165. وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلْعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌۢ
wa huwallażī ja’alakum khalā`ifal-arḍi wa rafa’a ba’ḍakum fauqa ba’ḍin darajātil liyabluwakum fī mā ātākum, inna rabbaka sarī’ul-‘iqābi wa innahụ lagafụrur raḥīm
165. Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tafsir :
Maksud ayat ini adalah, bahwa Allah ﷻ telah menjadikan kalian ada di muka bumi, setelah orang-orang sebelum kalian telah tiada. Begitu juga ketika kalian binasa, maka akan muncul generasi yang baru. Demikianlah hal tersebut akan terjadi secara terus menerus, hingga Hari Kiamat tiba. ([1])
Sebagian ulama juga berdalil dengan ayat ini, bahwasanya harta yang dimiliki seseorang bukanlah miliknya sesungguhnya. Hal ini dikarenakan dia hanyalah wakil yang dititipkan harta oleh Allah ﷻ, sehingga dia harus bertanggung jawab untuk mengolah harta sesuai dengan aturan Allah ﷻ. Allah ﷻ lah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sehingga Dialah pemilik sesungguhnya atas seluruh yang ada di alam semesta ini. Jangankan harta, bahkan jasad dan jiwa kita sendiri pun hakikatnya adalah milik Allah ﷻ.
Dalam ayat lainnya Allah ﷻ berfirman,
﴿وَأَنفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ﴾
“dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.” (QS. Al-Hadid: 7)
Yaitu Allah ﷻ menjadikan harta tersebut berpindah ke tangan kalian, yang mana sebelumnya ia berada di tangan orang lain. Begitu juga setelahnya, harta tersebut akan dipindahkan ke tangan orang lain.
Demikianlah harta, dia hanya menetap sesaat, lalu dia akan berpindah ke yang lainnya. Karenanya, seorang yang cerdas akan memanfaatkan harta tersebut dengan sebaik-baiknya selama ia masih berada dalam genggamannya. Seorang yang bijak, pastilah akan menginvestasikan hartanya yang fana, pada laba yang dijamin abadi, yaitu keridaan-Nya dan Surga-Nya.
Firman-Nya,
﴿وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ﴾
“dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu..” (QS. Al-An’am: 165)
Allah ﷻ menjelaskan bahwa Allah ﷻ memberikan jatah dan kadar yang berbeda-beda kepada setiap hamba-Nya, baik dalam hal rezeki, kekuatan fisik, kesehatan, ilmu, kemuliaan, dan sejenisnya. Tentunya semua itu berdasarkan hikmah-Nya dan keadilan-Nya yang mahasempurna, Allah ﷻ berfirman,
﴿أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَاۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّاۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ﴾
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf: 32)
Jika Allah ﷻ menciptakan seluruh manusia dengan jatah yang sama dalam segala hal, bagaimana mungkin kehidupan akan berjalan di muka bumi ini?! Inilah hikmah Allah ﷻ, yang amat sedikit dari kita yang menyadarinya.
Semua yang Allah ﷻ berikan merupakan ujian bagi manusia. Allah ﷻ berfirman,
﴿كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةًۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ﴾
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al–Anbiya’: 35)
Jadi, yang didapatkan oleh semua orang adalah ujian. Bisa jadi seseorang diuji dengan kebaikan, dan bisa jadi seseorang diuji dengan keburukan.
Secara literal, ayat terakhir dari surah Al-An’am ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ menguji seseorang dengan kenikmatan. Segala kenikmatan yang Allah ﷻ berikan merupakan ujian bagi seseorang, baik harta, kedudukan, jabatan, ketampanan, kecerdasan, kesehatan, dan yang sejenisnya. Oleh karenanya, ketika Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam berhasil mendatangkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejap mata ke hadapannya, beliau ‘Alaihissalam pun berkata,
﴿هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ﴾
“Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku, apakah aku bersyukur, atau kah aku malah ingkar (akan nikmat-Nya).” (QS. An-Naml: 40)
Maka kita semua harus ingat, bahwa semua yang kita miliki ada pertanggungjawabannya dan akan dipertanyakan. Allah ﷻ berfirman,
﴿ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ﴾
“kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takatsur: 8)
Firman-Nya,
﴿إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾
“Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menjelaskan bahwa jikalau Dia ingin menyiksa, maka siksaan-Nya sangatlah cepat. Sehingga hendaknya kita berhati-hati agar tidak bermaksiat, karena jika Allah ﷻ berkehendak, maka Allah ﷻ sangat cepat dalam menyiksa.
Akan tetapi, Allah ﷻ tetap menutup ayat ini dengan menyebutkan sifat ampunan dan kasih sayang-Nya. Bahkan bukan sekedar menyebutkan, Allah ﷻ juga menegaskannya dengan membawakan dua metode penekanan makna, yaitu huruf taukid inna (إِنَّ), dan lam taukid (لَــــ). Jadi, dalam ayat ini Allah ﷻ lebih menegaskan sifat ampunan-Nya, daripada cepatnya siksaan dan perhitungan-Nya.([2])
_______________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir ath-Thabari (12/288) dan Tafsir al-Qurthubi (7/158)..