فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
Latin: fadzaalika alladzii yadu”u alyatiima
Arti: “Maka itulah orang yang menghardik anak yatim”
Tafsir Quran Surat Al-Ma’un Ayat-2
Diantara tanda-tanda mendustakan hari pembalasan adalah tidak peduli dan malah menyakiti anak yatim. Allah telah mencabut rahmat (kasih saying) dari hatinya, hatinya sudah mati rasa, sehingga seharusnya ia mengasihi anak yatim akan tetapi ia malah menghardik anak yatim.
Yatim dalam istilah syariat adalah seorang anak yang meninggal ayahnya sedangkan anak tersebut belum baligh. Adapun ketika dia sudah mencapai usia baligh maka tidak dikatakan lagi yatim. Berbeda dengan hewan, hewan dikatakan yatim jika induknya yang meninggal. Karena yang merawat hewan adalah induknya. Adapun manusia dikatakan yatim jika yang meninggal adalah bapaknya karena bapaknya yang mengurus dan mencarikan nafkah untuknya hingga dia baligh.
Al-Qurthubi berkata :
وَالَيْتُمْ فِي بَنِي آدَمَ بِفَقْدِ الْأَبِ، وَفِي الْبَهَائِمِ بِفَقْدِ الْأُمِّ
“Dan yatim pada manusia adalah kehilangan/wafatnya ayah, dan pada hewan adalah hilangnya/matinya ibu/induk” (Tafsir Al-Qurthubi 2/14 dan lihat juga Lisanul ‘Arob 12/645)
Ada yang berpendapat bahwa yang Namanya yatim pada manusia adalah yang ibunya wafat, namun menurut al-Qurthubi pendapat ini tidak ma’ruf.
Diantara sifat-sifat Jahiliyah adalah meremehkan orang-orang yang lemah seperti anak yatim dan para wanita. Di zaman Jahiliyah para wanita tidak diberikan warisan, begitu pula dengan anak yatim mereka tidak dihargai, karena tidak ada yang melindungi mereka. Seandainya mereka memiliki harta yang banyak maka oleh orang lain diambil dan digunakan secara dzalim. Itulah sebabnya Allah mengkhususkan penyebutannya dalam surat ini, bahwasanya orang yang tidak beriman dengan hari kebangkitan maka dia akan menghardik anak yatim, akan bersikap kasar padanya, dan mendzaliminya.