12. إِنَّ لَدَيْنَآ أَنكَالًا وَجَحِيمًا
inna ladainā angkālaw wa jaḥīmā
12. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala.
Tafsir :
Ayat ini merupakan janji Allah Subhanahu wa ta’ala jika mereka orang-orang kafir Quraisy tidak mendapatkan azab di dunia, mereka pasti akan mendapatkan azab di akhirat. Terkadang ada di antara kita yang merasa sudah tidak kuat dalam menghadapi orang-orang yang zalim karena mereka tetap eksis dalam kehidupan ini. Sebut saja Fir’aun yang hidup dalam kezaliman dalam waktu yang lama. Disebutkan dalam sebagian literatur bahwa usianya sangat panjang([1]). Karena usianya panjang dan belum meninggal itulah yang membuat dia mengira bahwa dia adalah Tuhan. Kalau bukan karena mengejar Nabi Musa ‘alaihissalam dan pengikutnya, maka mungkin dia akan eksis terus di Mesir. Sampai suatu ketika Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Musa ‘alaihissalam yang kabur untuk memberikan kebinasaan bagi Fir’aun. Demikian pula kisah Ashabul Kahfi yang kabur ke dalam gua dan tidur selama tiga ratus tahun lebih lamanya. Setelah tiga ratus tahun lebih barulah runtuh kesyirikan di negeri mereka.
Sungguh kezaliman itu akan hilang, hanya saja bisa berlangsung lama untuk mencapainya. Dan betapa banyak orang yang zalim dibiarkan hidup tanpa azab agar Allah Subhanahu wa ta’ala membalas mereka di akhirat. Oleh karenanya ayat ini menerangkan bahwa jika orang-orang zalim tidak mendapatkan azab di dunia, maka mereka pasti akan mendapatkan azab di akhirat.
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (QS. Ibrahim : 42)
Maka bukan berarti jika Allah Subhanahu wa ta’ala tidak balas perbuatan di dunia menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala lupa dengan perbuatan mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala ingat dengan perbuatan mereka, hanya saja Allah tunda hukuman bagi mereka hingga hari kiamat. Oleh karenanya bukan menjadi syarat bahwa orang zalim itu harus gugur di dunia. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi kezaliman tersebut.
Sungguh azab di dunia bagi orang-orang zalim itu kecil. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menangguhkan mereka untuk mendapatkan azab yang lebih berat di hari kiamat kelak. Dan ayat ini menjelaskan bahwa kelak mereka akan diberi azab berupa belenggu-belenggu di neraka jahannam dan makanan berduri yang makanan tersebut akan tersangkut di leher dan membuat mereka tersedak. Kalau di dunia tersedak tulang ikan saja sudah tidak mengenakkan, maka bagaimana lagi dengan makanan penghuni neraka jahannam? Dan Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan bahwa bagi mereka ada lagi azab yang lebih pedih dari itu.
Kapan mereka akan diberikan azab tersebut? Yaitu ketika hari kiamat telah tiba, yaitu ketika gunung-gunung batu yang sebelumnya kokoh berguncang dan menjadi debu yang berterbangan. Maka pada saat itulah orang-orang para pendusta akan disiksa oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
________________________
Footnote :
([1]) Asyhab meriwayatkan dari Imam Malik bahwa usia Fir’aun mencapai 440 tahun, lihat Tafsir Al-Bahrul Muhith 9/256.