114. فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِٱلْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا
fa ta’ālallāhul-malikul-ḥaqq, wa lā ta’jal bil-qur`āni ming qabli ay yuqḍā ilaika waḥyuhụ wa qur rabbi zidnī ‘ilmā
114. Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.
Tafsir:
Allah ﷻ adalah Al-Malik, Maharaja. Dialah Raja yang sesungguhnya, yang kekuasaan-Nya mutlak , tak terbatas, nan abadi. Adapun raja-raja dunia, maka kekuasaan mereka fana nan sangat terbatas.
Allah ﷻ adalah Al-Haqq. Dialah Yang Mahabenar dalam segala-galanya. Baik firman-Nya, takdir-Nya, kehendak-Nya, syari’at-Nya, dan segala tentangNya adalah kebenaran.([1])
Kelak pada Hari Kiamat, Allah ﷻ akan berkata,
أَنَا الْمَلِكُ!! أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ؟!
“Akulah Sang Maharaja! Di mana kah raja-raja bumi itu?!” ([2])
Kemudian Allah ﷻ memerintahkan agar Nabi Muhammad ﷺ tidak tergesa-gesa hingga wahyu yang diturunkan kepadanya melalui Jibril selesai disampaikan. Ini berkaitan dengan ayat lainnya, yaitu,
﴿لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ﴾
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (QS. Al-Qiyamah16)
Pada awal-awal turunnya wahyu, setiap kali Jibril AS datang menyampaikan wahyu, Nabi Muhammad ﷺ pun dengan segera dan terburu-buru mengulangi pengucapan wahyu tersebut, karena beliau khawatir tidak dapat menghafal wahyu yang disampaikan dengan baik. Maka Allah ﷻ pun menegur beliau ﷺ, dengan berfirman,
﴿إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ﴾
“Sesungguhnya Kamilah yang menjamin akan mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. Al-Qiyamah: 17-19)
Kemudian Allah ﷻ menutup ayat di atas dengan firman-Nya,
﴿وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا﴾
“dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.”
Ayat ini jelas sekali menunjukkan kemuliaan ilmu. Setelah Allah ﷻ menegur Nabi Muhammad ﷺ yang tergesa-gesa dalam mengikuti pengucapan Jibril, Allah ﷻ pun memberikan petunjuk tentang apa yang harus beliau ﷺ lakukan, yaitu berdoa dengan mengucapkan, “Rabbi zidnii ilmaa”.
Di antara doa-doa yang juga Nabi Muhammad ﷺ ajarkan kepada kita terkait hal ini adalah,
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا
“Ya Allah, jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah aku ilmu.” ([3])
Begitu juga doa yang sering beliau ucapkan setelah shalat Subuh,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.” ([4])
Dan ketahuilah saudaraku, Nabi Muhammad ﷺ tidaklah pernah diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk meminta tambahan atas sesuatu, kecuali ilmu([5]), sebagaimana yang Allah ﷻ firmankan dalam ayat ini,
﴿وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا﴾
“dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.
Sebagian ahli tafsir([6]) mengatakan, bahwasanya setelah Allah ﷻ memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan Rabbii zidnii ilmaa, Allah ﷻ pun menambahkan lagi ilmu kepada beliau ﷺ, yaitu kisah tentang nenek moyang manusia, yaitu Nabi Adam ‘Alaihissalam, serta nenek moyang setan, yaitu Iblis la’natullaah alaih.
______
Footnote:
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 5/319
([2]) HR. Bukhori no. 4812 dan Muslim no. 2787
([3]) HR. Ibnu Majah no. 251. Al-Albani mengatakan hadits ini shohih
([4]) HR. Ibnu Majah no. 925. Al-Albani mengatakan hadits ini shohih