52. قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى فِى كِتَٰبٍ ۖ لَّا يَضِلُّ رَبِّى وَلَا يَنسَى
qāla ‘ilmuhā ‘inda rabbī fī kitāb, lā yaḍillu rabbī wa lā yansā
52. Musa menjawab: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.
Tafsir:
Nabi Musa AS menjelaskan bahwa yang mengetahui hal itu hanya Allah ﷻ. Allah SWT lah Yang Mengetahui seluruh amalan mereka, dan kelak Ia SWT lah yang akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka.([1])
Pada ayat ini terdapat pelajaran berharga bagi para da’i, yaitu apabila mereka ditanya tentang suatu hal yang tidak mereka ketahui jawabannya, maka hendaknya dia menjawab ‘Tidak tahu. Allaahu a’lam’. Jangan sampai malu mengakui ketidaktahuan, lalu berlagak tahu dan malah menjawab serampangan tanpa ilmu.
Ini juga bantahan bagi orang-orang Yahudi, yang suka menguji Nabi ﷺ dengan bertanya perkara-perkara gaib kepada beliau SAW. Pengetahuan mutlak akan hal gaib hanyalah milik Allah SWT, dan itu sama sekali bukan bukti kebenaran kenabian atau kerasulan.
Sebagaimana ini juga isyarat bahwa Fir’aun bukanlah Tuhan, karena dia sendiri tidak mengetahui masa lalu.
_______
Footnote: