51. وَلَا تَجْعَلُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ ۖ إِنِّى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ
wa lā taj’alụ ma’allāhi ilāhan ākhar, innī lakum min-hu nażīrum mubīn
51. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.
Tafsir :
Kata مَعَ bermakna bersama. Janganlah kalian menjadikan Tuhan yang lain bersama Allah. Artinya janganlah berbuat kesyirikan. Ayat ini menguatkan makna syirik yang bermakna menyembah Allah dan menyembah selain Allah. Maka jika diterjemahkan menjadi ‘janganlah kalian mempersekutukan Allah’. Mempersekutukan artinya adalah menyembah Allah dan menyembah selain Allah. Itulah hakekat kesyirikan. Jika ada orang yang menyembah kepada Allah dan juga beribadah kepada jin atau kepada wali. Maka, perbuatannya disebut dengan syirik dan pelakunya adalah musyrik.
Tidak sebagaimana persangkaan sebagian orang awam yang menyangka bahwa yang dinamakan musyrik adalah jika seseorang keluar dari agama Islam atau pindah dari agama Islam kepada agama yang lain. Tidak demikian, sejatinya yang dinamakan musyrik adalah dia beribadah kepada Allah sekaligus beribadah kepada selain Allah. Jika ada orang yang berdoa kepada Allah di masjid, namun pada waktu yang lain dia berdoa kepada -seseorang yang dianggap- wali di kuburan. Maka sesungguhnya dia telah melakukan kesyirikan. Jika ada seseorang yang menyembelih hewan kurban berupa kambing atau unta pada waktu ‘idul Adha atau musim haji. Namun, pada waktu yang lain dia menyembelih untuk jin, maka dia telah berbuat kesyirikan. Artinya dia menyembelih untuk Allah dan juga untuk selain Allah. Itulah hakekat kesyirikan.
Jadi, syirik tidak mesti berarti pindah agama saja. Berpindah agama adalah perkara yang jelas merupakan perbuatan syirik. Tetapi, orang yang tetap dalam agama Islam, namun dia beribadah kepada selain Allah, maka dia adalah musyrik. Sama halnya seperti orang-orang Nasrani, mereka menyembah Allah sekaligus menyembah Nabi Isa, maka mereka adalah kaum musyrikin.
إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
“Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.”
Maksudnya adalah Allah mengutus Nabi Muhammad untuk memberi peringatan kepada manusia agar sekali-sekali tidak berbuat kesyirikan kepada Allah.([1])
_________________
Footnote :