66. وَيَقُولُ ٱلْإِنسَٰنُ أَءِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ أُخْرَجُ حَيًّا
wa yaqụlul-insānu a iżā mā mittu lasaufa ukhraju ḥayyā
66. Dan berkata manusia: “Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?”
Tafsir:
Apakah makna yang ditunjukkan oleh alif laam yang melekat pada kata (الْإِنْسَانُ)?
Sebagian ulama mengatakan bahwasanya ia merupakan alif laam yang berfungsi menunjukkan al-‘ahdiyyah, sehingga yang dimaksud adalah seorang manusia tertentu. Sedangkan sebagian ulama lainnya mengatakan bahwasanya ia merupakan alif laam yang berfungsi menunjukkan al-jinsiyyah, sehingga yang dimaksud adalah seluruh orang yang mengingkari Hari Kebangkitan secara umum.
Jika yang dimaksud adalah seorang manusia tertentu, siapakah dia? Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa ia adalah Abu Jahl, ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah Ubay bin Khalaf, dan ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah Al-Walid bin Al-Mughirah. Ketiga orang ini memang gembong kekafiran di zaman Rasulullah ﷺ, dari kalangan Quraisy di Mekkah.([1])
Dikisahkan bahwa suatu ketika Ubay bin Khalaf mendapati sebuah tulang yang telah rusak nan rapuh. Kemudian ia pun meremukkannya dengan tangannya, seraya berkata dengan nada mengejek dan merendahkan; “Sesungguhnya Muhammad menyangka bahwasanya kita akan dibangkitkan kembali setelah mati.”([2])
Pengingkaran semacam ini memang sering diucapkan oleh kaum musyrikin Arab. Allah ﷻ berfirman dalam surat Yasin,
﴿وَضَرَبَ لَنا مَثَلاً وَنَسِيَ خَلْقَهُ قالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظامَ وَهِيَ رَمِيمٌ﴾
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya, dia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”([3])
Allah ﷻ juga berfirman,
﴿وَإِنْ تَعْجَبْ فَعَجَبٌ قَوْلُهُمْ أَإِذَا كُنَّا تُرَابًا أَإِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ﴾
“Dan jika engkau merasa heran, maka yang mengherankan adalah ucapan mereka, ‘apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?”([4])
________
Footnote:
([1]) Tafsir Ibnu Athiyyah: 4/25, Tafsir Ar-Raazy: 556/21, Tafsir Al-Baghowi: 3/241