128. أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّنَ ٱلْقُرُونِ يَمْشُونَ فِى مَسَٰكِنِهِمْ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلنُّهَىٰ
a fa lam yahdi lahum kam ahlaknā qablahum minal-qurụni yamsyụna fī masākinihim, inna fī żālika la`āyātil li`ulin-nuhā
128. Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.
Tafsir:
Setiap kali melakukan perjalanan menuju utara, ke daerah Syam untuk berdagang, kaum Quraisy pasti akan melewati Diyaar Tsamuud, puing-puing bekas tempat tinggal kaum Tsamud, suatu kaum yang amat kuat nan perkasa yang telah dibinasakan tak bersisa oleh Allah ﷻ. Kisah kaum Tsamud sangatlah masyhur, dan terus diceritakan oleh orang-orang Arab dari zaman ke zaman. Setiap kali mereka melakukan perjalanan ke arah selatan, ke negeri Yaman, mereka pasti akan melewati puing-puing reruntuhan tempat tinggal kaum ‘Ad([1]). Sama seperti kaum Tsamud, kaum ‘Ad pun sangatlah terkenal, karena keduanya termasuk suku Arab yang dikenal sebagai legenda, yang begitu hebat, perkasa, dan bergelimang harta. Namun tatkala mereka membangkang dan menentang para utusan Allah SWT, mereka pun hancur dibinasakan oleh Allah ﷻ.
Seakan-akan Allah ﷻ mengingatkan kepada mereka, “Apakah kalian tidak berpikir sedikit pun, wahai kaum musyrikin Quraisy?! Bagaimana bisa kalian merasa aman dari pada azab?! Tidakkah kalian melihat kaum-kaum yang Allah SWT binasakan tersebut, yang selalu kalian saksikan puing-puing bangunan mereka?! Apakah kalian merasa lebih baik, lebih kuat, dan lebih berkuasa dari mereka?!”([2])
Teguran-teguran Allah SWT kepada hamba-Nya seringkali berupa bencana, baik akhirnya membinasakan mereka atau pun tidak. Jangan sampai kita hanya menganggap segala musibah bagai angin lalu saja, atau hanya sibuk mencari-cari penyebab alami dan ilmiahnya saja. Saudaraku, ketahuilah bahwa sebab utama dari segala musibah yang menimpa kita, baik yang sangat kecil maupun yang sangat mematikan, adalah sebagaimana yang Allah ﷻ firmankan,
﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Juga dalam firman-Nya,
﴿وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ﴾
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
______
Footnote:
([1]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 16/334-335