72. قَالُوا۟ لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَآءَنَا مِنَ ٱلْبَيِّنَٰتِ وَٱلَّذِى فَطَرَنَا ۖ فَٱقْضِ مَآ أَنتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِى هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَآ
qālụ lan nu`ṡiraka ‘alā mā jā`anā minal-bayyināti wallażī faṭaranā faqḍi mā anta qāḍ, innamā taqḍī hāżihil-ḥayātad-dun-yā
72. Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.
Tafsir:
Perhatikanlah ketundukan dan keimanan luar biasa yang tiba-tiba Allah ﷻ anugerahkan kepada para mantan penyihir ini. Bayangkan, di awal pagi mereka masih dalam keadaan musyrik, mereka datang untuk berduel melawan utusan-Nya, mereka mencari dunia, sudah puluhan tahun mereka menjadi penyihir yang setia kepada Fir’aun, namun tiba-tiba Allah ﷻ menjadikan mereka beriman dengan keimanan amat kuat([1]), yang bahkan tak goyah sedikit pun di hadapan ancaman siksaan yang kejam dan pembunuhan.
Bukannya gentar ketika mendengar ancaman tersebut, para penyihir ini malah balik memperingatkan dan mengancam Fir’aun, dengan mengingatkan bahwa kekuasaannya hanyalah sementara dan fana, dan kelak dia akan menghadapi pengadilan Sang Mahakuasa, Allah ﷻ. Mereka juga menegaskan bahwa yang telah memberikan petunjuk kepada mereka adalah Tuhan Yang telah menciptakan mereka, yaitu Allah ﷻ. Mereka menegaskan bantahan kepada Fir’aun, bahwa ia bukanlah tuhan, dan ia hanyalah makhluk biasa yang tidak bisa menciptakan apa-apa.
_______
Footnote: