61. جَنَّٰتِ عَدْنٍ ٱلَّتِى وَعَدَ ٱلرَّحْمَٰنُ عِبَادَهُۥ بِٱلْغَيْبِ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ وَعْدُهُۥ مَأْتِيًّا
jannāti ‘adninillatī wa’adar-raḥmānu ‘ibādahụ bil-gaīb, innahụ kāna wa’duhụ ma`tiyyā
61. yaitu surga ‘Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.
Tafsir:
Kata surga pada ayat ini dibawakan dalam bentuk jamak muannats salim (جَنَّاتِ), sehingga maknanya plural. Sedangkan pada ayat sebelumnya, ia dibawakan dalam bentuk tunggal. Mengapa demikian, padahal (جَنَّاتِ) pada ayat ini adalah perpanjangan penjelasan dari (الْجَنَّةَ) pada ayat sebelumnya([1])? Para ulama menjelaskan bahwasanya walaupun surga yang dijanjikan kepada mereka itu satu, akan tetapi ia memiliki bermacam-macam taman dan kebun yang indah.([2])
Pada ayat ini Allah ﷻ menyebutkan diri-Nya dengan الرَّحْمَنُ. Allah ﷻ ingin menjelaskan bahwa diri-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, bahkan kepada para hambaNya yang bertaubat kepadaNya setelah sebelumnya melakukan kemaksiatan. Allah ﷻ menjanjikan kepada mereka Surga Adn yang belum pernah mereka ketahui atau pun lihat sebelumnya.
Ayat ini juga menyebutkan keutamaan seorang yang beriman, bahwa ia meyakini apa pun yang Allah ﷻ janjikan baginya, walaupun janji tersebut tidak dapat ia saksikan dalam kehidupannya di dunia. Ia selalu membenarkan segala yang Allah kabarkan kepadanya tentang berbagai macam kenikmatan di Surga. Jika saja Allah ﷻ tampakkan nikmat-nikmat di Surga kepada seluruh manusia saat ini, mungkin mereka seluruhnya akan beriman kepada Allah ﷻ, namun demikianlah Allah ﷻ berkehendak untuk menguji para hamba, agar tampak siapa yang beriman kepadaNya dan siapa yang tidak.
Setelah menyebutkan bahwa janji Surga adalah janji yang gaib, Allah menegaskan bahwa segala janji-Nya pasti akan Ia ﷻ tepati. Berbeda dengan makhluk yang seringkali sulit untuk dipercaya janjinya. Perhatikan pula bahwa Allah ﷻ menggunakan kata (مَأْتِيًّا), yang maknanya pasti akan didatangi, dan Allah ﷻ tidak menggunakan kata (آتِيًا) yang maknanya pasti akan datang. Para ulama menjelaskan bahwa ini adalah isyarat halus untuk siapa saja yang mengharapkan janji tersebut, bahwa ia haruslah berusaha untuk mendatangi janji tersebut dengan amal-amal saleh, dan hendaklah ia sadar bahwa Surga tidaklah menghampiri dan mendatanginya begitu saja([3]). Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa), sedangkan Neraka diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”([4])
Hal ini menunjukkan bahwa untuk menggapai janji Allah ﷻ, yaitu surga, memerlukan adanya perjuangan yang serius.
________
Footnote:
([1]) Tafsir Al-Qurthubi: 11/126
([2]) Tafsir Ath-Thabari: 18/220