan, shalawat, dan amal shalih hanya bagi Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Mudah-mudahan salam terlimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan salam terlimpah pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Keselamatan atas kalian. ([9])
Shalawat kepada Nabi
Shalawat disunnahkan dibaca setelah membaca dzikir tasyahhud akhir ketika duduk tasyahhud akhir
Pertama:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid“
artinya: Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. ([10])
Kedua:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ahli baitihii, wa ‘ala azwaajihii wa dzurriyatihii, kamaa shallaita ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid. Wa baarik ‘ala muhammad wa ‘ala ahli baitihii, wa ‘ala azwaajihii wa dzurriyatihii, kamaa baarakta ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid.
artinya: Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarganya, istri-istrinys, serta keturunannya, sebagaimana tercurah pada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarganya, istri-istrinya, serta keturunannya, sebagaimana tercurah pada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. ([11])
Ketiga:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wa rosuulika kamaa shollaita ‘alaa aali ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim.
artinya: Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad hambaMu dan RasulMu, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim. ([12])
Keempat:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa shol laita ‘alaa ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa baarokta ‘ala ibroohiim innaka hamiidum majiid.
artinya: Ya Allah azza wa jalla, berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada isteri-isteri beliau dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim. Ya Allah, Berkahilah Muhammad dan isteri-isteri dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkahi. ([13])
Kelima:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli ‘ala muhammad an-nabiyyil ummiyi wa ‘ala aali muhammad, kamaa shallaita ‘ala aali ibrahim. Wa baarik ‘ala muhammad an-nabiyyil ummiyi wa ‘ala aali muhammad, kamaa baarakta ‘ala aali ibrahim, fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.
artinya: Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad yang ummi (tidak membaca dan tidak menulis) dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.Dan berkahilah Muhammad Nabi yang ummi (tidak membaca dan tidak menulis) dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia” ([14])
Keenam:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali, wa baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali, kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm fil ‘aalamiina innaka hamidun majiid“
artinya: Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim di alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. ([15])([16])
_____________________________________
Footnote:
([1]) HR. Bukhari 2/63 no. 1202
Lafal tasyahhud yang terbaik
Mayoritas ulama berpendapat bahwa lafadz bacaan tasyahhud yang paling shahih adalah sebagaimana bacaan tasyahhud yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud. (Lihat Al-Ausath Li Ibn Abdil Barr 2/306, Subulus Salam Li As-Shan’ani 1/284, dan Al-Minhal Al-‘Adzbu Al-Maurud Syarh Sunan Abu Dawud 6/74)
Kemudian, menurut Imam Syafi’i tingkatan bacaan tasyahhud yang shahih dan disukai setelah bacaan yang riwayat Ibnu Mas’ud adalah sebagaimana riwayat Ibnu Abbas, ia berkata:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ فَكَانَ يَقُولُ: التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ، الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ رُمْحٍ كَمَا يُعَلِّمُنَا الْقُرْآنَ
“Rasulullah pernah mengajarkan kepada kami doa tasyahhud sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami suatu surat dalam Al-Qur’an, beliau mengucapkan: At-tahiyyatul Mubaarakatus Shalawatut Thayyibaatu lillah, As-salaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuh, As-salaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis shalihin, Asyhadu an laa ilaaha illa Allahu, wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah.” Dalam redaksi yang diriwayatkan Ibnu Rumh disebutkan “sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami Al-Qur’an.” (H.R. Muslim no.403, lihat bacaan yang kedua)
Imam As-Syafi’i berkata: “Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang bacaan tasyahhud dengan lafadz yang berbeda, lafadz yang paling aku sukai adalah ini (riwayat Ibnu Abbas) karena lafadz tersebut lebih sempurna. (Al-Umm Li As-Syafi’i 1/140)
Dan diantara sebab beliau lebih memilih tasyahhud ini adalah: Tambahan riwayat dalam lafadz (المبُاَرَكَاتُ). Begitu juga cara mengajarkan Nabi kepada Ibnu Abbas, sebagaimana beliau mengajarkan Al-Qur’an kepadanya. Disamping itu, tasyahhud yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas adalah riwayat terakhir daripada yang lain. Dan riwayat hadits yang paling terakhir lebih utama daripada riwayat yang lain. Demikian halnya, tasyahhud tersebut sesuai firman Allah:
تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً
“Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi keberkahan lagi baik.” (An-Nur: 61)
Dan segala suatu khususnya dalam ibadah yang sesuai dengan firman Allah, maka itu lebih utama. (Al-Hawi Al-Kabir Syarh Mukhtashar Al-Muzanniy Li Al-Mawardiy 2/156 dan Al-Majmu’ Li An-Nawawi 3/457)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Imam As-Syafi’i pernah ditanya tentang tasyahhud yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, lalu beliau berkata: karena maknanya yang luas, hadits yang diriwayatkannya memiliki riwayat yang shahih dan makna dalam bacaan tersebut lebih banyak dan luas dibandingkan dengan yang lain. (Fathul Bari Li Ibn Hajr 2/316.)
Berbeda dengan Imam Malik, beliau lebih memilih lafadz tasyahhud yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatthab, sebagaimana dalam hadits riwayat Abdurrahman bin Abdul Qariy:
أَنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ، يُعَلِّمُ النَّاسَ التَّشَهُّدَ. يَقُولُ: قُولُوا: التَّحِيَّاتُ للهِ، الزَّاكِيَاتُ للهِ، الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ للهِ؛ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ. السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
Sesungguhnya dia mendengar Umar bin Khatthab ketika di atas minbar mengajarkan kepada orang-orang doa tasyahhud, mengucapkan: At-tahiyyatu lillah, Az-zaakiyaatu lillah, At-Thayyibaatus Shalawaatu lillah, As-salaamu ‘alaika ayyuha An-nabiyyu wa rahmatullah, As-salaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibaadillahis shalihin. Asyhadu an laa ilaaha illa Allahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu. (H.R. Malik di dalam Al-Muwattha’ no.300 dan Al-Baihaqi no.2838)
([3]) Lihat : Fathul Bari Li Ibn Hajar 2/314.
([4]) Lihat al-Muhimmaat fi Syarh ar-Roudhoh, Al-Isnawi 3/110, Asnaa al-Mathoolib, Zakariya al-Anshoori 1/164, an-Najm al-Wahhaaj fi Syarh al-Minhaaj, Kamaalud diin Abul Baqoo’ Ad-Damiirii, Asy-Syafií 2/164
([5]) HR. Muslim 1/302 no. 403
([6]) HR. Muslim 1/303 no. 404
([7]) Malik dalam muwattho’ 1/91 No. 54, At-Tahbir li-idhohi maani attaysir 5/400
([8]) HR. Malik dalam Al-Muwatha’ 1/90 no 53
([9]) HR. Malik dalam Al-Muwattho’ 1/92 No 55
Kandungannya:
Imam Nawawi menjelaskan makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan tasyahud di atas: “At-Tahiyyāt adalah bentuk jamak dari tahiyyah yang artinya adalah kepemilikan, ada juga yang mengartikannya dengan: kekekalan, keagungan, dan kehidupan. Dikatakan bahwaa sebab dijamaknya attahiyyat adalah karena para raja Arab diberi ucapan selamat oleh para pengikutnya dengan ucapan yang khusus (berbeda-beda). Dikatakan juga bahwa sebab dijamaknya tahiyyat untuk Allah adalah karena Allah yang paling berhak.
Al-Mubārakāt dan Az-Zākiyāt yang disebutkan dalam hadits Umar radhiyallahu ‘anhu memiliki satu makna (yang sama). Al-Barakah artinya kebaikan yang banyak, dan ada yang mengatakan artinya adalah tumbuh, begitu juga Az-Zakah yang asalnya adalan An-Nama’ (tumbuh).
Dan As-Shalawāt yaitu shalat-shalat yang sudah diketahui, ada yang mengatakan artinya adalah doa-doa dan ketundukan, dan dikatakan juga artinya adalah rahmat (kasih sayang) yaitu Allah yang mengaruniakan rahmat tersebut.
Dan At-Thayyibāt adalah kata-kata yang baik. (Al-Minhaj Syarh Shiohih Muslim bin Al Hajjaj 4/116)
Sebagian ulama memandang bahwa makna dari Az-Zākiyāt adalah amal shalih yang baik dan juga perkataan-perkataan yang baik, yaitu itu semua tidak layak ditujukan kecuali hanya kepada Allah (Lihat Tanwiir al-Hawaalik, Syarh Muwattho’ Malik 1/87)
([10]) HR Bukhori 4/146 No 3370
([11]) Dalam Musnad Imam Ahmad 38/238 no 23600
([12]) HR. Bukhori 6/121 no 4798
([13]) Muwattho Al-Imam Malik Pada Riwayat Muhammad Ibn Al-Hasan Asy-Syaibani 1/104 292
([14]) HR. Ahmad 28/304 n0. 17072
([15]) HR Al Bihaqi 2/529 no 3966, HR Ahmad dalam musnadnya 28/299 no 17067
([16]) Kandungan bacaan shalawat:
Dan makna shalawat berbeda-beda ditinjau dari siapa yang bershalawat:
Adapun shalawat dari Allah azza wa jalla: pujian Allah azza wa jalla terhadapnya di sisi para malaikatnya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Abul ‘Aliyah -rahimahullah ta’ala-:
“صَلاَةُ اللَّهِ: ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ المَلاَئِكَةِ، وَصَلاَةُ المَلاَئِكَةِ الدُّعَاءُ”
“Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan para malaikat, dan sholawat malaikat kepadanya adalah doa.” (Shahih Al-Bukhari 6/120)
Dan sebagian ‘ulama mengatakan: Shalwat dari Allah azza wa jalla adalah Rahmat, akan tetapi ini kurang tepat, karena Allah azza wa jalla berfirman:
{أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ}
(mereka adalah orang-orang yang memeproleh shalawat dan Rahmat dari Allah azza wa jalla)
Dalam ayat ini Allah azza wa jalla men jelaskan bahwa mereka mendapatkan shalwat dan rahmat dari Allah azza wa jalla, maka yang demikian mnunjukkan bahwa shalawat itu berbeda dari rahmat Allah azza wa jalla.
Sedangkan shalawat dari Malaikat dan orang-orang mukmin untuk beliau adalah Doa dan permintaan ampun dan keberkahan untuknya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Abul ‘Aliyah:
وَصَلاةُ الْمَلائِكَةِ عَلَيْهِ: الدُّعَاءُ لَهُ
“dan shalwat dari para Malaikat adalah do’a untuknya” (tafsir Ibnu abi Hatim 10/3152)
Dan Ibnu ‘Abbas juga mengatakan:
يُصَلُّونَ: يُبَرِّكُونَ
“Bersholawat (kepada nabi): mendoakan keberkahan” ([16])
Adh-Dohak juga mentafsirkan sholawat kepada Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan:
صلاة الله: رحمته، وصلاة الملائكة: الدعاء
“sholawatnya Allah adalah RahmatNya, sholawatnya Malaikat adalah doa.” (Syarhu Bukhori li Ibni Bathol, 10 / 115)
Dan berkata Ibnu Muflih Al Hanbali:
فقد قَالَ كثير من الْعلمَاء: (إِن الصَّلَاة من الله الرَّحْمَة، وَمن الْمَلَائِكَة الاسْتِغْفَار، وَمن العَبْد التضرع وَالدُّعَاء).
“dan banyak ‘ulama yang mengatakan: sesungguhnya shalawat dari Allah azza wa jalla adalah Rahmat, dan dari Malaikat adalah permintaan ampun dan dari manusia adalah rasa rendah hati dan do’a” (Attahbir syarah Tahrir, 1/67)
Dan kalimat (aali muhammad “keluarga Muhammad”): maka mereka adalah orang-orang yang tidak berhak menerima zakat, dan mereka adalah bani Hasyim.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أما علمت أن آل محمد لا يأكلون الصدقة
(tidakkah engkau tahu bahwa aalu Muhammad tidak boleh memakan harta shadaqoh (zakat)?)
Dan sabda beliau:
إنا أهل بيت لا تحل لنا الصدقة
“Sesungguhnya kita adalah ahlu bait, dan tidak halal bagi kita harta shodaqoh (zakat)” (H.R. An-Nasai 2612)
Dan dalam bershalawat kepada Nabi ada banyak keutamaan yang akan didapatkan oleh seorang muslim, diantaranya adalah: Apa yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”