23. مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا
minal-mu`minīna rijālun ṣadaqụ mā ‘āhadullāha ‘alaīh, fa min-hum mang qaḍā naḥbahụ wa min-hum may yantaẓiru wa mā baddalụ tabdīlā
23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).
Tafsir :
Ayat ini juga menjelaskan tentang perbandingan antara orang-orang beriman dan orang-orang munafik. Allah ﷻ menjelaskan bahwa di antara orang-orang beriman ada sekelompok orang yang berjanji kepada Allah ﷻ dan menepati janji mereka. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa Anas bin Nadhr([1]) radhiyallahu ‘anhu saat terjadi perang Badar tidak ikut serta di dalam perang tersebut. Pada saat itu, dia merasa sedih karena tidak mampu ikut serta dalam peperangan bersama para sahabat yang lain. Akhirnya dia berjanji seraya berkata,
أَمَا وَاللَّهِ لَئِنْ أَرَانِي اللَّهُ مَشْهَدًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَرَيَنَّ اللَّهُ مَا أَصْنَعُ
“Seandainya Allah memberikan kepadaku satu kesempatan untuk berperang bersama Rasulullah ﷺ, maka Allah akan melihat apa yang akan aku lakukan.”([2])
Ketika terjadi perang Uhud, Anas bin Nadhr radhiyallahu ‘anhu berperang dengan sungguh-sungguh, sehingga dia mengatakan,
وَاهًا لِرِيحِ الجَنَّةِ أَجِدُهَا دُونَ أُحُدٍ، فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ، فَوُجِدَ فِي جَسَدِهِ بِضْعٌ وَثَمَانُونَ مِنْ بَيْنِ ضَرْبَةٍ وَطَعْنَةٍ وَرَمْيَةٍ
“‘Sungguh, aku mendapati aroma surga dari arah gunung Uhud’. Akhirnya dia berperang sampai terbunuh dan di dalam tubuhnya ditemukan lebih dari 80 luka sabetan pedang, tusukan tombak dan anak panah.” ([3])
Para ulama menjelaskan bahwa inilah yang dimaksudkan di dalam ayat ini bahwasanya ada di antara sahabat yang menepati janjinya dan gugur di medan pertempuran.([4]) Demikian juga dengan sahabat-sahabat yang lain, seperti Mush’ab bin ‘Umair, Hamzah bin Abdul Mutthalib, Abdullah bin Jahsyi radhiyallahu ‘anhum dan para sahabat yang lain. Mereka inilah orang-orang yang berjanji kepada Allah ﷻ dan menepati janji mereka.
Firman Allah ﷻ,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ
“Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu.”
Maksudnya adalah di antara mereka ada yang tidak meninggal dunia di dalam peperangan dan mereka selalu berharap agar meninggal dunia sebagai syahid di medan pertempuran berikutnya.([5])
Sebagaimana Khalid bin Al-Walid radhiyallahu ‘anhu yang sangat ingin mendapatkan syahid di medan pertempuran. Namun, ternyata dia tidak meninggal dunia di dalam medan pertempuran. Seorang sahabat yang mulia tersebut meninggal dunia di atas tempat tidurnya. Padahal, dia adalah seorang panglima perang yang banyak bertempur di medan peperangan. Tubuhnya memiliki banyak luka dari sejumlah peperangan tersebut. Namun, Allah ﷻ tidak menakdirkannya meninggal dunia di medan pertempuran.
Firman Allah ﷻ,
وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).”
Maksudnya adalah meskipun sebagian sahabat ada yang berjanji kepada Allah ﷻ, tetapi mereka tetap menpati janji mereka. Namun, sebaliknya bagi orang-orang munafik. Allah ﷻ berfirman tentang kelakukan orang-orang munafik,
وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللَّهَ مِنْ قَبْلُ لَا يُوَلُّونَ الْأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللَّهِ مَسْئُولًا
“Dan sungguh, mereka (orang-orang munafik) sebelum itu telah berjanji kepada Allah, tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Ahzab: 15)
Orang-orang munafik berjanji untuk ikut berperang bersama kaum muslimin. Namun, pada saat terjadi peperangan mereka melarikan diri dan menghindar, sebagaimana telah dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya.
Allah ﷻ juga berfirman menjelaskan sifat-sifat mereka ketika berjanji untuk bersedekah,
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ . فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ . فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran). Maka Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada waktu mereka menemui-Nya, karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah: 75-77)
Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita, jika kita telah berjanji kepada Allah ﷻ, maka hendaknya kita bersungguh-sungguh untuk menunaikannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat, di mana mereka berjanji, maka mereka pun menunaikannya, dan balasannya pun Allah ﷻ memuji mereka semua.
________________
Footnote :
([1]) Seorang sahabat yang mulia dan pamannya Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
([2]) HR. At-Tirmidzi, No. 3200, hadis hasan sahih.
([3]) HR. At-Tirmidzi, No. 3200, hadis hasan sahih.