37. إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى ٱلسَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
inna fī żālika lażikrā limang kāna lahụ qalbun au alqas-sam’a wa huwa syahīd
37. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Tafsir :
Yang dimaksud peringatan dalam ayat ini adalah ayat-ayat sebelumnya. Ayat-ayat sebelumnya merupakan peringatan bagi orang yang memiliki hati, atau bagi orang yang menggunakan pendengarannya. Adapun yang dimaksud وَهُوَ شَهِيدٌ adalah orang tersebut hati dan pendengarannya hadir sehingga dia fokus dan tidak disibukkan dengan hal yang lain([1]).
Dari ayat ini kita ketahui bahwa Alquran adalah peringatan atau pelajaran bagi manusia. Namun ketika Alquran menyebutkan bahwa Alquran sebagai pelajaran bagi orang yang memiliki hati dan pendengaran, maka tentu hati dan pendengaran yang dimaksud bukanlah hati dan pendengaran setiap orang pada umumnya, melainkan hati dan pendengaran tersebut adalah hati yang spesial. Karena betapa banyak orang yang memiliki hati dan pendengaran, namun hati tersebut tidak bermanfaat bagi pemiliknya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf : 179)
Intinya, Alquran merupakan sumber pelajaran, dan manusia dengan ciri-ciri yang disebutkan dalam ayat ini adalah yang akan menerima pelajaran dari Alquran. Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al-Fawaid memiliki perkataan yang indah terkait ayat ini, yaitu tentang bagaimana cara seseorang mengambil manfaat dari Alquran. Ibnul Qayyim menyebutkan ada tiga syarat agar seseorang bisa mengambil manfaat dari Alquran,
- Yang memberi pengaruh harus kuat. Alquran sebagai sumber pengaruh (pelajaran) tentunya merupakan sumber yang bisa dipastikan kekuatannya.
- Yang menerima pengaruh harus siap. Manusia sebagai tempat yang menerima pelajaran dari Alquran harus siap. Dan sebagaimana dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia agar bisa siap mendapatkan pelajaran dari Alquran, maka orang tersebut harus siap hatinya, harus memasang pendengarannya.
- Tidak ada penghalang. Maksudnya adalah tidak boleh ada penghalang antara seseorang dengan Alquran yang bisa menyibukkan hatinya. Maka seseorang harus konsentrasi, oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan ciri-ciri orang yang bisa menerima pelajaran dari Alquran dengan menyebut وَهُوَ شَهِيدٌ (dan dia hadir) artinya adalah orang tersebut fokus([2]). Kalau seseorang yang membaca Alquran namun pikirannya kemana-mana, maka dia tidak akan mendapatkan faedah apa-apa dari bacaan Alquran kecuali hanya dapat pahala tilawah. Adapun pahala dari tafakkur dan merenungkan Alquran, yang pahalanya jauh lebih besar daripada sekadar tilawah, maka tidak akan diraih oleh orang yang tidak fokus dan konsentrasi. Oleh karenanya Ibnul Qayyim juga menyebutkan,
قِرَاءَةُ آيَةٍ بِتَفَكُّرٍ وَتَفَهُّمٍ خَيْرٌ مِنْ قِرَاءَة خَتْمَةٍ بِغَيْرِ تَدَبُّرٍ وَتَفَهُّمٍ
“Membaca satu ayat (Alquran) dengan tafakkur dan memahaminya, itu jauh lebih baik daripada membaca (Alquran) dengan khatam namun tanpa tadabur dan memahaminya.”([3])
Jika telah terpenuhi tiga syarat ini, maka seseorang pasti akan mendapatkan pengaruh (manfaat) dari bacaan Alqurannya.
___________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 26/324