7. وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ءَايَٰتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِىٓ أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
wa iżā tutlā ‘alaihi āyātunā wallā mustakbirang ka`al lam yasma’hā ka`anna fī użunaihi waqrā, fa basysyir-hu bi’ażābin alīm
7. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.
Tafsir :
Pada ayat ini Allah ﷻ menjelaskan bahwa apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah ﷻ maka mereka وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا yaitu berpaling, akan tetapi bukan sekedar berpaling namun berpaling dengan cara sombong([1]) dan tidak mau mendengar. Seakan-akan mereka tidak mendengar, padahal mereka mendengar. Karena perbuatan mereka tersebut maka Allah ﷻ pun kemudian memberi kabar kepada mereka bahwasanya mereka akan di azab dengan azab yang menyakitkan.
Firman Allah فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih). Allah menamakan pengabaran tentang hari kiamat dengan “kabar gembira” hanya untuk mengejek mereka sehingga mereka semakin bersedih([2]). Firman Allah فَبَشِّرْهُ dari الْبِشَارَةُ dan الْبِشَارَةُ berasal dari الْبَشَرَةُ yang artinya adalah kulit. Hal ini karena jika seseorang diberi kabar gembira maka akan nampak dampaknya pada kulit wajahnya yang berseri-seri. Asalnya الْبِشَارَةُ digunakan untuk kabar baik, akan tetapi terkadang digunakan untuk kabar buruk sebagaimana dalam ayat ini karena kabar buruk juga memberi dampak pengaruh di kulit wajah([3]). Firman Allah بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (dengan azab yang pedih), yaitu yang memedihkan hati mereka dan tentu memedihkan badan mereka di neraka, tidak yang mengetahui betapa besar pedihnya dan penderitaan yang disebabkan azab tersebut kecuali Allah.
__________________
Footnote :
([1]) Lihat At-Tahir wa At-Tanwir 21/144 dan Tafsir As-Sa’di hal 646
([2]) Lihat At-Tahrir wa At-Tanwir 3/207 dan Ruuhul Maáani 1/203
([3]) Lihat Tafsir Ibnu Áthiyah (al-Muharror al-Wajiiz) 1/108, Tafsir al-Qurthubi 1/238, Ruuhul Ma’ani 1/203, Tafsir as-Sa’di hal 917, dan Tafsir surah al-Anáam, Ibnu al-‘Utsaimin hal 234