38. أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا ۖ لَٰكِنِ ٱلظَّٰلِمُونَ ٱلْيَوْمَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
asmi’ bihim wa abṣir yauma ya`tụnanā lākiniẓ-ẓālimụnal-yauma fī ḍalālim mubīn
38. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.
Tafsir:
Demikianlah, kesesatan mana lagi yang lebih parah nan nyata dibandingkan kesesatan orang yang meyakini sesuatu yang ia sendiri tidak meyakininya atau pun memahaminya.
Perhatikan ucapan Ibnu Taimiyyah RH berikut,
وَلِهَذَا قَالَ طَائِفَةٌ مِنَ الْعُقَلَاءِ: إِنَّ عَامَّةَ مَقَالَاتِ النَّاسِ يُمْكِنُ تَصَوُّرُهَا إِلَّا مَقَالَةَ النَّصَارَى، وَذَلِكَ أَنَّ الَّذِينَ وَضَعُوهَا لَمْ يَتَصَوَّرُوا مَا قَالُوا، بَلْ تَكَلَّمُوا بِجَهْلٍ، وَجَمَعُوا فِي كَلَامِهِمْ بَيْنَ النَّقِيضَيْنِ، وَلِهَذَا قَالَ بَعْضُهُم: لَوِ اجْتَمَعَ عَشْرَةُ نَصَارَى لَتَفَرَّقُوا عَنْ أَحَدَ عَشَرَ قَوْلًا، وَقَالَ آخَرُ: لَوْ سَأَلْتَ بَعْضَ النَّصَارَى وَامْرَأَتَهُ وَابْنَهُ عَنْ تَوْحِيدِهِمْ لَقَالَ الرَّجُلُ قَوْلًا، وَامْرَأَتُهُ قَوْلًا آخَرَ، وَابْنُهُ قَوْلًا ثَالِثًا
“Orang-orang cerdas telah menyatakan bahwa akidah manusia secara umum masih memungkinkan untuk dibayangkan (dipahami), kecuali akidah kaum Nasrani. Bagaimana tidak, sedangkan yang membuat akidah Nasrani saja tidak memahaminya?! Mereka hanya berbicara dengan asas kejahilan, serta mereka menggabungkan antara dua hal yang kontradiktif. Oleh karenanya, orang-orang (cerdas) menyatakan bahwa jika 10 orang Nasrani berkumpul membicarakan akidah mereka, maka yakinlah bahwa mereka akan menghasilkan 11 pendapat yang berbeda. Sebagian lain menyatakan bahwa jika engkau tanyakan tentang trinitas kepada sebuah keluarga Nasrani, baik si suami, si istri, atau pun si anak, kau akan dapati masing-masing dari mereka meyakini pengertian yang berbeda tentang itu!” ([1])
Mereka menelan mentah-mentah apa yang mereka ucapkan dan yakini dari para pendeta, tanpa memahami sedikit pun tentang hal terpenting dalam hidup mereka tersebut. Andai mereka mau jujur, mereka akan mengakui bahwa semakin mereka mendalami pemahaman akidah mereka, maka mereka akan semakin tidak percaya akan hal itu.
Allah ﷻ mengabarkan bahwa pada Hari Kiamat kelak, mereka benar-benar akan melihat dan mendengar hakekat sebenarnya Nabi Isa ‘Alaihissalam. Allah berfirman,
﴿وَإِذْ قالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّي إِلهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قالَ سُبْحانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ. قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ﴾
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?” (Isa) menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,” dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ma’idah: 116-117)
Ketika itu mata orang-orang Nasrani akan terbelalak, pendengaran mereka akan terbuka lebar, mendengar persaksian Nabi Isa ‘Alaihissalam tentang hakekat dirinya di hadapan mereka. Mereka akan menderita dalam penyesalan ketika mengetahui bahwa Iblislah yang selama ini menyuruh mereka untuk menyembah Yesus AS.
________
Footnote:
([1]) Al-Jawaab as-Shahih Liman Baddala Diin al-Masiih 3/299