154. ثُمَّ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ تَمَامًا عَلَى ٱلَّذِىٓ أَحْسَنَ وَتَفْصِيلًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَّعَلَّهُم بِلِقَآءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ
ṡumma ātainā mụsal-kitāba tamāman ‘alallażī aḥsana wa tafṣīlal likulli syai`iw wa hudaw wa raḥmatal la’allahum biliqā`i rabbihim yu`minụn
154. Kemudian Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka.
Tafsir :
Di dalam ayat ini Allah ﷻ menyebutkan tentang Taurat, setelah sebelumnya menyebutkan tentang sepuluh wasiat. Hal ini dikarenakan sepuluh wasiat tersebut sudah ada pada syariat para nabi terdahulu. Setiap nabi yang Allah ﷻ utus pasti menyerukan 10 wasiat tersebut kepada umatnya.
Para ulama juga menyebutkan bahwa syariat terdekat sebelum Al-Qur’an adalah syariat Taurat. Memang Nabi Isa ‘Alaihissalam telah diberikan Injil, hanya saja Injil tidaklah mengandung banyak perubahan terhadap Taurat. ([1])
Siapa yang dimaksud dengan orang yang berbuat kebaikan di dalam ayat ini?
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Nabi Musa ‘Alaihissalam.
Sebagian lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud adalah siapa saja yang berbuat ihsan dari kalangan Bani Israil.([2]) Kalangan yang ber-ihsan dari Bani Israil, adalah mereka yang mengambil faedah dari kitab Taurat, dengan mengamalkan isi kandungannya dengan baik, tanpa menambah-nambahi atau mengurangi isi kandungannya. Allah ﷻ hendak menegaskan bahwa yang akan merasakan kesempurnaan nikmat Taurat, hanyalah mereka baik ibadahnya, ketaatannya, dan perilakunya terhadap sesama.
Hal ini sama seperti firman Allah ﷻ tentang Al-Qur’an,
﴿ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَۛ فِيهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ﴾
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)
Hanya mereka yang ber-ihsan dan bertakwalah yang dapat mengambil manfaat dan buah manis dari kitab-kitab suci yang Allah ﷻ turunkan.
Di dalam ayat ini Allah ﷻ juga menjelaskan bahwa Taurat merupakan kitab yang memerinci segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Bani Israil dalam menjalankan kehidupan agama mereka.([3]) Dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman,
﴿وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الْأَلْوَاحِ مِن كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً وَتَفْصِيلًا لِّكُلِّ شَيْءٍ﴾
“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada alwah (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf: 145)
Kitab Taurat juga merupakan petunjuk, wujud kasih sayang Allah ﷻ, serta petunjuk yang meyakinkan akan Hari Kebangkitan.
Demikian pula Al-Qur’an. Betapa banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang Hari Akhirat, guna memperingatkan manusia agar tidak lalai dan terlarut dalam kenikmatan dunia yang fana. Siapa pun yang meyakini bahwa setelah kehidupan dunia ini ada Hari Kebangkitan, pastilah akan memaksimalkan kesempatan yang ia miliki untuk meraih keberuntungan di hari tersebut. Allah ﷻ berfirman,
﴿مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾
“Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-‘Ankabut: 5)
_______________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wa at-Tanwir (8/176).