142. وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ حَمُولَةً وَفَرْشًا ۚ كُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
wa minal-an’āmi ḥamụlataw wa farsyā, kulụ mimmā razaqakumullāhu wa lā tattabi’ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum ‘aduwwum mubīn
142. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Tafsir :
Terdapat beberapa pendapat berkaitan dengan kata فَرْشًا:([1])
Pertama: Maknanya adalah hewan yang disembelih untuk dimakan. Makna فَرْشًا adalah dihamparkan, sehingga sesuai dengan penyembelihan hewan yang dilakukan dengan menjatuhkannya ke bumi.
Kedua: Maknanya adalah sesuatu yang bisa dijadikan tikar, alas, baju, atau selimut. Contohnya adalah bulu domba, kulit yang disamak, dan lainnya yang bisa dibuat demikian.
Wallahu a’lam, pendapat yang lebih kuat menurut saya, adalah pendapat pertama. Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Thahir bin Asyur dalam tafsirnya.([2])
Inilah dua fungsi hewan yang Allah ﷻ sebutkan, yaitu untuk ditunggangi atau untuk disembelih. Maka tidak boleh hewan tersebut diharamkan tanpa dalil sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin.
Langkah setan dalam menyesatkan manusia sangat banyak, di antaranya dalam hal penghalalan atau pun pengharaman. Lihatlah bagaimana mereka menipu kaum musyrikin Arab, sehingga mereka mengharamkan apa yang Allah ﷻ halalkan, dengan meyakininya sebagai bentuk penghormatan terhadap hewan-hewan tersebut.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah, menyebutkan kisah Amr bin Luhai , yang dilihat oleh Nabi Muhammad ﷺ sedang menyeret ususnya di Neraka. Ibnu Katsir Rahimahullah pun menjelaskan, bahwa Amr bin Luhay adalah orang pertama yang mengharamkan menunggangi unta yang telah melahirkan unta betina secara berturut-turut. Niat dia baik, akan tetapi caranya salah. Beliau Rahimahullah pun menyebutkan penjelasan seperti paragraf di atas.([3])
Inilah perbuatan setan, dia bisa masuk ke dalam banyak hal untuk menyesatkan manusia, baik dalam perkara agama, pemerintahan, rumah tangga, ketika sendirian, dan dalam perkara makanan. Hal ini menunjukkan bahwa setan tidak meninggalkan kesempatan apa pun untuk menggoda kita. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ
“Sesungguhnya setan menduduki setiap jalan-jalan anak keturunan Adam.” ([4])
Tidak ada satu jalan yang ditempuh oleh anak Adam, kecuali setan telah berada di jalan tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,
﴿قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْۙ وَعَن شَمَائِلِهِمْۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ١٧ ﴾
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16-17)
Allah ﷻ juga menjelaskan bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Seakan-akan setan tidaklah memiliki musuh kecuali manusia. Bagaimana tidak, sementara Iblis telah meminta kepada Allah ﷻ untuk dipanjangkan umurnya, hanya untuk menjadi musuh bagi manusia. Allah ﷻ berfirman,
﴿إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ﴾
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fatir: 6)
_______________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi (7/112).
([2]) Lihat: At-Tahrir wa at-Tanwir (8/126).
([3]) Al-Bidayah wa an-Nihayah (2/239).
([4]) HR. Ahmad No. 15958. Dinyatakan oleh al-Arnauth sanadnya kuat.