62. لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا إِلَّا سَلَٰمًا ۖ وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
lā yasma’ụna fīhā lagwan illā salāmā, wa lahum rizquhum fīhā bukrataw wa ‘asyiyyā
62. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang.
Tafsir:
Penghuni Surga tidak akan mendengar perkataan yang sia-sia. Jika perkataan yang sia-sia saja tidak mereka dengar di Surga, maka terlebih lagi perkataan yang mengandung dosa, yang menyakitkan orang lain, dan seterusnya. Perkataan yang mereka dengar di dalam surga hanyalah (سَلَامًا). Para ulama berbeda pendapat terkait makna (سَلَامًا), sebagai berikut:
Pertama: Yang dimaksud adalah ucapan salam. Di antara dalil pendapat ini adalah:
- Allah ﷻ berfirman,
﴿دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾
“Do’a mereka di dalamnya ialah: “SubhanakAllahumma”, dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”.” (QS. Yunus: 10)
- Allah ﷻ berfirman,
﴿جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ﴾
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 23-24)
- Para penghuni surga mendengar salam dari Allah ﷻ, sebagaimana dalam firman-Nya,
﴿سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ﴾
“(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Yasin: 58)
Dan firman-Nya,
﴿تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ ۚ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا﴾
“Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” (QS. Al-Ahzab: 44)
Kedua: Yang dimaksud adalah semua perkataan yang selamat dari keburukan. Yakni, tidak ada sesuatu pun yang mereka dengar di Surga kecuali apa yang mereka cintai, seperti ucapan salam, obrolan yang menyenangkan, perkataan yang indah dari suami ketika bertemu dengan istri dan sebaliknya, nyanyian-nyanyian bidadari, obrolan di antara teman di surga, tanpa adanya sindiran, ejekan, atau perkataan lainnya yang dapay menyakitkan, menyedihkan, atau mengecewakan. Penduduk surga hanya mendengarkan perkataan yang menyenangkan.([1]) Tentunya ini semua tidak sama dengan keadaan kita di dunia -terlebih di zaman media sosial saat ini-, di mana kita sering mendengar perkataan yang menyakitkan hati, ejekan, candaan yang menyinggung, perkataan yang menyedihkan, dan lainnya.
Ayat ini merupakan isyarat dari Allah ﷻ agar kaum muslimin bersabar ketika mereka dicerca oleh kaum musyrikin atau kaum kafir, karena itu semua hanya akan mereka dengar di dunia yang fana ini.
Kemudian perhatikan firman-Nya,
﴿وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيًّا﴾
“Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang.”
Pada ayat ini, khobar (لَهُمْ) didahulukan dari pada mubtadanya (رِزْقُهُمْ), padahal biasanya mubtada dalam suatu kalimat diletakkan sebelum khobarnya. Susunan yang tidak biasa ini memiliki makna tersendiri, yaitu menunjukkan ada kekhususan. Para ulama menjelaskan bahwa makna yang disiratkan di sini, adalah bahwa para penduduk Surga memiliki rezeki yang istimewa untuk mereka, sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka, baik berupa istana yang istimewa, bidadari yang istimewa, makanan yang istimewa, dan seterusnya. Semua itu senantiasa mereka dapatkan secara khusus di waktu pagi dan petang hari.
Para ulama sepakat bahwa di Surga tidak ada malam nan gelap, dan bahwa waktu di Surga selalu siang nan cerah. Lalu, apa yang dimaksud dengan pagi dan petang hari pada ayat ini?
Pendapat Pertama: Maksudnya adalah waktu yang diperkirakan seukuran pagi dan petang. Di surga ada pagi dan petang, tetapi cahayanya tidak ada kaitannya dengan matahari. Lalu bagaimana pagi dan petang di Surga?
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ada cahaya yang berputar di sekitar mereka, yang Allah ﷻ pancarkan dari Arsy-Nya untuk menandakan sebagian waktunya, seperti pagi atau sore.
Ada juga yang mengatakan bahwa ada seperti hijab yang Allah ﷻ turunkan, seakan-akan untuk membedakan antara pagi dan petang([2]).
Intinya di Surga tidak ada malam dan matahari, namun Allah ﷻ tetap berikan kepada mereka pertanda tertentu lainnya untuk membedakan antara pagi dan petang. Para penduduk Surga senantiasa berada dalam kenikmatan, namun ada kenikmatan yang khusus bagi mereka di waktu pagi dan petang.
Kedua: Ungkapan pada pagi dan petang hanyalah ungkapan yang biasa digunakan oleh orang Arab untuk menyiratkan makna kesinambungan([3]). Seperti dalam Bahasa Indonesia, ketika seseorang mengatakan “Saya bekerja pagi dan sore” atau “Saya berusaha siang dan malam”, yang maksudnya adalah saya selalu bekerja dan berusaha. Jadi maknanya adalah, bahwa rezeki dan kenikmatan bagi penduduk Surga selalu berkesinambungan nan tidak terhenti. Pendapat ini sangat kuat, karena memang penggunaan semacam ini dikenal dalam bahasa Arab.
________
Footnote:
([1]) Lihat: Fathul Qodir 3/401