32. يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
yā nisā`an-nabiyyi lastunna ka`aḥadim minan-nisā`i inittaqaitunna fa lā takhḍa’na bil-qauli fa yaṭma’allażī fī qalbihī maraḍuw wa qulna qaulam ma’rụfā
32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.
Tafsir :
Ini termasuk adab yang Allah ﷻ ajarkan kepada istri-istri Nabi Muhammad ﷺ yang menunjukkan kemuliaan yang dimiliki oleh mereka.([1])
Firman Allah ﷻ,
لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ
“Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa.”
Istri-istri Nabi Muhammad ﷺ tidak seperti wanita-wanita lainnya yang ada di dunia ini. Mereka memiliki banyak keistimewaan, di antaranya adalah pahalanya dilipatgandakan dua kali lipat, mereka menemani Nabi Muhammad ﷺ di dunia dan akhirat. Balasan itu mereka dapatkan jika mereka bertakwa kepada Allah ﷻ. ([2])
Firman Allah ﷻ,
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ
“Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya.”
Di antara kesempurnaan takwa bagi istri-istri Nabi Muhammad ﷺ adalah mereka merendahkan suara di hadapan kaum lelaki. Ini merupakan adab bagi mereka -dan para wanita pada umumnya- agar tidak membuat suara mereka mendayu-dayu ketika berbicara dengan lelaki. Namun, hendaknya mereka bersuara dan berkata dengan biasa.
Firman Allah ﷻ,
وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan ucapkanlah perkataan yang baik.”
Ayat ini tidak bermaksud ketika istri-istri Nabi Muhammad ﷺ berbicara dengan laki-laki harus dengan bisik-bisik, bukan juga dengan suara yang keras. Akan tetapi dengan suara yang sewajarnya. Ini merupakan adab bagi seorang wanita ketika berbicara dengan kaum lelaki. ([3])
Tidak semua orang memiliki hati yang bersih. Terkadang di dalam hati mereka ada penyakit. Apalagi pada zaman sekarang, banyak tontonan yang dapat mengubah hati seseorang. Banyak hal yang bisa didengar, lalu mengubah hati seseorang. Bisa saja dengan suara seorang wanita saja, seseorang mampu tergoda hatinya. Dan ini sangat mungkin terjadi. Oleh karenanya, hendaknya kaum lelaki dan perempuan selalu waspada dan menjaga dirinya dari berucap dengan suara yang mendayu-dayu atau dibuat-buat, meskipun tidak bermaksud apapun dan hendaknya dia berkata yang sewajarnya saja.
Di dalam masalah ini, para ulama mengambil faidah bahwasanya suara wanita bukanlah aurat jika tidak diucapkan dengan mendayu-dayu. Namun, jika sengaja diucapkan dengan mendayu-dayu, maka itu termasuk aurat, sehingga mampu membuat orang lain tertarik dengannya. Adapun suara yang diucapkan dengan wajar, maka bukan termasuk aurat.
Sebagaimana dengan Syaikh Bin Baz rahimahullah mengatakan bahwa suara wanita bukanlah aurat. Jika seorang wanita berada di dalam salat berjamaah, lalu tiba-tiba imam salat tersebut salah atau keliru dalam membaca sebuah ayat atau surat, dan tidak ada makmum laki-laki yang mengingatkannya, maka boleh bagi wanita yang hafal Al-Quran untuk menegur atau membenarkan bacaan imam salat tersebut. Adapun tashfiq digunakan jika seorang imam salat lupa dalam gerakan-gerakan salat.([4])
___________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi, (14/177).
([2]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi, (14/177).