16. ٱصْلَوْهَا فَٱصْبِرُوٓا۟ أَوْ لَا تَصْبِرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْكُمْ ۖ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
iṣlauhā faṣbirū au lā taṣbirụ, sawā`un ‘alaikum, innamā tujzauna mā kuntum ta’malụn
16. Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
Tafsir :
Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan ejekan yang ketiga kepada orang-orang kafir. Ketika mereka telah dimasukkan ke dalam neraka, maka Allah Subhanahu wa ta’ala mengejek mereka bahwa mereka mau bersabar atau tidak atas siksaan tersebut maka sama saja bagi mereka yaitu tidak mengurangi siksaan mereka dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Tentunya berbeda dengan azab di dunia, orang yang sabar dan tidak sabar dalam menghadapi suatu hal tentunya akan memberi dampak yang berbeda. Adapun seseorang yang sabar di dunia tentunya akan memberikan rasa ringan dari apa yang sedang dirasakan dibandingkan dengan orang yang tidak sabar. Oleh karenanya orang miskin yang sabar sudah pasti berbeda dengan orang miskin yang tidak sabar. Orang sakit yang sabar akan merasa sakitnya jauh lebih ringan daripada orang yang sakit namun tidak sabar. Adapun orang-orang kafir di neraka Jahannam kata Allah Subhanahu wa ta’ala mau dia bersabar atau tidak, sama saja dia akan tetap merasakan siksaan yang sangat pedih. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat yang lain tentang perkataan penghuni neraka :
سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
“Sama saja bagi kami, apakah kita mengeluh atau bersabar. Kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (QS. Ibrahim : 22)
Jika di dunia orang yang menderita melihat penderitaan orang lain, maka pasti akan mengurangi beban penderitaannya karena ternyata ada yang menderita seperti dirinya. Akan tetapi di akhirat jika seseorang melihat orang lain disiksa maka sama saja, tidak akan mengurangi penderitaannya.
Inilah siksaan fisik maupun batin yang akan dirasakan oleh orang-orang kafir pada hari kiamat kelak. Dan itu semua mereka rasakan sebagai balasan atas perbuatan mereka di dunia. Karena Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan
إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.”
Allah Subhanahu wa ta’ala tidak zalim terhadap hamba-hambanya. Oleh karenanya ketika berbicara tentang neraka, Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan kata مَا. Adapun ketika berbicara surga, Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan kata بِمَا sebagaimana dalam firman-Nya,
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Makan dan minumlah dengan rasa nikmat sebagai balasan dari sebab apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Ath-Thur : 19)
Para ulama menyebutkan perbedaan penggunaan kata tersebut untuk menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala benar-benar adil, dan apa yang orang-orang rasakan itu benar-benar sepadan dengan kekufuran dan kemaksiatan yang mereka lakukan di dunia.([1])
___________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 27/44
Yaitu jika dengan مَا sebagaimana dalam firmanNya إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ artinya : “Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.”. Ini menunjukan Allah akan memberi siksaan dengan balasan persis setara dengan apa yang mereka kerjakan, karena Allah tidak akan menzalimi mereka. Berbeda tatkala Allah menyebutkan balasan bagi penghuni surga maka Allah menggunakan lafal بِمَا (yaitu huruf مَا didahului dengan huruf بِyang menunjukan sebab) seperti dalam firmanNya كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ yang artinya : “Makan dan minumlah dengan rasa nikmat sebagai balasan dari sebab apa yang telah kamu kerjakan”. Artinya ganjaran di surga yang Allah sediakan tidak sepadan dengan pengorbanan amal shalih yang dilakukan oleh para hamba, karena amal shalih mereka sangat tidak sepadan untuk membeli surga, akan tetapi ama shalih itu hanyalah sebab yang mendatangkan rahmat Allah yang memasukan mereka ke dalam surga.