24. ۞ قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ وَإِنَّآ أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
qul may yarzuqukum minas-samāwāti wal-arḍ, qulillāhu wa innā au iyyākum la’alā hudan au fī ḍalālim mubīn
24. Katakanlah: “Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.
Tafsir :
Khithab atau pembicaraan ini ditujukan kepada kaum musyrikin Arab karena surah Saba’ ini makkiyah.
Di dalam ayat ini disebutkan bentuk kelembutan Nabi Muhammad ﷺ ketika berdialog. Setelah menyebutkan seluruh hujah-hujahnya beliau berata, وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ “Sesungguhnya kami atau kalian (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata”. Beliau tidak mengatakan “Sesungguhnya kami pasti berada dalam kebenaran dan kalian (orang-orang musyrik), berada di dalam kesesatan yang nyata”.
Ini adalah cara berdebat yang membuat mereka untuk berpikir. Hal ini seperti kita mengatakan, “Salah satu di antara kita pasti ada yang salah”, tidak mungkin dua hal yang kontradiktif kemudian keduanya benar atau keduanya salah. Hanya ada satu kemungkinan, yaitu salah satu di antaranya benar dan salah satunya lagi salah. Metode ini biasa dikenal dengan sabr wa taqsim, dan ini sangat banyak di dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah ﷻ,
﴿ وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ﴾
“Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”. Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”(QS. Al-Baqarah: 80)
Mereka menyatakan bahwa mereka tidak akan tersentuh api neraka. Maka perkataannya ini hanya ada dua kemungkinan:
- Mereka telah mengambil janji dari Allah ﷻ bahwasanya kalian tersentuh oleh api neraka hanya beberapa hari.
- Mereka berbohong. Dan inilah kemungkinan yang paling kuat.
Allah ﷻ juga berfirman,
﴿ أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًا وَوَلَدًا . أَطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا ﴾
“Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: “Pasti aku akan diberi harta dan anak” Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah?” (QS. Maryam: 77-78)
Orang kafir menyatakan bahwa dia akan diberikan harta dan anak. Maka kemungkinan-kemungkinan yang ada dari perkataannya adalah:
- Dia mengetahui hal gaib, sehingga dia mengetahui bahwa dia akan diberikan harta dan anak.
- Allah ﷻ telah menjanjikan kepadanya
- Dia bohong
Setelah diteliti ternyata kemungkinan pertama dan kedua tidak ada, sehingga yang tersisa adalah kemungkinan ketiga, yaitu dia berbohong.
Hal inilah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Setelah Allah ﷻ menyebutkan dalil-dalil tentang batilnya kesyirikan bahwa sembahan selain Allah ﷻ tidak memiliki sesuatu pun, tidak menciptakan apa pun, tidak bisa memberi syafaat, dan tidak memberikan rezeki kemudian Rasulullah ﷺ mengatakan, “Sesungguhnya kami atau kalian (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata”. Hanya dua kemungkinan, kami benar dan kalian sesat atau kami sesat dan kalian benar. Ini adalah di antara bentuk dialog yang membuat mereka berpikir bahwasanya Rasulullah ﷺ yang benar dan mereka salah. Berbeda jika Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ benar dan mereka yang salah, maka kemungkinan mereka tidak akan mau mendengar. ([1])
____________
Footnote :