53. ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّىٰ
allażī ja’ala lakumul-arḍa mahdaw wa salaka lakum fīhā subulaw wa anzala minas-samā`i mā`ā, fa akhrajnā bihī azwājam min nabātin syattā
53. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
Tafsir:
Allah ﷻ berfirman,
﴿الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى. كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِأُولِي النُّهَى﴾
“(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS. Thaha: 53-54)
Nabi Musa AS melanjutkan penjelasannya tentang Allah ﷻ, dalam rangka menyadarkan Fir’aun bahwa dirinya sama sekali bukanlah tuhan.
Allah ﷻ menjadikan bumi ini datar. Walaupun bumi ini bulat, namun jika ditinjau dari pandangan manusia terhadap bagian bumi yang ada di hadapannya, maka bumi adalah datar dan berupa hamparan, sehingga bisa dijadikan tempat tinggal dan tempat beternak dan bercocok tanam, serta bisa dilalui dengan mudah dalam perjalanan.
Di samping itu, hanya Allah ﷻ jualah yang menurunkan air hujan dari langit, yang dengannya Allah SWT menumbuhkan tetumbuhan yang begitu banyak dan bervariasi, baik bentuknya, warnanya, baunya, maupun khasiat dan kegunaannya.
Fir’aun adalah raja yang amat cerdas. Ketika Nabi Musa AS memberikan isyarat-isyarat keagungan Allah ﷻ, sejatinya dia telah mengetahui dan memahaminya, serta yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa dirinya bukanlah Tuhan, sebagaimana dia tahu bahwa Allah ﷻ adalah Tuhannya, Tuhan Nabi Musa AS, dan Tuhan semesta alam. Akan tetapi, karena kesombongannya, akhirnya dia terhalangi dari petunjuk Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ﴾
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS. An-Naml: 14)