9. ۞ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ فَكَذَّبُوا۟ عَبْدَنَا وَقَالُوا۟ مَجْنُونٌ وَٱزْدُجِرَ
każżabat qablahum qaumu nụḥin fa każżabụ ‘abdanā wa qālụ majnụnuw wazdujir
9. Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: “Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).
Tafsir :
Para ulama menyebutkan bahwa ayat tentang kisah-kisah para Nabi ini adalah untuk menghibur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Yaitu sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam didustakan oleh orang-orang kafir Quraisy, sesungguhnya saudara-saudara beliau dari kalangan para Nabi juga telah didustakan oleh umat-umat mereka([1]). Kisah-kisah ini juga sebagai ancaman bagi orang-orang kafir Quraisy karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan membacakan surah Al-Qamar kepada mereka yang berisi tentang kisah yang menunjukkan bahwa sebelum mereka mendustakan Nabi, telah berlalu umat-umat terdahulu yang juga mendustakan Nabi-Nabi mereka. Dan inilah perincian dari firman Allah Subhanahu wa ta’ala sebelumnya yang mengatakan,
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الْأَنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ
“Dan sungguh, telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat ancaman (terhadap kekafiran).” (QS. Al-Qamar : 4)
Contoh kisah pertama yang Allah Subhanahu wa ta’ala sebutkan adalah Nabi Nuh ‘alaihissalam. Nabi Nuh ‘alaihissalam telah berdakwah selama 950 tahun, dan itu bukanlah waktu yang pendek. Bahkan disebutkan bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam berdakwah siang dan malam, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا
“Dia (Nuh) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam’.” (QS. Nuh : 5)
Nabi Nuh ‘alaihissalam berdakwah tanpa lelah selama 950 tahun, siang dan malam, akan tetapi hasilnya adalah beliau didustakan oleh kaumnya sendiri, bahkan anak dan istrinya pun ikut mendustakan beliau. Yang beriman kepadanya hanya sedikit, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
“Dan tidaklah orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh kecuali hanya sedikit.” (QS. Hud : 40)
Dan para ulama menyebutkan bahwa yang ikut bersama Nabi Nuh ‘alaihissalam kurang lebih hanya delapan puluh orang([2]). Sungguh luar biasa ujian yang dialami oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam.
Disebutkan dalam beberapa riwayat dalam buku-buku tafsir disebutkan bahwa di zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam ada orang yang umurnya pendek dan ada orang-orang yang umurnya panjang, dan Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah di antara orang-orang yang berumur panjang. Disebutkan bahwa orang-orang yang berumur pendek tersebut membawa anak mereka untuk menunjukkan dan memberi tahu kepada anaknya tersebut bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah orang gila. Kemudian datang generasi selanjutnya dari orang-orang berumur pendek tersebut, maka orang tuanya mewasiatkan kepada anak-anaknya, lalu anak-anaknya melanjutkan wasiat kepada generasi berikutnya. Hal ini berlangsung hingga keturunan tersebut sampai cicit mereka, semuanya tidak beriman dan mengatakan bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah orang gila. Oleh karenanya Nabi Nuh ‘alaihissalam mengatakan,
رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا، إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا
“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas muka bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak kafir.” (QS. Nuh : 26-27) ([3])
Nabi Nuh ‘alaihissalam dituduh oleh kaumnya sebagai orang gila. Bahkan puncak ejekan Nabi Nuh ‘alaihissalam sebagai orang gila adalah ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam membuat kapal di musim kemarau. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَأُوحِيَ إِلَى نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلَّا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ، وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ، وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ
“Dan diwahyukan kepada Nuh, ‘Ketahuilah tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja), karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat. Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicara dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan’. Dan mulailah Nuh membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, ‘Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa azab yang kekal’.” (QS. Hud : 36-39)
Sungguh sangat berat sekali ujian yang dihadapi oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam. Oleh karenanya penulis ingatkan bahwa kita beruntung hidup di zaman ini, karena sesungguhnya kita tidak yakin bahwa kita akan berada di barisan mana tatkala kita hidup di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, terlebih lagi jika kita hidup di zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam, bisa jadi kita berada barisan orang-orang yang mencelanya. Segala puji bagi Allah yang menganugrahkan kita iman dan menjadikan kita sebagai umat Muhammad shallallahu álaihi wasallam.
_____________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wat Tanwir 27/180