6. يَٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَٰقِيهِ
yā ayyuhal-insānu innaka kādiḥun ilā rabbika kad-ḥan fa mulāqīh
6. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.
Tafsir:
Hukum asalnya, apabila Al-Insan disebut dalam ayat makiyyah, maka yang dimaksudkan adalah orang kafir. Tetapi khusus pada surat Al-Insyiqaq, yang dimaksudkan dengan Al-Insan disini bukan hanya orang kafir, tetapi manusia secara umum (lihat Tafsir al-Qurthubi 19/271). Menimbang ayat-ayat berikutnya yang menyebutkan tentang orang-orang kafir sekaligus orang-orang beriman, sehingga maksud Al-Insan disini adalah seluruh manusia secara umum.
Setiap manusia yang ada di atas muka bumi ini pasti akan merasakan yang namanya kerja keras dan kepayahan. Tidak ada manusia yang bisa rileks secara total, bahkan orang-orang kaya juga memikirkan banyak hal. Ketenangan yang hakiki hanya ada di akhirat.
Dalam ayat ini Allah tidak menyebutkan usaha apa yang dilakukan manusia. Karena usaha seorang manusia mencakup baik itu kebaikan ataupun keburukan. Sesungguhnya dalam ayat dijelaskan setelah itu dia akan menemukan hasilnya. Sebagian mengatakan bahwasanya dia akan bertemu dengan Rabbnya. Namun kedua pendapat ini saling berkaitan. Jika dia bertemu dengan Rabbnya maka dia akan bertemu juga dengan hasil usahanya tersebut di sisi Rabb nya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/351). Apapun yang kita kerjakan sekarang ini akan kita lihat hasilnya di akhirat kelak, kebaikan maupun keburukan. Allah berfirman:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“(7) Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya; (8) Dan barang siapa yang mengerjakan keburukan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS Az-Zalzalah : 7-8)
Qotadah berkata :
إِنَّ كَدْحَكَ يَا ابْنَ آدَمَ لَضَعِيفٌ فَمَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَكُونَ كَدْحُهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ فَلْيَفْعَلْ ولا قوة إلا بالله
‘’Wahai anak Adam, sesungguhnya kerja usahamu -bagaimanapun juga- benar-benar lemah. Maka siapa yang mampu usahanya pada ketaatan kepada Allah maka lakukannya, dan tiada kekuatan kecuali dengan Allah (Tafsir Ibnu Katsir 8/351)
Seakan-akan Qotadah berkata bahwa kerjaan kita, kemampuan kita untuk berbuat dan beramal sangatlah terbatas. Terbatas dari sisi waktu dan dari sisi kekuatan. Maka jangan sampai keterbatasan itu kita gunakan juga untuk bermaksiat kepada Allah.
Hasil perbuatan kita selama di dunia akan kita lihat, diantaranya kita lihat dalam catatan amal kita.