19. يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْـًٔا ۖ وَٱلْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِّلَّهِ
yauma lā tamliku nafsul linafsin syai`ā, wal-amru yauma`iżil lillāh
19. (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.
Tafsir:
Pada hari tersebut tidak ada seorang pun yang bisa menolong orang lain, semua akan sibuk dengan dirinya masing-masing. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada kerabat-kerabatnya:
يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللهِ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ، لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ رَسُولِ اللهِ، سَلِينِي بِمَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا
“Wahai orang-orang Quraisy, tebuslah diri-diri kalian dari adzab Allah! Aku tidak bisa membantu kalian sama sekali dari keputusan Allah! Wahai Bani Abdul Muththolib Aku tidak bisa membantu kalian sama sekali dari keputusan Allah! Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib, aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari (keputusan) Allah! Wahai Shafiyyah (binti Abdul Muththolib) bibi Rasulullah, aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari (keputusan) Allah! Wahai Fatimah putri Rasulullah mintalah kepadaku dari hartaku sebanyak apa yang engkau mau, aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari (keputusan) Allah!” (HR Muslim no 204)
Kalau orang-orang terdekat Nabi saja tidak bisa di selamatkan oleh beliau, bagaimana dengan yang selainnya. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa mengharapkan pertolongan orang lain kecuali jika dia bertakwa dan beriman kepada Allah subhanallahu wata’ala, yaitu syafaat jika diizinkan oleh Allah subhanallahu wata’ala bagi orang-orang yang bertauhid. Adapun jika dia suka bermaksiat dan melakukan kesyirikan kemudian berharap akan ditolong oleh orang lain maka mustahil Allah akan mengizinkannya pada hari tersebut.
Pada hari kiamat nanti manusia berusaha menemui Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa untuk dapat memintakan syafa’at kepada Allah, tetapi mereka semua menolak, hingga akhirnya manusia menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dalam hadits yang berbunyi:
Pada hari Kiamat, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan seluruh makhluknya, yang pertama sampai terakhir di satu tanah luas yang datar, hingga orang yang memanggil dapat memperdengarkan kepada mereka, dan orang dapat melihat mereka seluruhnya, dan matahari mendekat sehingga manusia mengalami kesusahan dan mencapai kekritisan, yang mereka tidak mampu dan tidak bisa menanggungnya.
Maka sebagian manusia berkata kepada yang lainnya: “Tidakkah kalian melihat keadaan kalian sekarang? Tidakkah kalian melihat yang telah menimpa kalian? Tidakkah kalian mencari orang yang dapat memintakaan syafa’at untuk kalian kepada Allah?”
Sebagian lainnya berkata : “Mari (kita) datangi Adam!” Lalu mereka menemui beliau, dan berkata: “Wahai Adam! Engkau adalah bapak (seluruh) manusia. Allah menciptakanmu dengan tanganNya dan meniupkan kepadamu dari ruh-ruhNya, serta memerintah para malaikat untuk sujud, dan malaikat pun sujud kepadamu. Mintalah kepada Rabb-mu syafaat untuk kami! Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau lihat sampai sedemikian beratnya (yang menimpa kami)?”
Adam pun menjawab : “Sungguh, Rabb-ku telah murka pada hari ini, dengan kemurkaan yang belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya, dan tidak juga setelahnya. Dia telah melarangku dari sebuah pohon, lalu aku langgar. Pergilah kepada Nuh,” maka mereka pun menemui Nuh dan berkata : “Wahai Nuh! Engkau adalah rasul pertama (yang Allah utus) di bumi dan Allah menamakanmu hamba yang bersyukur. Maka mintakanlah untuk kami syafa’at kepada Rabb-mu, Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau lihat sampai sedemikian beratnya (yang menimpa kami)?”
Nuh pun berkata kepada mereka: “Sungguh, Rabb-ku telah murka pada hari ini dengan kemurkaan yang belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya, dan tidak juga setelahnya. Sungguh dahulu aku memiliki sebuah doa, yang aku gunakan untuk mendoakan keburukan kepada kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!”
Kemudian, mereka pun mendatanginya dan berkata : “Engkau adalah nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi. Maka mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami! Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau lihat sampai sedemikian beratnya (yang menimpa kami)?”
Ibrahim pun berkata kepada mereka : “Sungguh, Rabb-ku telah murka pada hari ini dengan kemurkaan yang belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya, dan tidak juga setelahnya,” lalu beliau menyampaikan beberapa kedustaannya (dan berkata): “Pergilah menemui selain aku. Pergilah kepada Musa!”
Mereka kemudian mendatangi Musa dan berkata : “Wahai Musa! Engkau adalah rasulullah. Allah memuliakan engkau atas sekalian manusia dengan kerasulan dan pembicaraanNya. Maka mintakanlah syafa’at untuk kami kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau lihat sampai sedemikian beratnya (yang menimpa kami)?”
Musa pun berkata kepada mereka: “Sungguh, Rabb-ku telah murka pada hari ini dengan kemurkaan yang belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya, dan tidak juga setelahnya. Sungguh aku pernah membunuh jiwa yang tidak diperintahkan membunuhnya. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kepada Isa!”
Mereka pun kemudian menemui Isa dan berkata : Wahai Isa! Engkau adalah rasulullah dan engkau berbicara kepada manusia ketika bayi, dan (engkau adalah) kalimat Allah yang diberikan kepada Maryam, serta ruh dariNya. Maka mintakanlah syafa’at untuk kami kepada Rabb-mu! Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau lihat sampai sedemikian beratnya (yang menimpa kami)?”
‘Isa pun berkata kepada mereka : Sungguh, Rabb-ku telah murka pada hari ini dengan kemurkaan yang belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya, dan tidak juga setelahnya”. Beliau tidak menyebut satupun dosanya. (Lalu berkata),”Pergilah kepada selain aku. Pergilah kepada Muhammad!”
Lalu mereka menemuiku dan berkata : “Wahai Muhammad! Engkau adalah rasulullah dan penutup para nabi, serta orang yang telah diampuni dosanya yang lalu dan akan dating. Maka mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau lihat sampai sedemikian beratnya (yang menimpa kami)?”
“Maka aku pun pergi dan datang di bawah Al ‘Arsy, lalu bersujud kepada Rabb-ku, kemudian Allah membukakan dan mengilhamkan kepadaku sesuatu dari puja dan pujian indah yang tidak diberikan kepada selain diriku sebelumnya. Kemudian ada yang berkata : ‘Wahai Muhammad! Bangunlah! Mintalah, niscaya diberi dan mohonlah syafa’at, niscaya dikabulkan,’ maka akupun bangun dan berkata : “Wahai Rabb-ku! Umatku, umatku!’.” (HR Bukhari dan Muslim, dan ini lafazh Muslim)
Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta syafaat kepada Allah kemudian dimulailah hari persidangan. Oleh karena itu, setiap orang berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing dengan amalan shalihnya sendiri. Tidak mungkin dia akan mendapatkan syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam demikian juga sayafat kaum mukminin yang lain kecuali jika dia bertakwa dan bertauhid kepada Allah subhanallahu wata’ala setelah mendapat izin dari Allah.
Maka seluruh perkara kembali kepada izin Allah, tidak ada yang bisa memberi syafaat kecuali setelah mendapat izin dari Allah, dan tidak seorangpun mendapat syafaat kecuali setelah dizinkan dan diridoi oleh Allah. Maka sungguh benar firman Allah :
وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِّلَّهِ
‘’Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah’’