29. فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا۟ كَيْفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِى ٱلْمَهْدِ صَبِيًّا
fa asyārat ilaīh, qālụ kaifa nukallimu mang kāna fil-mahdi ṣabiyyā
29. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”
Tafsir:
Mendengar semua celaan dan cercaan kaumnya, Maryam tidaklah berucap sepatah kata pun, karena sebagaimana telah disebutkan pada ayat 26, bahwa Allah ﷻ telah memerintahkan Maryam untuk tidak berbicara sepatah kata pun kepada kaumnya pada hari itu. Ia hanya menunjuk kepada Nabi Isa AS, seakan-akan memerintahkan mereka untuk menanyakan semuanya langsung kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam yang berada pada gendongannya.
Mendengar itu, kaumnya pun merasa keheranan dan menganggap bahwasanya Maryam telah menghina dan mempermainkan mereka. Mereka menyangka bahwa Maryam tidak ingin bertanggung jawab, dan malah menyuruh mereka meminta penjelasan kepada seorang bayi([1]).
________
Footnote: