13. إِنَّهُۥ كَانَ فِىٓ أَهْلِهِۦ مَسْرُورًا
innahụ kāna fī ahlihī masrụrā
13. Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir).
Tafsir:
Para pelaku kemaksiatan di dunia ini juga merasakan kesenangan. Tetapi senang-senangnya mereka dengan kelezatan-kelezatan yang diharamkan oleh Allah. Sehingga apa yang mereka rasakan adalah sesuatu yang semu dan sementara, hati mereka hanya berisi dengan kesengsaraan. Di dunia ia tidak pernah memikirkan akan hari akhirat, hal ini berbeda dengan kaum mukiminin tatkala di dunia tetap ada kekawatiran untuk bertemu dengan akhirat sehingga mereka beramal dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman tentang orang-orang beriman :
قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27)
“(26) Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami dahulu (ketika di dunia), sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab); (27) Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka’.” (QS At-Thur : 26-27)
Karenanya Allah menegaskan sebab orang kafir hanya bersenang-senang saja menghabiskan kehidupan mereka seperti hewan, yaitu karena mereka lupa dengan hari pembalasan.