Hadis 5
Perintah Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله الهم قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا، فَقَالَ: “يَا غُلاَمُ، اِحْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ.” رَوَاهُ التِرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Dari Ibnu ‘Abbās radhiyAllahu Ta’āla ‘anhumā mengatakan, “Pada suatu hari aku pernah dibonceng Rasulullah ﷺ dan beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya selalu hadir di hadapanmu. Jika kamu meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata: “Hadis ini derajatnya adalah hasan sahih.”)([1])
Ibnu ‘Abbās merupakan adik sepupu Rasulullah ﷺ dan sahabat beliau yang berusia belia. Hadis ini menjelaskan bagaimana Perhatian Rasulullah ﷺ dalam memberi nasihat, bahkan kepada anak-anak. Rasulullah ﷺ menanamkan nilai-nilai tauhid bukan hanya kepada para sahabat yang senior, tetapi juga kepada para sahabat yang junior (kecil) dan yang masih anak-anak. Apabila tauhid ditanamkan sejak kecil maka akan terpatri di dalam dada-dada mereka.
Yang dimaksud dengan “menjaga Allah” adalah sebagaimana dijelaskan oleh Asy-Syekh alu-Bassaam rahimahullāh, yaitu:
اِحْفَظْ أَوَامِرَهُ وَامْتَثِلْهَا وَانْتَهِ عَنْ نَوَاهِيْهِ يَحْفَظْكَ فِي تَقَلُّبَاتِكَ وَفِي دُنْيَاكَ وَآخِرَتِكَ
“Jagalah perintah-perintah Allah dan kerjakanlah, dan berhentilah engkau dari perkara yang diharamkan oleh Allah ﷻ , niscaya Allah akan menjaga engkau dalam seluruh perpindahanmu dari satu kondisi kepada kondisi lain dalam urusan dunia maupun akhiratmu.” ([2])
Jadi yang dimaksud dengan menjaga Allah adalah menjaga syariat Allah; semua perintah Allah dikerjakan dan larangan Allah dijauhi.
Apa balasannya?
الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ
“Balasan sesuai dengan perbuatan.”
Barang siapa yang menjaga perintah Allah, maka Allah akan menjaganya. Allah akan menjaga dia dalam dua perkara sebagai berikut: ([3])
- Penjagaan pertama, Allah akan menjaga dia dalam urusan dunianya (kesehatan, istri, anak-anak, harta, dan lainnya).
Orang yang menjaga perintah Allah maka Allah akan menjaga keluarganya dan mengirimkan malaikat untuk menjaganya. Sebagaimana firman Allah ﷻ ,
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ
“Baginya (bagi seorang manusia) ada malaikat-malaikat yang berada di depannya dan di belakangnya. Mereka menjaga menusia ini karena perintah Allah ﷻ .” ([4])
Oleh karenanya, di zaman yang penuh dengan fitnah (godaan) ini, sulit untuk bisa menjaga keluarga dan anak anak kita kecuali kalau kita bertakwa kepada Allah ﷻ . Kalau diri kita bertakwa (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya) maka Allah akan menjaga anak-anak kita. Siapa yang bisa menjaga anak-anak kita sementara anak-anak dilepaskan di sekolah; bertemu dengan orang-orang nakal, melihat hal-hal yang diharamkan Allah ﷻ , bergaul dengan teman-teman yang tidak benar, mendengarkan ucapan-ucapan yang kotor, diajari oleh temannya untuk membohongi kedua orang tua dan lain-lain. Sulit bagi kita untuk menjaganya. Kalau anak-anak di (dalam) rumah mungkin bisa kita jaga, itu pun tidak mudah. Apalagi kalau kita punya kesibukan di luar rumah dan anak-anak juga di luar rumah, maka siapa yang bisa menjaganya? Tidak ada yang bisa menjaganya kecuali Allah ﷻ .
Jika seseorang menjaga perintah Allah maka Allah juga akan menjaga dirinya, menjaga kesehatannya untuk senantiasa beribadah kepada Allah. Oleh karenanya, kita dapati banyak sekali orang-orang saleh (misalnya di Arab Saudi) yang Allah berikan umur panjang, diberkahi umur dan ilmu mereka, dijauhkan dari pikun. Subhānallah, sebagaimana para masyāyikh (para ulama) yang kita lihat.
- Penjagaan kedua, Allah akan menjaga dalam urusan akhiratnya. Artinya, Allah akan menjaga dia sehingga tidak terkena berbagai (kerancuan pemikiran).
Ada syubhat yang bisa membuat seseorang menjadi kafir, munafik atau ada yang membuat ragu terhadap agama. Kita tahu, di zaman sekarang ini syubhat begitu banyak beredar di internet (dunia maya). Maka apabila dia bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan melindungi (menjauhkan) dirinya dari syubhat-syubhat tersebut serta menjaganya (menjauhkan) dari syahwat yang bisa menjerumuskan dia dalam perbuatan dosa besar.
Kemudian, kata Rasulullah ﷺ, “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati Allah di hadapanmu.”
Artinya apa? Allah akan senantiasa bersamamu. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah di manapun dia berada dan kapanpun, maka senantiasa Allah bersama dia, menolong dia setiap ada kesulitan. ([5]) Oleh karenanya, tatkala Allah mengutus Nabi Mūsā dan Nabi Hārūn untuk berdakwah kepada Fir’aun, lantas mereka berdua merasa takut, Allah pun berfirman,
لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
“Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian dan Aku melihat apa yang kalian lakukan.” ([6])
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka yakinlah kalau dia butuh Allah, maka Allah selalu berada di sampingnya untuk memudahkan urusannya.
Para ikhwan dan akhwat, selanjutnya Rasulullah ﷺ bersabda,
وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ.
“Jika engkau memohon maka memohonlah kepada Allah, jika engkau minta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.”
Pada nasehat yang kedua ini, Rasulullah ﷺ ingin agar Ibnu ‘Abbās (dan juga kita semua), agar senantiasa menggantungkan hati kita kepada Allah ﷻ .
Perhatikan kaidah yang disebutkan oleh Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, bahwa seorang hamba, semakin merasa butuh kepada Allah, semakin tinggi (derajatnya) di sisi Allah ﷻ .
Ibnu Taimiyyah berkata :
وَالْعَبْدُ كُلَّمَا كَانَ أَذَلَّ لِلَّهِ وَأَعْظَمَ افْتِقَارًا إلَيْهِ وَخُضُوعًا لَهُ: كَانَ أَقْرَبَ إلَيْهِ، وَأَعَزَّ لَهُ، وَأَعْظَمَ لِقَدْرِهِ، فَأَسْعَدُ الْخَلْقِ: أَعْظَمُهُمْ عُبُودِيَّةً لِلَّهِ. وَأَمَّا الْمَخْلُوقُ فَكَمَا قِيلَ: احْتَجْ إلَى مَنْ شِئْتَ تَكُنْ أَسِيرَهُ، وَاسْتَغْنِ عَمَّنْ شِئْتَ تَكُنْ نَظِيرَهُ، وَأَحْسِنْ إلَى مَنْ شِئْت تَكُنْ أَمِيرَهُ
“Seorang hamba semakin menghinakan diri kepada Allah dan semakin menunjukkan kebutuhan dan ketundukan kepada-Nya maka semakin dekat dengan-Nya, semakin mulia di sisi-Nya, juga semakin tinggi kedudukannya. Hamba yang paling berbahadia adalah yang paling besar penghambaannya kepada Allah. Adapun kepada sesama makhluk, maka sebagaimana dikatakan, ‘Butuhlah engkau kepada siapa yang engkau kehendaki, tentu kau akan menjadi tawanannya. Cukupkanlah dirimu (tanpa membutuhkan) dari siapa yang engkau kehendaki maka engkau akan setara dengannya. Berbuatlah baik kepada siapa yang engkau sukai maka engkau akan menjadi pemimpinnya’.” ([7])
Karena sebab itulah Allah sangat suka untuk dimintai. Allah mengatakan,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabbmu berkata, ‘Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan’.” ([8])
Allah suka untuk diminta, ini sifat Allah ﷻ karena semua makhluk butuh (faqir) kepada Allah ﷻ . Allah mengatakan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai manusia, pada hakekatnya kalian semua butuh (faqir) kepada Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” ([9])
Allah tempat meminta, oleh karenanya kita harus melatih diri untuk senantiasa meminta kepada Allah. Itulah mengapa Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk berdoa dalam segala hal; dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali dengan doa bangun tidur, mau makan, mau minum, setelah makan, masuk WC, keluar WC, keluar rumah, masuk masjid, keluar masjid, masuk pasar, menempati suatu tempat, ada hujan turun, ada awan datang, dan sebagainya.
Kejadian apa saja Rasulullah ﷺ selalu mengajarkan untuk berdoa (meminta) kepada Allah ﷻ. Kenapa? Karena hati seorang hamba, semakin dia meminta (bergantung) kepada Allah, maka dia semakin dekat dengan Allah dan semakin tinggi derajatnya di sisi Allah ﷻ.
Inilah rahasianya kenapa Rasulullah ﷺ mengatakan kepada Ibnu ‘Abbās, “Jika engkau minta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.”
Biasakan kita meminta kepada Allah dalam segala hal. Jangankan urusan akhirat, urusan duniapun kita minta kepada Allah ﷻ . Karena jika seseorang minta kepada manusia, walau bagaimanapun akan merasa rendah di hadapan manusia tersebut. Ada kerendahan yang kita tunjukkan di hadapan orang tersebut. Semakin sering kita meminta, maka semakin hinalah kita. Apalagi jika kita meminta bantuan kepada orang lain dalam kondisi kita tidak terdesak. Hal itu tentu sangat tercela. Adapun kalau dalam kondisi terdesak, maka sesekali tidak masalah. Allah mengatakan,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan.” ([10])
Jika Allah ﷻ tidak dimintai, maka Dia murka. Berbeda dengan anak Adam, jika diminta justru murka. ([11]) Namanya manusia, meskipun sahabat kita (yang terkadang mengaku seperti saudara kita), kalau kita minta bantuan darinya sekali, dua kali, tiga kali, dia masih berlapang dada dan senyum. Meminta darinya empat kali, lima kali, atau sepuluh kali mungkin masih tersenyum. Tapi setelah sebelas kali, dua belas kali, maka mulailah mukanya cemberut. Kalau kita meminta bantuan yang kedua puluh kali, maka dia semakin menjauh, kemudian tidak mau lagi beberharapubungan dengan kita, atau mungkin malah mencela kita.
Demikianlah sifat manusia. Seorang penyair berkata,
لاَ تَسْأَلَنَّ بُنَيَّ آدَمَ حَاجَةً … وَسَلِ الَّذِي أَبْوَابُهُ لاَ تُحْجَبُ
“Janganlah sekali-sekali engkau meminta suatu hajat kepada anak Adam… Akan tetapi mintalah kepada Dzat yang pintu-pintuNya tidak pernah tertutup.”
اللهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ… وَبُنَيُّ آدَمَ حِيْنَ يُسْئَلُ يَغْضَبُ
“Allah marah jika engkau tidak memohon kepadanya… Sedangkan Anak Adam maka marah jika dimintai”
Oleh karenanya, seseorang hendaknya meminta hanya kepada Allah ﷻ .
Kebutuhan manusia ada dua:
- Pertama, kebutuhan yang tidak bisa dia peroleh kecuali dari Allah ﷻ , seperti hidayah, kesembuhan, petunjuk, keselamatan di akhirat, keselamatan dari godaan setan, syahwat dan syubhat. Ini semua yang kita minta kepada Allah ﷻ . Maka tidak boleh kita minta kepada ustaz, kyai, habib atau yang lain. Ini tidak dibenarkan.
- Kedua, kebutuhan yang Allah jadikan kebutuhan tersebut berada pada manusia yang lain, seperti orang ingin membangun rumah, dia butuh tukang atau ahli tertentu. Maka tidak mengapa dia minta bantuan kepada orang lain. Tapi dia juga berdoa kepada Allah ﷻ agar Allah memilihkan yang baik, misalnya tukang/pekerja yang baik. Jadi, hatinya tetap bergantung kepada Allah ﷻ .
Inti dari arahan yang disampaikan dalam hadis ini adalah agar kita berusaha melakukan segala perkerjaan sendiri dan tidaklah kita minta bantuan kecuali hanya sesekali. Kalaupun minta bantuan, mintalah kepada sahabat kita yang dekat yang dia tidak menghinakan/merendahkan kita. Itupun dalam kondisi terpaksa, bukan merupakan kebiasaan yang akan menyusahkan orang lain.
Footnote:
___________
([2]) Taudhih al-Ahkam 7/366, juga lihat Jami’ Al-‘Ulumi Wa Al-Hikam, Ibnu Rajab Al-Hanbali, 1/462
([3]) Lihat : Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam, 1/465-470
([5]) Lihat : Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam, 1/471
إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ.
“Sesungguhnya siapa yang tidak meminta kepada Allah ‘Azza wa Jalla, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan marah kepadanya” (H.R. At-Tirmidzi, No.3373 dan dihasankan oleh Syekh Al-Albani, Shahih Adab Al-Mufrod, 658/513)