Pencatatan Takdir
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Takdir telah dicatat di Lauhul mahfuz lima puluh ribu tahun sebelum Allah ﷻ menciptakan langit dan bumi. Semua takdir dicatat dengan detail, dan yang mengetahui isinya hanyalah Allah ﷻ, Nabi Muhammad ﷺ maupun malaikat tidak mengetahuinya. Dari takdir yang Allah ﷻ catatkan, ada tiga jenis takdir : ([1])
- التَّقْدِيْرُ العُمرِيُّ (Takdir umur).
Takdir ‘umri yaitu takdir yang dicatat ketika seseorang masih dalam berbentuk janin. Ketika itu malaikat diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk mencatat apa yang akan terjadi dengan janin tersebut hingga dia meninggal dunia. Oleh karenanya selain Allah ﷻ, takdir ini juga diketahui oleh malaikat, sebab malaikatlah yang mencatat takdir tersebut. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعٍ: بِرِزْقِهِ وَأَجَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
“Sungguh salah seorang di antara kalian dihimpun dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah juga seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging juga seperti itu, kemudian Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat hal, rezekinya, ajalnya, sengsara ataukah bahagia.”([2])
Data-data yang dicatat oleh malaikat terkait hal tersebut datangnya dari Lauhul mahfuz([3]). Demikian pula hal yang sama ketika Allah ﷻ menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam, Allah ﷻ keluarkan keturunan Adam ‘alaihissalam dan Allah ﷻ catatkan masing-masing takdirnya.
- التَقْدِيْرُ السَّنَوِيُّ (Takdir tahunan)
Di antara hal yang dikeluarkan Lauhul mahfuz berkaitan dengan manusia adalah takdir tahunan. Takdir tahunan ini dikeluarkan pada saat malam lailatulkadar. Allah ﷻ berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ، فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ، أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan dari sisi Kami. Sungguh, Kamilah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad-Dukhan: 3-5)
Takdir ini berisikan tentang takdir satu tahun ke depan, maksudnya dari waktu keluarnya takdir (malam lailatulkadar) sampai malam lailatulkadar berikutnya.
- التَّقْدِيْرُ الْيَوْمِيُّ (Takdir harian)
Mengenai takdir harian, para ulama bersilang pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa takdir harian ada dan sebagian lagi mengatakan tidak ada. ([4]) Ibnul Qayyim rahimahullah memilih pendapat bahwa takdir harian itu ada. Beliau rahimahullah berdalil dengan firman Allah ﷻ,
كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rahman: 28)
Maksud ayat di atas adalah setiap hari Allah ﷻ memerintahkan malaikat untuk melakukan ini dan itu secara harian, sehingga yang terjadi disebut sebagai takdir harian.
Dari sini dapat diketahui bahwa di sana ada perbedaan-perbedaan antara catatan malaikat dan catatan di Lauhul mahfuz. Di antaranya:
Pertama: Catatan di Lauhul mahfuz adalah catatan takdir yang awal, adapun catatan malaikat adalah catatan takdir belakangan. Jadi, takdir yang dicatat oleh malaikat adalah takdir yang telah dicatatkan sebelumnya di Lauhul mahfuz.
Kedua: Catatan di Lauhul mahfuz dicatat oleh الْقَلَمُ (pena) sebagaimana disebutkan dalam hadits, adapun catatan malaikat dicatat oleh malaikat.
Ketiga: Catatan di Lauhul mahfuz hanya diketahui oleh Allah ﷻ, adapun catatan malaikat diketahui juga oleh malaikat ketika diberi tahu atau telah terjadi. Namun berdasarkan penjelasan yang telah berlalu, malaikat hanya mengetahui takdir tentang umur seseorang, takdir tahunan, dan takdir harian. Adapun tentang masa depan malaikat tidak tahu.
Keempat: Catatan di Lauhul mahfuz tidak akan berubah, sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa ketika Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan tentang takdir,
يَا رَسُولَ اللهِ بَيِّنْ لَنَا دِينَنَا كَأَنَّا خُلِقْنَا الْآنَ، فِيمَا الْعَمَلُ الْيَوْمَ؟ أَفِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ، وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ، أَمْ فِيمَا نَسْتَقْبِلُ؟ قَالَ: لَا، بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ، قَالَ: فَفِيمَ الْعَمَلُ؟ فَقَالَ: اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ
“Suatu ketika Suraqah bin Malik bin Ju’syam datang kepada Rasulullah seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, terangkanlah kepada kami agama ini, seolah-olah kami baru diciptakan. Apakah hakikat amalan hari ini? Apakah karena telah tertulis oleh pena yang telah kering, dan takdir yang pasti berlaku, ataukah amalan yang harus kita hadapi?’ Rasulullah menjawab: ‘Tidak, tapi karena pena yang telah kering dan takdir yang mesti berlaku’. Suraqah berkata: ‘Lalu untuk apa kita beramal?’ Rasulullah menjawab: ‘Beramallah, karena semuanya akan dipermudah’.”([5])
Artinya, seseorang akan diarahkan masing-masing kepada takdirnya. Oleh karenanya dalam suatu hadits Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
“Ketahuilah, sesungguhnya jika umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (takdir telah ditetapkan).”([6])
Adapun catatan malaikat bisa berubah, karena malaikat tidak tahu isi Lauhul mahfuz, dan perubahan yang ada pada catatan malaikat tersebut telah ada di Lauhul mahfuz. Allah ﷻ berfirman,
يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
“Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauhul mahfuz).” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Maksudnya adalah perubahan-perubahan yang Allah ﷻ tetapkan pada catatan malaikat pada dasarnya telah ada (tercatat) di Lauhul mahfuz. Jadi, jangan dipahami bahwa perubahan catatan yang ada pada malaikat menunjukkan bahwa catatan di Lauhul mahfuz juga berubah, tidak demikian. Oleh karenanya ketika Nabi Muhammad ﷺ mengatakan,
لَا يَرُدُّ القَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي العُمْرِ إِلَّا البِرُّ
“Tidak ada yang dapat mencegah takdir kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali amal kebajikan.”([7])
Maksudnya adalah karena doa yang dipanjatkan, maka Allah ﷻ perintahkan malaikat untuk merubah catatan takdir yang ada pada malaikat. Namun peristiwa perubahan catatan yang ada pada malaikat itu telah dijelaskan dan dicatat di Lauhul mahfuz lima puluh ribu tahun sebelum Allah ﷻ menciptakan langit dan bumi. Tentunya, di balik ini semua ada hikmah yang Allah ﷻ kehendaki, yang mungkin kita tidak dapat mengetahuinya. ([8])
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukum Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([1]) Lihat: A’lamu As-Sunnah Al-Mansyurah (1/81-dst).
([3]) Yaitu data terakhir yang dicatat oleh malaikat, karena -sebagaimana akan datang penjelasannya- bahwa catatan bisa mengalami perubahan, dan perubahan terakhir itulah yang sesuai dengan apa yang di Lauhul mahfuz. Demikian juga proses perubahan itu pun sudah tercatat di Lauhul mahfuz.
([4]) Lihat: Syifaa’ Al-‘Aliil (23).
([6]) HR. At-Tirmidzi No. 2516, dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani.
([7]) HR. At-Tirmidzi No. 2139, dan dikatakan hasan oleh Al-Albani.
([8]) Lihat : Majmu’ Al-Fatawa (14/490-493) dan Mirqatu Al-Mafatih (4/1528).