26. خِتَٰمُهُۥ مِسْكٌ ۚ وَفِى ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ ٱلْمُتَنَٰفِسُونَ
khitāmuhụ misk, wa fī żālika falyatanāfasil-mutanāfisụn
26. laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
Tafsir:
Ada beberapa pendapat di kalangan para ulama. Sebagian berpendapat sesuai dengan makna dzahir ayat yaitu penutupnya dari kasturi, di akhir dia meminumnya akan keluar aroma yang sangat wangi. Sebagian menyebutkan bahwa yang dimaksudkan adalah bermakna مِزَاجُهُ مِسْكٌ yaitu khamr tersebut dicampurkan dengan minyak wangi misk. Diantara pendapat yang lain mengatakan bahwa maknanya adalah رَيْحَتُهُ رَيْحَةُ الْمِسْكِ yaitu aromanya adalah aroma minyak kasturi.
Ini menunjukkan perbedaan antara khamr dunia dan khamr akhirat. Khamr dunia apabila diminum akan membuat kepala menjadi pusing, membuat sakit perut, dan membuat lupa ingatan dan tidak sadarkan diri, berbicara dan berbuat sesuatu di luar kesadarannya. Orang yang terpengaruh khamr maka bicaranya tidak akan terkontrol, demikian juga perbuatannya seakan-akan orang gila yang berbuat sesukanya. Padahal Allah telah memberikan karunia akal kepadanya tetapi dia menghilangkannya dengan berani melanggar larangan Allah yaitu meminum khamr. Berbeda halnya jika khamrnya adalah khamr akhirat, tidak membuat sakit kepala dan pusing, tidak membuat sakit perut, khar tersebut sangat lezat, ditambah khamr tersebut sangat lezat, dan juga mengeluarkan bau yang sangat harum, yaitu aroma minyak kasturi. Sehingga, jangan sampai terbayangkan bahwa khamr dunia sama seperti khamr akhirat.
Oleh karena itu Allah mengatakan bahwa penutupnya adalah minyak kasturi. Setelah diminum oleh para penghuni surga, mereka akan mengeluarkan bau yang sangat harum. Para penghuni surga juga setiap meminum khamr, maka mereka akan meminta tambahan terus-menerus. Setiap gelas yang mereka ambil dari khamr tersebut akan memberikan rasa yang berbeda-beda. Allah memberikan kenikmatan yang beraneka ragam. Allah berfirman:
وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا
“Mereka diberi kenikmatan yang serupa.” (QS Al-Baqarah : 25)
Khamr ada bukan dengan satu rasa saja tetapi dengan berbagi macam rasa. Dan kesemuanya adalah kelezatan dan kenikmatan. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingin meminum khamr di akhirat kelak dengan segala kenikmatannya maka hendaknya dia menahan hawa nafsunya agar tidak meminum khamr di dunia ini.
Kemudian firman Allah dalam ayat yang sama memotivasi kita agar hendaknya orang-orang berlomba-lomba. Allah mengajarkan kita agar memiliki himmah ‘aliyah yakni semangat yang tinggi dalam beramal shalih. Jika dia melihat ada orang lain yang beramal shalih maka dia tidak ingin kalah seakan-akan mengejar ketertinggalan, itulah hakikatnya perlombaan. Hendaknya tidak merasa cukup dalam masalah agama, tetapi dia selalu haus untuk meraup sebanyak-banyaknya amal shalih. Berbeda dalam masalah dunia, kita dianjurkan untuk memiliki sifat qana’ah yaitu merasa cukup. Karena bersikap qana’ah dalam masalah dunia adalah sifat yang mulia. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,
إِذَا مَا كُنْـتَ ذَا قَلْبٍ قَنُـوعٍ فَأَنْـتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَـوَاءُ
“Jika engkau memiliki hati yang selalu qana‘ah maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia.” (Diwan Imam Syafi’i hal. 15)
Seseorang yang memiliki hati yang qana’ah dan menerima nikmat yang Allah berikan maka seakan-akan keadaannya seperti raja dunia yaitu sama-sama bahagia. Dalam masalah dunia hendaknya kita menerima apa yang Allah berikan. Tetapi dalam masalah akhirat kata Allah hendaknya berlomba-lomba. Jangan membandingkannya dengan orang yang tidak pernah shalat sama sekali kemudian mencukupkan bagi dirinya shalat dua kali sehari. Tetapi hendaknya dia menjadi orang yang berlomba. Jika ada orang yang di depannya dalam masalah agama, maka dia pun berusaha mengejar orang tersebut. Inilah sikap yang benar yang seharusnya dimiliki, karena orang-orang yang beriman terhadap akhirat meyakini bahwa para penghuni surga juga bertingkat-tingkat. Allah berfirman
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-An’am : 132)
Benar bahwasanya semua orang yang masuk ke dalam surga tidak akan ada yang merasakan kesedihan. Tetapi surga itu bertingkat-tingkat, masing-masing diberikan derajat sesuai dengan amalan perbuatan mereka. Semakin kita banyak beramal shalih di dunia ini maka surga yang akan kita raih semakin tinggi.