129. وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُّسَمًّى
walau lā kalimatun sabaqat mir rabbika lakāna lizāmaw wa ajalum musammā
129. Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti (azab itu) menimpa mereka.
Tafsir:
Ayat ini menegaskan bahwa sebenarnya kaum musyrikin Quraisy berhak diazab oleh Allah ﷻ. Bahkan, mereka sendirilah yang menginginkan agar disegerakan azab untuk mereka([1]), sebagaimana termaktub dalam firman Allah ﷻ,
﴿وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ﴾
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan.” (QS. Al-Hajj: 47)
Lihatlah bagaimana mereka selalu menantang agar Nabi Muhammad ﷺ meminta kepada Allah SWT untuk menyegerakan turunnya azab atas mereka. Seakan mereka berkata, “Kalau memang ancamanmu itu benar wahai Muhammad, ya sudah, tunggu apalagi?! Segerakanlah azab itu atas kami!” Belum lagi kekufuran mereka kepada Allah SWT, sikap mereka yang selalu kurang ajar kepada Nabi Muhammad ﷺ, penyiksaan dan penindasan yang mereka lakukan kepada kaum muslimin di Mekkah, dan lain sebagainya. Akan tetapi Allah ﷻ telah menakdirkan bahwa azab itu tidak diturunkan saat itu kepada mereka, tentunya sesuai dengan ilmu-Nya dan hikmah-Nya yang sempurna. Di antara hikmah-hikmah yang disebutkan para ulama adalah,
-
- Barangkali akan ada dari kaum musyrikin Quraisy atau pun keturunan mereka yang akan beriman kepada Allah ﷻ.([2])
- Untuk menunda azab mereka hingga terjadi Perang Badar, dan memang sekian banyak pembesar mereka tewas dalam perang tersebut. Selain merupakan azab bagi mereka, ini sekaligus menjadi peristiwa yang menaikkan wibawa kaum muslimin di Jazirah Arab.([3])
- Sebagai pelajaran dan ujian atas kaum muslimin, sehingga nilai-nilai kesabaran dalam dakwah tertanam dalam jiwa mereka.
- Tidak diazabnya mereka merupakan salah satu pendukung turunnya syariat jihad, dan syariat-syariat lain yang berkaitan dengannya.
______
Footnote:
([1]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 16/335