46. قَالَ لَا تَخَافَآ ۖ إِنَّنِى مَعَكُمَآ أَسْمَعُ وَأَرَىٰ
qāla lā takhāfā innanī ma’akumā asma’u wa arā
46. Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”.
Tafsir:
Maksud kebersamaan di sini adalah kebersamaan yang khusus. Kebersamaan Allah terhadap hamba-Nya (مَعِيَّةُ اللهِ لِلْعَبْدِ) terbagi menjadi dua:
- Kebersamaan umum. Yakni Allah ﷻ selalu bersama hamba-hamba-Nya dengan ilmu-Nya. Allah ﷻ berfirman,
﴿أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah: 7)
Tidak ada satu orang pun yang terluput dari pengetahuan Allah ﷻ. Dan di antara kejahilan yang mencelakakan kaum musyrikin, adalah mereka menyangka bahwa ada di antara perbuatan mereka yang tidak diketahui oleh Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ. وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾
“Bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Fussilat: 22-23)
- Kebersamaan khusus. Yakni Allah ﷻ membersamai hamba-Nya dengan pertolongan-Nya. Inilah yang dimaksud pada firman-Nya,
﴿إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ﴾
“sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Dan juga yang semisalnya, seperti,
﴿إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl: 128)
Dan juga,
﴿قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى﴾
“Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.”
Faedah Ayat
Perhatikan bagaimana Allah ﷻ membedakan antara sifat ilmu pada { إِنَّنِي مَعَكُمَا } ‘sesungguhnya Aku beserta kamu berdua’, sifat mendengar { أَسْمَعُ }, dan sifat melihat {وَأَرَى}. Sifat ilmu, melihat, dan mendengar adalah sifat yang berbeda dan tidak boleh disamakan. Ini adalah bantahan atas Asya’irah yang menyamakan antara ketuganya, dengan mentakwil sifat mendengar dengan mengetahui perkara-perkara yang didengar (الْعِلْمُ بِالْمَسْمُوْعَات), serta mentakwil sifat melihat dengan mengetahui perkara-perkara yang dilihat (الْعِلْمُ بِالْمُبْصَرَات). Jadi Allah SWT menurut mereka tidaklah melihat dan tidak pula mendengar, akan tetapi mengetahui apa yang terlihat dan terdengar.
Adapun Ahlusunah waljamaah tidaklah mentakwil. Mereka meyakini bahwa Allah ﷻ Maha Melihat dan Maha Mendengar, tanpa membahas bagaimana kaifiat penglihatan dan pendengaran Allah SWT, karena itu adalah urusan Allah ﷻ, dan manusia tidaklah pernah diberi pengetahuan tentangnya sama sekali.