Apa hukum membaca basmalah ketika membaca al-Fafihah dalam shalat?
An-Nawawi:
(اِعْلَمْ) أَنَّ مَسْأَلَةَ الْبَسْمَلَةِ عَظِيْمَةٌ مُهِمَّةٌ يَنْبَنِي عَلَيْهَا صِحَّةُ الصَّلاَةِ الَّتِي هِيَ أَعْظَمُ الأَرْكَانِ بَعْدَ التَّوْحِيْدِ، وَلِهَذَا الْمَحَلِّ الأَعْلَى الَّذِي ذَكَرْتُهُ مِنْ وَصْفِهَا اعْتَنَى الْعُلَمَاءُ مِنَ الْمُتَقَدِّمِيْنَ وَالْمُتَأَخِّرِيْنَ بِشَأْنِهَا وَأَكْثَرُوا التَّصَانِيْفَ فِيْهَا مُفْرَدَةً
“Ketahuilah sesungguhnya masalah bismillah adalah masalah yang sangat penting, padanya tergantung sahnya sholat seseorang, yang mana sholat adalah rukun yang paling penting setelah tauhid, dan berdasarkan kedudukan masalah ini sangat tinggi sebagaimana yang telah aku shifatkan, para ulama sangat memperhatikan masalah ini baik ulama terdahulu maupun ulama belakangan, dan mereka banyak menuliskan masalah ini dalam karangan-karangan tersendiri”. ([1])
Dan masalah basmalah bisa kita bagi menjadi dua bagian :
Pertama: Hukum membaca basmalah.
Kedua: hukum mengeraskan basmalah.
Hukum membaca basmalah:
Dan para ulama berbeda pendapat dalam masalah membaca basmalah tatkala sholat menjadi tiga pendapat:
Pertama: wajib membaca basmalah dalam sholat. Dan ini adalah madzhab Syafi’i, dan di kuatkan oleh sebagian ulama madzhab Hanabilah, dan di nukilkan dari
Berkata imam Al Mawardi:
يُجْهَرُ بِهَا مَعَ السُّورَةِ فِي صَلَاةِ الْجَهْرِ، وَيُسَرُّ بِهَا فِي صَلَاةِ الْإِسْرَارِ
“Di keraskan bacaan basmalah pada sholat-sholat jahriyyah dan di pelankan pada sholat-sholat sirriyyah” ([2])
Berkata imam As-Syirozi:
ويجب ان يبتدئها بسم الله الرحمن الرحيم فإنها آية منها
“Dan wajib untuk memulai dengan bismillah, karena ia termasuk bagian al-Fatihah” ([3])
Kedua: sunnah membaca basmalah sebelum membaca Al-Fatihah, dan ini adalah madzhab Hanabilah, dan ini adalah pendapat yang di pilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah([4]). Berkata imam Al-Hajjawi:
ثُمَّ يُبَسْمِلُ سِرًّا وَلَيْسَتْ مِنَ الْفَاتِحَةِ
“Kemudian membaca basmalah secara pelan dan basmalah tidak masuk bagian Al- Fatihah” ([5])
Berkata Al Buhuti:
وَإِنْ تَرَكَ الِاسْتِفْتَاحَ وَلَوْ عَمْدًا حَتَّى تَعَوَّذَ، أَوْ التَّعَوُّذَ، حَتَّى بَسْمَلَ أَوْ الْبَسْمَلَةَ حَتَّى أَخَذَ فِي الْقِرَاءَة سَقَطَ
“Seandainya ia tidak membaca doa istiftah meskipun sengaja (tidak membaca), sampai ia membaca ta’awwudz, atau tidak membaca ta’awwudz sampai akhirnya membaca basmalah, atau tidak membaca basmalah sampai ia membaca surah Al Fatihah maka gugur syariatnya (tidak perlu mengulang dan sah sholatnya)” ([6])
Berkata imam Ibnu Najjar Al-Futuhi:
ثُمَّ يَقْرَأُ الْبَسْمَلَةَ وَهِيَ آيَةٌ فَاصِلَةٌ بَيْنَ كُلِّ سُورَتَيْنِ سِوَى بَرَاءَةٍ
“Kemudian di sunnahkan membaca basmalah dan dia termasuk bagian ayat al quran untuk membedakan antara dua surat selain surat At Taubah”([7])
Ketiga: makruh membaca basmalah sebelum membaca Al Fatihah. Dan ini adalah madzhab Maliki.
Berkata imam Al-Qoroofi:
الْبَسْمَلَةُ وَفِيْهَا أَرْبَعَةُ مَذَاهِبَ، الْوُجُوْبُ لِ ( ش ) وَالْكَرَاهَةُ لِمَالِكٍ وَالنَّدْبُ لِبَعْضِ أَصْحَابِنَا…
“Basmalah, dan dalam masalah ini ada 4 madzhab: wajib menurut madzhab Syafi’i dan makruh menurut Malik dan sunnah menurut sebagian ulama madzhab kami” ([8])
Berkata imam Al-Kholil:
وَلاَ بَسْمَلَةَ فِيْهِ وَجَازَتْ كَتَعَوُّذٍ بِنَفْلٍ وَكُرِهَا بِفَرْضٍ كَدُعَاءٍ قَبْلَ قِرَاءَةٍ وَبَعْدَ فَاتِحَةٍ وَأَثْنَاءَهَا وَأَثْنَاءَ سُوْرَةٍ
“… dan tidak juga basmalah padanya, dan di bolehkan membaca basmalah pada sholat sunnah sebagaimana ta’awwudz, dan di makruhkan membaca ta’awwudz dan basmalah pada sholat wajib sebagaimana di makruhkan juga doa sebelum membaca Al-Fatihah dan setelah Al Fatihah dan di tengah-tengahnya dan di pertengahan sholat…”([9])
Berkata Ad-Dirdir:
(وَكُرِهَا) أي البسملة والتعوذ (بفرض)
“(dan keduanya di makruhkan) yaitu: bacaan basmalah dan ta’awwudz (pada sholat wajib)” ([10])
Pendapat yang kuat -wallahu a’lam- adalah pendapat bahwasanya membaca Basmalah sebelum al-Fatihah hukumnya adalah sunnah. Hal ini karena sebagian dalil menunjukan Nabi membaca basmalah sebelum membaca Al-Fatihah([11]), namun basmalah bukan termasuk al-Fatihah. Berdasarkan hadits Abu Huroiroh, beliau berkata :
فإنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: 5] قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ “
“Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah azza wa jalla berfirmah (hadits qudsi), aku membagi sholat hambaku menjadi dua bagian dan untuk hambaku apa yang ia minta, apabila seorang hamba mengatakan (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) maka Allah azza wa jalla berfiman: “Hambaku telah memujiku”, dan apabila seorang hamba membaca (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) maka Allah azza wa jalla berfirman: “Hambaku telah menyanjungku”, dan apabila seorang hamba membaca (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ) maka Allah azza wa jalla berfirman: “Hambaku telah memujaku”, dan apabila seorang hamba membaca (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) maka Allah azza wa jalla berfirman, “Ini antara antaraku dan hambaku, dan untuk hambaKu apa yang dia minta”, dan apabila seorang hamba membaca (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) maka Allah azza wa jalla berfirman, “Ini antaraku dan hambaKu dan untuk hambaKu apa yang ia minta” ([12]).
Segi pendalilan: Allah azza wa jalla memulai pembagian dari alhamdulillah dan jikalau basmalah termasuk Al fatihah, maka Allah azza wa jalla akan memulai pembagian dari basmalah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
فَلَا رَيْبَ أَنَّهُ كَانَ فِي الصَّحَابَةِ مَنْ يَجْهَرُ بِهَا وَفِيهِمْ مَنْ كَانَ لَا يَجْهَرُ بِهَا بَلْ يَقْرَؤُهَا سِرًّا أَوْ لَا يَقْرَؤُهَا
“Dan tidak di ragukan lagi bahwasanya sebagian sahabat mengeraskan bacaan basmalah dan sebagian mereka ada yang tidak mengeraskannya, akan tetapi membaca dengan pelan atau tidak membaca sama sekali” ([13])
Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar Isi Panduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([1]) Al-Majmu’, An-Nawawi, 3/334
([2]) Al-Hawi Al-Kabir, Al-Mawardi, 2/345
([3]) Al-Majmu’, Annawawi, 3/332
([4]) Majmu’ al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 22/274
([5]) Zadul Mustaqni’, Al-Hajjawi, 1/45
([6]) Syarhu Muntaha Al Irodat, 1/416
([7]) Muntaha Al Irodat, Ibnu Najjar Al Futuhi, 1/209
([8]) Adz-dzakhiroh, Al Qorrofi, 2/176
([9]) Mukhtashor Al Kholil, Kholil bin Ishaq, 1/33
([10]) As-Syarh Al-Kabir, Abul Barokat Ad-Dirdir, 1/251
Pertama : Hadits Nu’aim Al Mujmir:
صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ: {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ حَتَّى إِذَا بَلَغَ {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} فَقَالَ: «آمِينَ» وإذا سلم قال والذي نفسي بيده إني لأشبهكم صلاة برسول الله صلى الله عليه و سلم
“Aku pernah sholat di belakang Abu Huroroh lalu ia membaca (bismillahirrahmanirrahim) kemudian ia membaca Al Fatihah sampai pada ayat (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) lalu ia mengucapkan aaamiiin) dan setelah salam ia mengatakan: demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya aku paling mirip sholatnya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di antara kalian” (H.R. Annasai 905, Ibnu Khuzaimah 688, Ibnu Hibban 1797).
Abu Huroiroh menisbatkan diri beliau bahwa sholat beliau sangat mirip dengan sholat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau membaca basmalah sebelum Al Fatihah, maka hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga membacanya ketika sholat.
Kedua : Qotadah berkata :
سُئِلَ أَنَسٌ كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ: «كَانَتْ مَدًّا»، ثُمَّ قَرَأَ: {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1] يَمُدُّ بِبِسْمِ اللَّهِ، وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ، وَيَمُدُّ بِالرَّحِيمِ
Anas bin Malik di tanya tentang bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka ia menjawab, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanjangkan bacaan beliau, memanjangkan bacaan beliau tatkala membaca bismillah, dan Arrahman, dan Arrohim”. (H.R. Bukhori no. 5046)
Akan tetapi hadits ini tidak benar-benar kuat untuk di jadikan dalil bahwa basmalah termasuk bagian daru surat-surat alquran termasuk Al Fatihah, karena hadits ini hanya mensifati bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memang di anjurkan untuk membaca basmalah sebelum membaca al quran.
Ketiga : Hadits Ummu Salamah, beliau berkata :
(أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي الصَّلاَةِ {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} فَعَدَّهَا آيَةً ، وَ{الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} آيَتَيْنِ ((
(sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala sholat membaca (bismillahirrahmanirrahim) dan beliau menghitungnya 1 ayat dan (alhamdulillahi robbil ‘alamin) dua ayat….). H.R. Ibnu Khuzaimah 493, Al Baihaqi 2481, Hakim 848.
Dan semua periwayatan melalui jalur Kholid bin Khidasy dari ‘Umar bin Harun dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abi Mulaikah dari Ummu Salamah.
Berkata ‘Alauddin Ibn At-Turkumani:
ثُمَّ إِنَّهُ لَيْسَ فِي هَذَا الْحَدِيْثِ عَدُّهَا آيَةً إِلاَّ مِنْ وَجْهٍ ضَعِيْفٍ
“Dan tidak ada satupun hadits tentang memasukkan basmalah sebagai satu ayat kecuali melalui jalur yang dho’if” ([11])
Segi pendalilan: di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghitung bismillah satu ayat dan Alhamdulillah dua ayat, maka hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan basmalah ke surah Al Fatihah.
Akan tetapi hadits ini dho’if di karenakan:
- Di dalam hadits ini terdapat perowi yang bernama ‘Umar bin Harun, dan dia adalah perowi yang matruk.
Berkata imam Ibnu Hajar:
)عمر ابن هارون ابن يزيد الثقفي…متروك وكان حافظا(
“‘Umar bin Harun bin Yazid Ats-tsaqofi…matruk dan dia dahulunya adalah seorang yang hafizh” (Taqrib Attahdzib, Ibnu Hajar, no. 4979)
Al-Baihaqi berkata tentang periwayatannya dari Ibnu Juraij:
وَرَوَاهُ عُمَرُ بْنُ هَارُونَ وَلَيْسَ بِالْقَوِىِّ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ
“Dan ‘Umar bin Harun meriwayatkan yang semisalnya, dan dia bukanlah perowi yang kuat dalam periwayatannya dari Ibnu Juraij” (Sunan Al Kubro, Al BAihaqi, no. 2481)
- Hadits ini menyelisihi hadits yang masyhur dari Ummu Salamah, dan yang masyhur adalah hadits yang mana Ummu salamah hanya menceritakan tatacara Nabi membaca surah, tanpa ada tambahan bahwa beliau menghitungnya satu ayat.
Sebagaimana yang di riwayatkan oleh imam Al-Baihaqi:
(أَنَّ قِرَاءَةَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَتْ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) يَعْنِى كَلِمَةً كَلِمَةً)
“Adalah bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bismillahirrahmanirrahim alhamdulillahi robbil’alamin) yaitu satu kalimat satu kalimat”. (HR Al-Baihaqi No. 2480 dan Ahmad no. 27278)
Dimana pada riwayat yang shahih ini tidak disebutkan bacaan Nabi tersebut di dalam shalat, berbeda dengan riwayat yang dhaif yang menyebutkan bahwa Nabi membacanya dalam shalat.