22. وَلَمَّا رَءَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْأَحْزَابَ قَالُوا۟ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّآ إِيمَٰنًا وَتَسْلِيمًا
wa lammā ra`al-mu`minụnal-aḥzāba qālụ hāżā mā wa’adanallāhu wa rasụluhụ wa ṣadaqallāhu wa rasụluhụ wa mā zādahum illā īmānaw wa taslīmā
22. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan
Tafsir :
Pada ayat ini allah membandingkan antara sifat-sifat orang-orang munafik dan orang-orang beriman saat peristiwa terjadinya perang Ahzab. Setelah orang-orang beriman selesai menggali Khandaq/parit yang besar dan luas. Mereka menggali parit itu selama sekitar kurang lebih 7 hari, sebagai siasat perang mereka dalam menghadapi musuh. Saat itu orang-orang beriman melihat kelompok-kelompok musuh datang kepada mereka dengan jumlah sekitar 10.000 pasukan. Mereka tahu bahwa itu termasuk yang dijanjikan kepada mereka. Maka dari itu mereka berkata,
هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.”
Ayat ini juga bercerita tentang para sahabat dalam menghadapi perang Khandaq. Allah ﷻ menjelaskan bahwa pada saat mereka dalam kondisi genting, ternyata keimanan dan tawakal mereka kepada Allah ﷻ semakin bertambah. ([1])
Ketika orang-orang beriman melihat Ahzab (sekutu-sekutu musuh) datang kepada mereka, maka semakin bertambah keimanan orang-orang beriman dan mereka semakin tawakal kepada Allah ﷻ. Inilah sifat-sifat para sahabat yang menghadapi perang Khandaq dan dipuji oleh Allah ﷻ.
Pada ayat ini, Allah ﷻ juga menyinggung orang-orang munafik, di mana sifat-sifat mereka saling bertolak belakang dengan sifat-sifat orang-orang beriman. Saat itu orang-orang munafik merasa sangat ketakutan yang luar biasa. Allah ﷻ berfirman,
فَإِذَا جَاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُولَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا
“Engkau lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al-Ahzab: 19)
Bahkan, ketika Ahzab telah pergi pun, orang-orang munafik masih merasakan ketakutan yang luar biasa. Allah ﷻ berfirman,
يَحْسَبُونَ الْأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا
“Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan (yang bersekutu) itu belum pergi.” (QS. Al-Ahzab: 20)
Saking besarnya rasa takut yang menggelayuti mereka, sampai mereka mengira bahwa sekutu-sekutu musuh belum pergi meninggalkan medan perang. Padahal, peperangan telah berakhir.
Jika orang-orang munafik takut kepada musuh -padahal musuh sudah pergi-, sebaliknya orang-orang beriman, meskipun di hadapan mereka terdapat ribuan sekutu-sekutu musuh yang saling berkumpul untuk menyerang mereka, justru keimanan mereka kepada Allah ﷻ semakin bertambah. Adapun orang-orang munafik ketika melihat Ahzab, mereka berkata,
مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا
“Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami hanya tipu daya belaka.” (QS. Al-Ahzab: 12)
Bayangkan, dalam kondisi genting tersebut orang-orang munafik mengatakan bahwa Allah ﷻ dan Rasul-Nya telah menipu mereka.
_________________
Footnote :