115. وَلَقَدْ عَهِدْنَآ إِلَىٰٓ ءَادَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِىَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُۥ عَزْمًا
wa laqad ‘ahidnā ilā ādama ming qablu fa nasiya wa lam najid lahụ ‘azmā
115. Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
Tafsir:
Yakni, Allah ﷻ telah mewasiatkan kepada Nabi Adam ‘Alaihissalam untuk tidak memakan buah dari pohon yang terlarang, namun ternyata beliau ‘Alaihissalam melanggar wasiat tersebut([1]).
Kata {نَسِيَ} dalam Bahasa Arab dapat bermakna meninggalkan (التَّرْكُ), dan juga bisa bermakna lupa (الذُّهُوْلُ). Lalu, apa makna {نَسِيَ} ayat ini?
Mayoritas ulama([2]) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan {نَسِيَ} pada ayat ini adalah “meninggalkan”, karena Allah ﷻ tidaklah menghukum Nabi Adam ‘Alaihissalam karena kesalahan yang ia lakukan lantaran terlupa. Sehingga makna ayat di atas adalah, “Dan sesungguhnya telah kami wasiatkan kepada Adam ‘Alaihissalam dahulu, maka ia (Adam ‘Alaihissalam) MENINGGALKAN perintah tersebut, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya.”
Keputusan memilih pendapat ini bukanlah sikap mentakwil ayat, karena kata {نَسِيَ} dalam Bahasa Arab memang memiliki dua makna, sehingga kita dapat meletakkan makna yang sesuai dan selaras dengan maklumat lainnya yang juga kita ketahui. Jika kita maknai {نَسِيَ} dalam ayat ini dengan lupa, maka ia tidaklah selaras dengan apa yang kita ketahui berupa keadilan Allah ﷻ, dan bahwa Allah ﷻ tidaklah menghukum hamba-Nya karena mereka terlupa.
Demikian pula firman Allah ﷻ,
﴿نَسُوا الله فَنَسِيَهُمْ﴾
“Mereka telah meninggalkan Allah, maka Allah pun meninggalkan mereka”. (QS. At-Taubah: 67)
Jika kita maknai {نَسِيَ} dalam ayat di atas dengan lupa, maka ia tidaklah selaras dengan apa yang kita ketahui berupa kesempurnaan Allah ﷻ, dan bahwa Allah ﷻ Mahatahu dan tidaklah sekalipun pernah lupa.
Demikian pula Allah ﷻ mengatakan, bahwa Adam ‘Alaihissalam tidak memiliki kemauan yang kuat untuk tidak melanggar wasiat tersebut. Ini juga menunjukkan bahwa {نَسِيَ} pada ayat di atas bermakna meninggalkan, dan bukanlah melupakan. Seorang yang lupa tidak bisa begitu saja disifati dengan tidak bertekad kuat, karena kelupaan bisa menghampiri siapa pun, baik tekadnya kuat atau pun tidak.
Allah ﷻ selanjutnya menceritakan apa yang membuat Adam ‘Alaihissalam tidak sabar, sehingga meninggalkan wasiat-Nya.
______
Footnote:
([1]) Lihat Tafsir al-Qurthubi 11/251
([2]) Lihat Tafsir al-Qurthubi 11/251 dan at-Tahrir wa at-Tanwir 16/319. Sebagian ulama -diantaranya Asy-Syinqithi- menguatkan pendapat bahwa نَسِيَ pada ayat ini bermakna lupa. (Lihat Adhwaaul Bayaan 3/103-104)