شَرْحُ الْقَوَاعِدِ الأَرْبَعِ
(Syarah 4 Kaidah Penting Memahami Tauhid)
Kaidah Ketiga
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata,
الْقَاعِدَةُ الثَّالِثَةُ:
أَنَّ النَّبِيَّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-ظَهَرَ عَلَى أُنَاسٍ مُتَفَرِّقِينَ فِي عِبَادَاتِهِمْ، مِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الْمَلائِكَةَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الأَنْبِيَاءَ وَالصَّالِحِينَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الأَشْجَارَ وَالأَحْجَارَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَعْبُدُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ، وَقَاتَلَهُمْ رَسُولُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَهُمْ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلّه ﴾. وَدَلِيلُ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ؛ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَ تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ﴾. وَدَلِيلُ الْمَلائِكَةِ؛ قَوْلُهُ تَعَالَى:﴿ وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَن تَتَّخِذُواْ الْمَلاَئِكَةَ وَالنِّبِيِّيْنَ أَرْبَاباً… ﴾. وَدَلِيلُ الأَنْبِيَاءِ؛ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ وَإِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ﴾.
وَدَلِيلُ الصَّالِحِينَ؛ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ… ﴾. وَدَلِيلُ الأَشْجَارِ وَالأَحْجَارِ؛ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ أَفَرَأَيْتُمُ اللاَّتَ وَالْعُزَّى * وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأُخْرَى﴾.
وَحَدِيُث أَبِي وَاقِد اللَّيْثِيِّ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -إِلَى حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ، وَلِلِمُشْرِكِينَ سِدْرَةٌ، يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا وَيُنَوِّطُونَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالَ لَهَا ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ. الحَدِيثَ.
“Sesungguhnya Nabi ﷺ berada ditengah-tengah manusia yang memiliki berbagai bentuk peribadatan. Di antara mereka ada yang menyembah para malaikat, nabi, orang-orang saleh, pepohonan, bebatuan, matahari, dan bulan. Mereka semua diperangi oleh Rasulullah ﷺ, dan beliau tidak pandang bulu pada mereka. Dalilnya adalah firman Allah ﷻ,
“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan agama ini untuk Allah semata” (QS. Al-Baqarah: 193).
Dalil (penyembahan mereka kepada) matahari dan bulan adalah firman Allah ﷻ,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah” (QS. Fusshilat: 37).
Dalil (penyembahan mereka kepada) para Malaikat adalah firman Allah ﷻ,
“Dan dia (Nabi Muhammad) tidak pernah memerintahkan kalian untuk menjadikan para Malaikat dan para Nabi sebagai sembahan-sembahan” (QS. Ali ‘Imran: 80).
Dalil (penyembahan mereka kepada) para Nabi adalah firman Allah ﷻ,
“Dan [ingatlah] ketika Allah berfirman: Hai ‘Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang sembahan selain Allah?”. ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib (QS. Al-Maidah: 116).
Dalil (penyembahan mereka kepada) orang-orang saleh adalah firman Allah ﷻ,
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (dengan Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya” (QS. Al-Isra: 57).
Dalil (penyembahan mereka kepada) pepohonan dan bebatuan adalah firman Allah ﷻ,
“Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap al-lata dan al-‘uzza, dan manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS. An-Najm: 19-20).
Dan hadis Abi Waqid Al-Laitsi, dia berkata,
“Kami keluar bersama Rasulullah ﷺ menuju Hunain, dan ketika itu kami baru saja terbebas dari kekafiran. Sementara itu, orang-orang musyrik mempunyai sebuah pohon bidara yang dipakai berdiam diri di sisinya dan mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di situ. Pohon itu dikenal dengan nama Dzatu Anwath. Kami kemudian melalui pohon bidara itu, lalu kami mengatakan: “Wahai Rasulullah, pilihkanlah bagi kami pohon untuk menggantungkan senjata dalam rangka mencari berkah, sebagaimana mereka mempunyai pohon tersebut….” sampai akhir hadis.”
Syarah
Pada kaidah ketiga ini Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ ketika berdakwah di Jazirah Arab, ternyata di sana banyak kaum musyrikin yang menyembah kepada selain Allah dengan berbagai macam model sesembahan. Di antara mereka ada yang menyembah matahari, rembulan, malaikat, nabi, orang-orang saleh, pohon, atau batu. Sebagian orang menyangka bahwa yang di hadapi Rasulullah ﷺ adalah orang-orang yang menyembah batu saja. Akan tetapi ternyata yang di hadapi beliau banyak modelnya, bahkan batu yang mereka sembah pun hanyalah sebagai simbol-simbol dari orang saleh yang mereka kenal.
Macam-macam sembahan orang musyrik di zaman Rasulullah ﷺ:
Pertama: Matahari dan rembulan
Dalilnya adalah firman Allah ﷻ,
﴿ وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَ تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ﴾.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah” (QS. Fusshilat: 37).
Ini menunjukkan bahwa matahari dan rembulan disembah di zaman Rasulullah ﷺ. Oleh karenanya beliau melarang untuk salat setelah asar menjelang magrib, karena saat itu orang-orang musyrik sedang sujud kepada matahari. Juga Rasulullah ﷺ melarang kita salat setelah subuh hingga matahari naik. Karena saat matahari baru keluar dari cakrawala, para penyembah matahari sedang menyembahnya.
Kedua: Malaikat
Ketika Rasulullah ﷺ diutus ke Jazirah Arab, didapati orang-orang musyrik dengan berbagai aneka ragam agama, ada agama Yahudi, Nasrani, Majusi, ada yang menyembah matahari, dan lainnya. Di antaranya ada yang menyembah malaikat, Allah ﷻ berfirman,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ . قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (QS. Saba’: 40-41)
Ayat ini merupakan isyarat bahwa dahulu ada orang yang mengaku-ngaku menyembah malaikat, ternyata yang mereka sembah adalah jin.
Ketiga: Nabi
Rasulullah ﷺ juga bertemu dengan orang-orang yang menyembah nabi sebagaimana disebutkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah tentang firman Allah ﷻ pada surah Al-Maidah ayat 116. Rasulullah ﷺ bertemu dengan banyak kaum musyrikin, di antaranya kaum Nasrani Najran, kaum Nasrani Heraklius, dan lain-lain di mana mereka menyembah Nabi Isa ‘alaihissalam. Juga di zaman Rasulullah ﷺ ada kaum yang menyembah Uzair, sebagaimana Allah ﷻ firmankan,
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah: 30)
Orang-orang musyrikin menganggap malaikat adalah putri-putri Allah ﷻ dan menganggap Isa al-Masih ‘alaihissalam dan Uzair sebagai putra-putra Allah ﷻ. Sehingga mereka menganggap bahwa semuanya layak untuk disembah.
Keempat: Orang saleh
Kaum musyrikin juga ada yang menyembah orang-orang saleh. Allah ﷻ berfirman,
﴿ قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا . أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ… ﴾
“Katakanlah: “Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (dengan Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya” (QS. Al-Isra: 57).
Padahal orang-orang saleh tersebut beribadah kepada Allah ﷻ, mencari kedekatan kepada Allah ﷻ, takut dari azab Allah ﷻ, dan mencari rahmat Allah ﷻ. Lalu mengapa mereka harus disembah?
Di antara orang-orang saleh yang disembah adalah Lata, Allah ﷻ berfirman,
﴿ أَفَرَأَيْتُمُ اللاَّتَ وَالْعُزَّى ﴾.
“Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata dan al-‘Uzza?” (QS. An-Najm: 19-20).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata tentang Lata,
كَانَ اللَّاتُ رَجُلًا يَلُتُّ سَوِيقَ الحَاجِّ
“Al-Lata adalah seorang lelaki yang melembutkan adonan gandum untuk jamaah haji” ([1])
Ketika dia meninggal maka dibuatlah patung di atas kuburannya, namun lama-kelamaan patung tersebut disembah. padahal tujuan awalnya, patung-patung tersebut hanya sebagai simbol yang sebelumnya mereka harapkan menjadi pendekat mereka kepada Allah ﷻ dalam meminta dan memberi syafaat.
Ini adalah contoh orang saleh di zaman Rasulullah ﷺ, adapun contoh zaman orang saleh di zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah sebagaimana yang Allah ﷻ sebutkan di dalam firman-Nya,
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”.” (QS. Nuh: 23)
Rasulullah ﷺ bersabda tentang kelima orang ini,
أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ، أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ، فَفَعَلُوا، فَلَمْ تُعْبَدْ، حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ العِلْمُ عُبِدَتْ
“Itulah nama-nama orang Shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, syetan membisikkan kepada kaum mereka untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama-nama mereka. Maka mereka pun melakukan hal itu, dan saat itu berhala-berhala itu belum disembah hingga mereka wafat, sesudah itu, setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah.”. ([2])
Oleh karenanya, penyembahan terhadap orang-orang saleh bukanlah hal yang baru. awal terjadinya kesyirikan adalah karena menyembah orang-orang yang saleh. Oleh karenanya Rasulullah ﷺ sangat keras peringatannya dari membangun kuburan, terlebih lagi berkaitan dengan kuburan orang-orang saleh. Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ، بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا
“Sesungguhnya mereka itu apabila di antara mereka terdapat orang yang saleh yang meninggal dunia, maka mereka pun membangun di atas kuburnya masjid.” ([3])
Hal ini sungguh terjadi, banyak orang saleh yang disembah, dari zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam hingga zaman Nabi Muhammad ﷺ.
Kelima: Pohon dan batu
Setelah itu, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menyebutkan dalil mereka menyembah pohon dan batu,
﴿ أَفَرَأَيْتُمُ اللاَّتَ وَالْعُزَّى . وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأُخْرَى﴾.
“Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata dan al-‘Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS. An-Najm: 19-20).
Ini adalah tiga nama berhala. Lata terletak di Thaif, Uzza terletak di antara Makkah dan Thaif, dan Manat terletak di antara Makkah dan Madinah([4]). Ketiganya adalah orang-orang saleh.
Juga disebutkan dalam hadis Abu Waqid al-Laitsi,
خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -إِلَى حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ عَهْدٍ بِكُفْرٍ، وَلِلِمُشْرِكِينَ سِدْرَةٌ، يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا وَيُنَوِّطُونَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالَ لَهَا ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ
“Kami keluar bersama Rasulullah ﷺ menuju Hunain, dan ketika itu kami baru saja terbebas dari kekafiran. Sementara itu, orang-orang musyrik mempunyai sebuah pohon bidara yang dipakai berdiam diri di sisinya dan mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di situ. Pohon itu dikenal dengan nama Dzatu Anwath. Kami kemudian melalui pohon bidara itu, lalu kami mengatakan: “Wahai Rasulullah, pilihkanlah bagi kami pohon untuk menggantungkan senjata dalam rangka mencari berkah, sebagaimana mereka mempunyai pohon tersebut….”
Semua ini menunjukkan bahwasanya ternyata sembahan yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin Arab banyak.
Keenam: Jin
Allah ﷻ berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jinn: 6)
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwasanya pada zaman dahulu sebagian orang Arab yang datang dari Yaman ketika melewati suatu lembah maka mereka berkata,
أَعُوذُ بِسَيِّدِ هَذَا الْوَادِي مِنْ شَرِّ سُفَهَاءِ قَوْمِهِ
“Aku berlindung dengan pemimpin lembah ini dari keburukan anak buahnya.” ([5])
Ketujuh: Bintang
Dalil mereka menyembah bintang adalah firman Allah ﷻ,
وَأَنَّهُ هُوَ رَبُّ الشِّعْرَى
“dan bahwasanya Dialah yang Tuhan (yang memiliki) bintang syi’ra,” (QS. An-Najm: 49)
Asy-Syi’ra adalah salah satu nama bintang yang disembah oleh orang-orang musyrikin Arab. ([6])
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Qawaidul Arba’ Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([3]) HR. Bukhari No. 427 dan Muslim No. 528.
([4]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir (7/455-456).