4. قَالَ رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلْعَظْمُ مِنِّى وَٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا
qāla rabbi innī wahanal-‘aẓmu minnī wasyta’alar-ra`su syaibaw wa lam akum bidu’ā`ika rabbi syaqiyyā
4. Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.
Tafsir:
Sering kita jumpai doa-doa para nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an diawali dengan “Rabbi…” atau “Rabbanaa..”. Salah satu hikmah terkait hal ini yang disebutkan oleh para ulama([1]) adalah karena pengabulan doa berkaitan dengan rububiyah Allah ﷻ; seperti memberi rezeki, mengabulkan doa, menghidupkan dan mematikan, dan seterusnya. Sehingga cocok jika seorang yang berdoa bertawasul dengan rububiyah Allah ﷻ, karena yang mengatur alam semesta hanya Allah ﷻ dan yang memungkinkan terjadinya sesuatu yang mustahil hanya Allah ﷻ.
Oleh karena pengabulan doa terkait dengan rububiyyah Allah ﷻ, kita jumpai doa orang kafir pun dapat dikabulkan, seperti banyak yang disebutkan dalam banyak ayat, bahkan doa Iblis pun dikabulkan. Sebagaimana Allah ﷻ memberikan hal-hal terkait rububiyyah-Nya, seperti rezeki, kehidupan, kematian, kepada seluruh hamba-Nya sesuai kehendak-Nya dan hikmah-Nya, baik yang mukmin atau pun kafir, maka demikian halnya pengabulan doa. Allah ﷻ berfirman tentang doa Iblis,
﴿قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴾
“Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan,” (QS. Al-Hijr: 36)
Maka Allah ﷻ mengabulkan doanya,
﴿قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ﴾
“Allah ﷻ berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,” (QS. Al-Hijr: 37)
Allah ﷻ berfirman tentang doa orang-orang kafir kepadaNya,
﴿فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ﴾
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah ﷻ dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah ﷻ menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah ﷻ).” (QS. Al-Ankabut: 65)
Begitu juga dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ menyebutkan,
اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا، فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ
“Hati-hatilah dari doa orang yang terdzhalimi, meskipun dia kafir, karena tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah ﷻ.” ([2])
Begitu juga dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda,
دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ، وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا فَفُجُورُهُ عَلَى نَفْسِهِ
“Do’a orang-orang yang terzholimi adalah do’a yang diijabah/dikabulkan. Walaupun orang yang berdo’a tersebut adalah orang yang fajir. Karena kefajirannya itu berkaitan dengan dirinya sendiri” ([3])
_______
Footnote:
([1]) Lihat: Syarh Al’Aqidah Ath-Thohawiyah hal: 1/350 dan lihat At-Tamhid Li Syarhi Kitab At-Tauhid hal 80
([2]) HR. Ahmad no. 12549. Syuaib Al-Arauth mengatakan sanad hasit ini lemah. Al-Albani mengatakan hadits hasan lighoirih (lihat: Shohih At-Targhib Wa At-Tarhib 2/535)
([3]) HR. Ahmad no. 12549. Syuaib Al-Arauth mengatakan sanad hasit ini lemah. Al-Albani mengatakan hadits hasan lighoirih (lihat: Shohih At-Targhib Wa At-Tarhib 2/535)