14. يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَٱرْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ ٱلْأَمَانِىُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ
yunādụnahum a lam nakum ma’akum, qālụ balā wa lākinnakum fatantum anfusakum wa tarabbaṣtum wartabtum wa garratkumul-amāniyyu ḥattā jā`a amrullāhi wa garrakum billāhil-garụr
14. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.
Tafsir :
Meskipun orang-orang munafik telah mendapatkan apa yang Allah sebutkan pada ayat sebelumnya, mereka tidak berputus asa untuk mendapatkan cahaya agar bisa melewati sirath. Maka akhirnya orang-orang munafik berteriak kepada orang-orang beriman mengingatkan bahwa dahulu mereka dahulu di dunia berada di tengah-tengah mereka (orang-orang beriman).
Maka orang-orang beriman membenarkan hal itu namun dengan pencelaan terhadap mereka. Orang-orang beriman menyebutkan bahwa dahulu memang orang-orang munafik bersama mereka, akan tetapi orang-orang munafik itu mencelakakan diri mereka sendiri, mereka menunggu keburukan menimpa kaum muslimin dan gembira ketika kaum muslimin dicampakkan, bahkan mereka berangan-angan akan kehancuran kaum muslimin.