20. مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ سُرُرٍ مَّصْفُوفَةٍ ۖ وَزَوَّجْنَٰهُم بِحُورٍ عِينٍ
muttaki`īna ‘alā sururim maṣfụfah, wa zawwajnāhum biḥụrin ‘īn
20. mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.
Tafsir :
Kata مُتَّكِئِينَ maknanya adalah posisi dimana seseorang di antara berbaring dan duduk. Dan posisi seperti ini adalah kebiasaan para raja ketika bersenang-senang. Dan Demikianlah penghuni surga kelak, mereka benar-benar menjadi raja sebagaimana tafsiran para ulama dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَإِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا
“Dan apabila engkau melihat (keadaan) di sana (surga), niscaya engkau akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.” (QS. Al-Insan : 20)
Di antara tafsiran dari kata “Kerajaan yang besar” adalah penghuni surga benar-benar memiliki kerajaan yang begitu luas. Kerajaan penghuni surga yang paling rendah seukuran sepuluh kali luas langit dan bumi([1]). Dan di antara tafsiran lain dari “kerajaan besar” adalah اِسْتِئْذَانُ الْمَلاَئِكَةِ “malaikat yang meminta izin”, yaitu malaikat jika ingin bertemu dengan penghuni surga maka malaikat harus minta izin terlebih dahulu sebagaimana orang jika ingin bertemu dengan raja. Oleh karenanya penduduk surga ketika di akhirat kelak kondisinya benar-benar seperti seorang raja. Bayangkan malaikat tidak bisa langsung bertemu dengannya akan tetapi meminta izin terlebih dahulu yang menunjukan begitu dihormatinya sang penghuni surga.
Adapun kata سُرُرٍ مَصْفُوفَةٍ artinya adalah tempat tidur yang telah diatur secara bersaf-saf atau bersusun-susun. Mengenai bagaimana hakikatnya maka kita tidak mengetahuinya. Intinya di atas tempat tidur tersebut mereka bersantai. Dan dalam ayat lain Allah Subhanahu wa ta’ala menambahkan,
عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ
“Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil melepas pandangan (melihat-lihat).” (QS. Al-Muthaffifin : 23)
Artinya sambil mereka bersandar, mereka juga memandang kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalam surga.
Adapun firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَزَوَّجْنَاهُمْ
“Dan Kami berikan kepada mereka pasangan bidadari.”
Sebagian ulama mengatakan bahwa kata زَوَّج dalam penggalan ayat ini bukan berarti menikahkan. Karena di surga tidak ada akad nikah antara seorang penghuni surga dan bidadari-bidadari. Akan tetapi maksud kata زَوَّج dalam penggalan ayat ini adalah sebagaimana disebutkan dalam tafsir Al-Qurthubi,
وَقَوْلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: (وَزَوَّجْناهُمْ بِحُورٍ عِينٍ) أَيْ قَرَنَّاهُمْ بِهِنَّ
“Dan firman Allah ‘Azza wa Jalla: ‘Dan Kami berikan kepada mereka pasangan yang bermata indah’ maksudnya adalah ‘Kami gandengnkan dengan mereka’.”([2])
Adapun siapa yang dimaksud dengan حُورٍ عِينٍ terdapat khilaf di kalangan para ulama. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud حُورٍ عِينٍ adalah bidadari yang diciptakan khusus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk para penghuni surga. Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang lain,
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً، فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا
“Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan.” (QS. Al-Waqi`ah : 35-36)
Sebagian yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud حُورٍ عِينٍ adalah umum sehingga termasuk pula wanita-wanita dunia yang masuk surga, ketika mereka masuk surga maka akan diubah menjadi حُورٍ عِينٍ.
Adapun makna kata الْحُورُ dari firman Allah بِحُورٍ عِينٍ merupakan jamak dari kata الْحَوْرَاء. Ada beberapa pendapat tentang apa yang dimaksud الْحَوْرَاء. Pendapat pertama mengatakan bahwa الْحَوْرَاء artinya adalah sangat putih, sehingga bidadari atau wanita yang masuk surga akan menjadi putih. Dan disebutkan dalam hadits tentang bagaimana putihnya wanita penghuni surga, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ المَرْأَةَ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الجَنَّةِ لَيُرَى بَيَاضُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ سَبْعِينَ حُلَّةً حَتَّى يُرَى مُخُّهَ
“Sesungguhnya putih betisnya seorang wanita penghuni surga akan tampak kelihatan dari balik tujuh puluh kain sampai terlihat tulangnya yang jernih.”([3])
Pendapat kedua mengatakan bahwa الْحَوْرَاء diambil dari kata يَحُوْر yang artinya membingungkan, membuat orang takjub keheranan. Disebutkan dalam tafsir Al-Qurthubi,
لِأَنَّهُنَّ يَحَارُ الطَّرْف فِي حُسْنِهِنَّ
“Karena mereka (bidadari) membuat yang memandang mereka terheran-heran dengan kecantikan para bidadari.”([4])
Ditambah lagi sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الحُسْنِ
“(bidadari itu) sumsum tulang betisnya dapat kelihatan dari balik daging karena saking cantiknya.”([5])
Bahkan kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
كَبِدُهَا مِرْآتُهُ وَكَبِدُهُ مِرْآتُهَا
“Hati sang bidadari merupakan cermin bagi sang lelaki dan hati sang lelaki juga menjadi cermin bagi sang bidadari.”([6])
Pendapat ketiga mengatakan bahwa yang disebut dengan الْحَوْرَاء adalah,
شِدَّةُ بَيَاضِ الْعَيْنِ فِي شِدَّةِ سَوَادِهَا
“Mata yang sangat putih dalam bola mata (pupil) yang sangat hitam.”([7])
Inilah di antara beberapa pendapat tentang makna الْحُوْر. Adapun عِينٍ maknanya adalah mata mereka tidak sipit, akan tetapi lebar yang menunjukkan kecantikan sang bidadari tersebut.([8])
Setelah itu para ulama khilaf tentang manakah yang lebih utama antara bidadari surga dan wanita yang masuk surga. Ada yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah wanita surga. Wanita dunia yang masuk surga lebih mulia dan utama karena mereka beramal saleh ketika di dunia. Dahulu di dunia mereka pernah bertasbih, sujud kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, taat kepada suaminya, dan bersabar dari apa-apa yang mereka alami, karena itu semua mereka dibalas dengan keutamaan yang lebih utama daripada bidadari. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah bidadari. Para ulama yang berpendapat seperti ini, mereka membawakan dalil doa saat seseorang sedang shalat jenazah. Dalam doa tersebut dikatakan,
وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ
“Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya semula, istri yang lebih baik dari istrinya semula.”([9])
Mereka mengatakan bahwa dalil ini menunjukkan bidadari lebih utama daripada wanita yang masuk surga. Akan tetapi kita katakan bahwa doa tersebut tidak melazimkan bahwa bidadari lebih utama. Karena bisa jadi jika istri salah seorang masuk surga, maka akan dijadikan lebih baik secara kualitas tubuh maupun akhlak. Karena sebagaimana telah disebutkan bahwa wanita yang masuk surga akan diubah menjadi cantik jelita.([10])
Jadi yang dimaksud dengan وَزَوَّجْناهُمْ بِحُورٍ عِينٍ adalah Allah gandengkan bagi penghuni surga bidadari-bidadari, baik istri mereka di dunia yang masuk surga ataupun bidadari yang Allah ciptakan secara spesial untuk mereka.([11])
_______________________
Footnote :
([1]) Sebagaimana disebutkan dalam hadits, Nabi shallallahu álaihi wasallam bersabda :
إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا، وَآخِرَ أَهْلِ الجَنَّةِ دُخُولًا، رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ كَبْوًا، فَيَقُولُ اللَّهُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الجَنَّةَ، فَيَأْتِيهَا، فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى، فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى، فَيَقُولُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الجَنَّةَ، فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى، فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى، فَيَقُولُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الجَنَّةَ، فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا – أَوْ: إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشَرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا … «ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الجَنَّةِ مَنْزِلَةً»
“Sungguh aku benar-benar mengetahui orang yang terakhir keluar dari neraka dan yang paling terakhir masuk ke surga, yaitu seorang lelaki yang keluar dari nekara dalam kondisi tertatih-tatih, Maka Allah berkata, “Pergilah dan masuklah ke dalam surga !”, maka iapun pergi menuju surga. Maka dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh, maka iapun kembali dan berkata, “Wahai Rabbku aku mendapati surga sudah penuh”. Allah berkata, “Pergilah menuju surga !”. Maka iapun menuju surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh, maka iapun kembali lalu berkata, “Wahai Rabbku aku mendapati surga telah penuh”. Maka Allah berkata, “Pergilah dan masuklah ke surga !, sesungguhnya bagimu surga seluas dunia dan sepuluh kali lipatnya” atau “bagimu surga seluas sepuluh kali lipat dunia”….itulah penghuni surga yang paling rendah”. (HR Al-Bukhari no 6571 dan Muslim no 186)
([2]) Tafsir Al-Qurthubi 17/65
([3]) HR. At-Tirmidzi no. 2533
([4]) Tafsir Al-Qurthubi 16/153
([6]) Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 3591
([7]) Tafsir Ath-Thabari 16/153
([8]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 16/153
([10]) Tafsir Al-Qurthubi 16/154
([11]) Lihat: At-Tibyan Fi Aqsam Al-Quran Li Ibnu Al-Qayyim hal.274