فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Latin: fashalli lirabbika wainhar
Arti: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)”
Tafsir Quran Surat Al-Kautsar Ayat-2
Shalat dan menyembelih keduanya merupakan ibadah yang sangat agung yang sering Allah gandengkan. Dua-duanya merupakan bukti tauhid. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah, ‘sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam’.” (QS Al-An’am : 162)
Oleh karena itu, barangsiapa yang menyembelih untuk selain Allah maka sungguh dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Nabi bersabda:
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR Ahmad 1: 309)
Maka barangsiapa yang menyembelih untuk Jin, wali, sunan, penunggu gunung, nyi roro kidul maka dia telah melakukan kesyirikan. Penyembelihan hanya boleh ditujukan untuk Allah semata.
Beberapa faidah dari ayat ini (lihat Majmuu al-Fataawaa, Ibnu Taimiyyah 16/531-533) :
Pertama : Allah menggunakan huruf فَ di awal ayat فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ yang artinya “Maka dirikanlah shalat…”. Yang hal ini menunjukan sebab, yaitu seakan-akan Allah berkata, “Wahai Rasulullah, karena engkau telah diberikan al-Kautsar, maka sholatlah dan menyembelihlah”. Ini menunjukan bahwa dua ibadah ini -sholat dan menyembelih- adalah bukti terbesar akan syukur kepada Allah. Karena sholat adalah ibadah badan yang termulia, dan menyembelih adalah ibadah harta yang termulia.
Dan Nabi benar-benar menjalankan perintah ini, sehingga beliau banyak sekali sholatnya dan banyak sekali menyembelih. Bahkan tatkala haji wadaa’ beliau menyembelih 100 ekor unta, 63 ekor diantaranya beliau sembelih langsung dengan tangan beliau yang mulia
Kedua : Allah memerintahkan untuk menggabungkan kedua ibadah ini karena keduanya menunjukan akan tawadhu’, merasa butuh kepada Allah, kuatnya keyakinan, berprasangka baik kepada Allah bahwasanya Allah akan memberi ganti yang lebih baik kepadanya. Tidak sebagaimana sebagian orang yang tidak menyembelih karena takut miskin dan kekurangan.
Ketiga : Tatkala Allah menjanjikan Nabi dengan sungai al-Kautsar sekaan-akan Allah mengatakan, “Wahai Rasulullah janganlah engkau bersedih karena terluputkan sesuatupun dari perkara dunia. Karena perkara dunia itu tidak ada apa-apanya dengan ganjaran akhirat”
Keempat : Perintah Allah kepada Nabi untuk sholat dan menyembelih sebagai isyarat agar Nabi jangan peduli dengan cercaan kaum musyrikin, akan tetapi hendaknya Nabi menghadapi cercaan mereka dengan sibuk beribadah kepada Allah. Dan ini semisal firman Allah :
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat). Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS Al-Hijr 97-99)