64. فَأَجْمِعُوا۟ كَيْدَكُمْ ثُمَّ ٱئْتُوا۟ صَفًّا ۚ وَقَدْ أَفْلَحَ ٱلْيَوْمَ مَنِ ٱسْتَعْلَىٰ
fa ajmi’ụ kaidakum ṡumma`tụ ṣaffā, wa qad aflaḥal-yauma manista’lā
64. Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini.
Tafsir:
Ini adalah lanjutan ucapan para provokator dari kalangan penyihir Fir’aun.
Kata pertama pada ayat ini adalah kata perintah, dan ada dua qiraah padanya.
Qiraah pertama adalah {فَاجْمَعُوْا}, dan maknanya, “Ayo! Berkumpullah, bersatu padulah, dan bekerja samalah untuk segera melawan Musa dan Harun itu! Jangan sampai ada yang tertinggal, majulah kalian seluruhnya!”
Qiraah kedua adalah {فَاَجْمِعُوْا}, dan maknanya, “Ayo! Kerahkan segala kemampuan kalian untuk melawan dua orang ini! Jangan sampai ada kesalahan sekecil apa pun!”
Intinya, keduanya menunjukkan bahwa mereka bersatu padu dan serius dalam berduel, dan mereka sama sekali tidak menganggap enteng Nabi Musa ‘Alaihissalam.
Kemudian para penyihir itu menyatakan,
﴿وَقَدْ اَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلٰى﴾
“…dan sungguh, beruntung orang yang menang pada hari ini!”
Dan memang demikianlah kenyataannya. Kemenangan pada duel hari tersebut adalah penentu. Jika para penyihir yang menang, mereka akan mendapatkan dua penghargaan yang luar biasa, yaitu sebagaimana disebutkan dalam ayat,
﴿إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ، قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ﴾
“(Apakah) kami benar-benar akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?” Firaun menjawab: “Benar! Dan kalian benar-benar akan kuangkat menjadi orang-orang yang terdekatku!” (QS. Al-A’raf: 113-114)
Adapun jika Nabi Musa ‘Alaihissalam yang menang, maka sudah sangat jelas efeknya. Kebenaran yang beliau AS bawa akan semakin terang benderang, dan pamor Fir’aun akan sangat jatuh di hadapan rakyatnya sendiri. Belum lagi kemungkinan besar para penyihir itu akan berbalik dan beriman kepada beliau AS.