73. إِنَّآ ءَامَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَٰيَٰنَا وَمَآ أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ ٱلسِّحْرِ ۗ وَٱللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ
innā āmannā birabbinā liyagfira lanā khaṭāyānā wa mā akrahtanā ‘alaihi minas-siḥr, wallāhu khairuw wa abqā
73. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)”.
Tafsir:
Ini adalah lanjutan jawaban para mantan penyihir terhadap ancaman Fir’aun.
Apakah mereka benar-benar dipaksa oleh Fir’aun untuk mempelajari sihir dan melakukannya? Sebagian ulama berpendapat bahwa memang demikian adanya, dan bahwa sebenarnya mereka juga dipaksa untuk berduel dengan Nabi Musa ‘Alaihissalam ([1]).
_______
Footnote:
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi (11/226) dan at-Tahrirr wa at-Tanwiir (16/267).